More

    Refleksi Gerakan Mahasiswa

    Bayu Apka Putra*

    Bayu Apka Putra

    Mahasiswa yang pada dasarnya sebagai agen perubahan sosial harusnya peka terhadap kondisi-kondisi sosial. Banyaknya rekayasa-rekayasa sosial yang pada saat ini tidak ditanggapi dengan baik oleh banyak mahasiswa. Ini sangat berpengaruh terhadap gerakan-gerakan mahasiswa pada saat ini. Di masa orde baru NKKBKK diberlakukan pada setiap kampus yang ada di Indonesia guna meredam gerakan-gerakan mahasiswa karena rezim pada masa itu sangat berkuasa. Kita tahu,mahasiswa merupakan oposisi abadi dari pemerintah. Kritis, idealis, solutif, merupakan cirri dari mahasiswa yang memiliki intelektualitas.

    Di tahun 1908, Boedi Oetomo bersama mahasiswa lainnya menggagas sumpah  pemuda sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap penjajahan. Di tahun 1960-an, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang digawangi oleh beberapa organ kampus seperti HmI, GMNI, GMKI, dan beberapa organ lainnya termasuk juga tokoh independen dan idealis Soe Hoek Gie juga mampu mendobrak pertahanan pemerintahan Soekarno. Di tahun 1998, mahasiswa kembali bangkit dan meruntuhkan rezim orde baru Soeharto dan menuju era Reformasi. Ribuan mahasiswa turun ke jalan, dan tidak sedikit perjuangan mereka harus dibayar dengan kehilangan nyawa. Bandung merupakan salah satu central pergerakan pada saat itu dan UNISBA menjadi lokomotif sebagai penggerak. Ratusan mahasiswa berkumpul untuk menyuarakan aspirasinya.

    - Advertisement -

    Di UNISBA sendiri digerbongi oleh beberapa kawan-kawan dari HMI, KAMMI, dan FAMU. Massivnya pergerakan pada saat itu mampu menyentuh nurani mahasiswa lainnya untuk ikut turun ke jalan. Dinamika yang terjadi pada saat itu sangat luar biasa, tidak jarang gesekan-gesekan antar organ ini terjadi. Namun, seiring berjalannya waktu, gerakan mahasiswa ini memudar.

    Terkhusus di UNISBA, bahkan mungkin di seluruh kampus di Indonesia, mahasiswa kini lebih cenderung apathis terhadap organisasi apalagi untuk persoalan turun ke jalan. Neo-NKKBKK yang secara perlahan mulai diterapkan, tugas-tugas perkuliahan yang di luar batas biasanya, intervensi dari dosen, ancaman nilai jika mengkritisi dosen, pragmatisme yang mulai tumbuh, kehidupan hedon yang dirawat oleh beberapa kelompok, membuat semakin sempitnya ruang gerak berfikir mahasiswa untuk memiliki mental kritis.  Bahkan, tidak sedikit dari beberapa lembaga kampus yang kewalahan dalam mencari ketua baru untuk lembaganya (mentok kaderisasi).

    Selain itu, adanya informan susupan di setiap kampus juga berpengaruh besar terhadap gerakan mahasiswa pada saat ini, dan UNISBA saya rasa juga ada beberapa oknum yang sengaja dimasukkan ke dalam kampus untuk meredam gerakan-gerakan yang ada.

    Tidak ada lagi yang berani untuk meneriakkan kata-kata “LAWAN!!!”. Bangkitlah wahai para agen perubahan, bangkitlah mahasiswa, perjuangan belum berakhir!!!

    Wahai kalian yang rindu kemenangan,wahai kalian yang turun ke jalan…

    Persembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta…

    YAKUSA!!! []

     

    * Penulis adalah Presiden Mahasiswa Unisba

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here