More

    MENGAPA HARUS KULIAH?

    Bambang Q-Anees*

    “Lalu apa gunanya sekolah dan universitas kalau kita akhirnya hanya memproduksi beo-beo seperti para doktor pertanian yang tidak mampu membuat “Jambu Indonesia” atau “Durian Indonesia”, tetapi hanya membuat segala hasil-hasil pertanian serba Bangkok? Mengapa orang-orang berteriak-teriak seperti kebakaran jenggot ketika sejumlah oknum tak bermoral menjajakan gelar seperti pedagang kaki lima menjual obat sakit ginjal seharga Rp. 100,00 di pinggir jalan? Tidakkah sekolah dan universitas juga hanya mampu melahirkan sarjana-sarjana bahkan belakangan juga doktor yang bisanya cuma menjiplak karya orang lain?… Bukankah kita telah lama tahu bahwa sebagian sarjana kita tidak pernah menghasilkan karya tulis serius setelah diwisuda (bahkan juga para doktor dan profesor hanya sesekali menulis di media cetak untuk dapat disebut ‘pakar’….”

    Kutipan yang ditulis oleh Andrias Harefa, dalam buku terbitan Gramedia berjudul Menjadi Manusia Pembelajar ini benar adanya. Kalau begitu untuk apa kuliah?

    - Advertisement -

    Sebagian kita pergi mendaftar ke Perguruan Tinggi karena terbawa arus. Karena semua teman di bangku SMA daftar kuliah, gengsi dong kalau nggak kuliah. Lalu daftarlah ke PT tertentu, tanpa tujuan jelas: yang penting keren dan sama seperti yang lain. Sebagian ada juga yang daftar karena sadar akan pentingnya masa depan, mereka sudah menyiapkan sejak bangku Sekolah Menengah. Sebagian yang lain lagi, kuliah untuk mencari jodoh. Jarang sekali yang kuliah dengan tujuan semulia tulisan Romo Mangun ini: “Manusia pegawai, manusia yang serba tergantung harus dirubah menjadi manusia swasta. Manusia merdeka. Nah, ini bisa lewat pendidikan, bisa juga lewat sentuhan-sentuhan lain yang mungkin lebih ampuh.”

    Namun sayangnya, ujar Romo Mangun, pendidikan kita juga sudah tenggelam di dalam sistem yang tidak baik. “…Ternyata pendidikan tenggelam dalam power system. Sekolah bukan tempat mengafal, maka harus ada counter-education. Kalau tidak, bangsa kita akan terus merosot menjadi bangsa kuli babu lagi, atau panda-panda dalam sirkus.

    Nah lho, ternyata Perguruan Tinggi yang kamu masuki bukanlah tempat yang baik bagi persemaian cita-cita kamu. Di Perguruan Tinggi yang kini kamu masuki, bisa jadi menyulap kamu menjadi “kuli babu”, atau “panda-panda dalam sirkus”.

    Kalau sudah begini, apakah kamu harus keluar dari Perguruan Tinggi?

    Nanti dulu, masih ada yang bisa kamu lakukan. Setidaknya kamu bisa mengandalkan dirimu sendiri. Itulah yang paling mungkin kamu lakukan. Kalau memang tempat sekolahmu tidak memungkinkan, kamu bisa mendisiplinkan dirimu sendiri. Jadikan saja kuliahmu itu sebagai pendorong semangat, misalnya dengan kuliah kamu menyandang predikat baru: mahasiswa. Atas nama gelar mahasiswa itu, kamu bisa berjuang untuk terus-menerus membuktikan kehebatan menjadi mahasiswa.  Bukan hanya demonstrasi, turun ke jalan, saja. Lebih dari itu, kamu bisa menempa diri menjadi apa yang kamu inginkan.

    Menjadi mahasiswa berarti kamu menempati posisi tertentu yang berbeda dari yang sebelumnya. Ada banyak julukan bagi mahasiswa, seperti: bukan pelajar lagi, agent of social change, tukang demonstrasi, dan sebagainya. Sejumlah julukan itu menuntut tindakan tertentu, maksudnya julukan-julukan itu “memaksa” kamu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Marilah kita lihat kondisi mahasiswa.

    Pertama, mahasiswa adalah manusia yang memiliki waktu luang dan kesempatan besar.  Bayangkan pada saat yang lain sedang sibuk mencari uang, kamu sibuk bolak-balik kampus. Waktu kuliahmu hanya 24 SKS dalam 6 bulan.

    Mari kita hitung kelebihan waktu luangmu. 1 SKS sama dengan 45 menit X 8 kali pertemuan. Untuk 12 mata kuliah per semester sama dengan 288 jam atau sama dengan 12 hari penuh. Sementara dalam 6 bulan sama dengan  180 hari, berarti ada sisa 168 hari lagi.

    Selama kuliah, ternyata untuk belajar di dalam kelas kamu hanya menghabiskan waktu 12 hari saja (atau kalau malam tak dihitung hanya 24 hari). Sisanya kamu gunakan, misalnya untuk mengerjakan tugas atau kegiatan belajar dilaur kampus. Jadi setiap 6 bulannya kamu menghabiskan waktu 48 hari. Sisanya buat apa?

    Lihatlah, kamu begitu memiliki waktu luang yang lebih banyak ketimbang siapapun di dunia ini. Waktu luang yang sedemikian banyak tentu dapat kamu gunakan untuk banyak hal, terserah padamu sajalah. Hanya saja akan merugikan bila tidak kamu gunakan untuk kebaikan dirimu sendiri, untuk masa depanmu sendiri. Akan sangat rugi bila kamu membuang sisa hari-harimu itu untuk hal-hal yang membuat kamu menyesal di hari kemudian.

    Maka, bandingkanlah dengan waktu luang yang dimiliki orang lain, yang terpaksa mengurangi waktu tidur mereka untuk mengerjakan suatu hal.  Bersyukurlah bahwa kamu menerima kemewahan, memiliki waktu luang yang begitu banyak. Lima bulan bo! Tinggal bagaimana kamu menggunakannya.

    Dalam waktu yang panjang itu, sesuatu bisa berubah menjadi apa saja. Benih padi yang disebar pada sawah sistem tadah hujan, selama 6 bulan, sudah menghasilkan banyak rumpun padi yang siap dipanen berton-ton. Bila kamu disamakan dengan benih padi, selama 6 bulan seharusnya kamu sudah siap dipanen dan memiliki harga serta memberikan sumbangan bagi ibu bapakmu, juga bagi masyarakat di sekitarmu.

    Kedua, kamu adalah manusia dan manusia adalah makhluk paling ajaib di jagat raya ini. Berdasar al-Quran QS. Al-Mu’minun ayat 12-14, ternyata kita adalah makhluk yang ajaib. Kita ini ternyata berada dalam perubahan terus-menerus. Mulanya kita ini segumpal darah, lalu “mengembang” menjadi  segumpal daging, mengembang lagi menjadi tulang belulang, mengembang lagi tulang belulang itu terbungkus daging, lalu jadilah tubuh kita seperti ketika kita dilahirkan. Semuanya terjadi dalam diri, tak ada tambahan dari pihak lain (kecuali Allah).

    Kita ternyata adalah perjalanan panjang dalam perkembangan yang terus-menerus, dan perkembangan itu kita terus-menerus meyempurnakan wujud kita dari dalam. Dalam pengembangan itu kita bergerak dari dalam diri, dan akan terus berkembang ke arah penyempurnaan yang tak terhingga.

    Tentu saja, pengembangan fisik sudah selesai sampai di sini, tubuh kita tak akan lagi berubah menjadi sesuatu yang lain. Yang akan terus mengembang adalah diri ini: kesadaran kita yang saat ini kerap merasa minder, iri, dan tak percaya diri. Jadi rasa tak pede itu akan berubah menjadi percaya diri, rasa susah akan berubah menjadi bahagia. Prehatikan ucapan Mullah Shadra, al-nafs jismaniyyah al-huduts ruhaniyyah al-baqa (jiwa bermula secara material dan bekelanggengan secara spiritual).

    Diri ini adalah jiwa murni yang saat ini masih tergadai oleh kebiasaan banyak orang. Ia harus dimurnikan, melalui pengetahuan. Melaluinya, diri mendapatkan pencerahan dan arah bagaimana mesti mewujudkan diri.  Kamu akan mengalami perubahan sesuai dengan pengetahuan yang kamu dapatkan.

    Jadi, mengapa kamu kuliah?

    Mungkin jawabannya adalah karena kamu harus menjadi manusia.

     

    *Penulis adalah dosen fakultas Ushuludin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. Mengenai pengertian 1 SKS klo dikampus kami menganut

      1 SKS perkuliahan = dalam satu minggu ada 1 X 50 menit pertemuan kelas, 1 x 50 menit belajar mandiri dan 1 x 50 menit di perpustakaan. Jadi total 1 sks perkuliahan adalah 150 menit dalam satu minggu.

      Bila mengambil 22 SKS berarti adalah 3300 menit, 55 jam / minggu. Bila dikalikan 14 kali pertemuan = 770 jam atau 32 hari dalam 4 bulan perkuliahan atau semester

      Belum bila ada 1 sks praktikum – bisa 2 jam dilaboratoium

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here