More

    Sang Tong Sampah

    Yulia Vita Ramayona

    Aku hanya sebuah tempat pembuangan, walaupun begitu aku punya peranan yang besar dalam kehidupan manusia Aku selalu ada di sudut tempat. Sayangnya meski aku ada, kebanyakan orang tak pernah menghiraukanku.

     

    - Advertisement -

    Banyak yang menyepelekan aku, padahal aku selalu ada untuk mereka.

     

    Di kamar mandi, di dapur, di ruangan, di kantoran, di sebuah lembaga pendidikan, di taman-taman kota, di rumah sakit bahkan sampai ke restoran yang paling mahal sekalipun, aku selalu menanti ada orang yang mengisiku dengan sahabat-sahabatku yaitu sampah.

     

    Orang-orang yang berakal itu, begitu tega membuang sahabat-sahabatku ke tempat yang tidak mereka suka, “untuk apa adanya aku?,” kalau aku tak mereka butuhkan. Seindah apa pun bentukku, warna-warninya kulitku, jika aku tak bisa berbuat apa-apa untuk mereka, mengapa aku harus ada?

     

    “Buanglah sampah pada tempatnya,” slogan apaan tu…kalau hanya untuk pajangan saja, justru mengganggu pandangan mata.

     

    Orang-orang berakal hanya bisa berslogan tapi sulit untuk mengindahkan. Dimana letak kepedulian mereka terhadap lingkungan. Toh, yang nantinya mereka juga yang kena akibatnya. Semuanya sama, mulai dari rakyat biasa, pegawai, para caleg, dewan, bahkan sampai aparat pun, kebanyakan dari mereka lupa kalau aku ada disaat-saat mereka ingin membuang sahabat-sahabatku.

     

    Sampah sahabatku itu, mereka defenisikan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses baik berupa bahan padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang.

     

    Terlalu banyak dampak buruk jika para sahabatku sudah bosan dengan tingkah laku orang-orang berakal itu, seenaknya saja sahabatku dibuang di tempat yang tidak semestinya.

     

    Sahabatku sangatlah berbahaya, terutama sahabatku yang sulit untuk diterima oleh tanah seperti sampah plastik, ia bisa merusakkan lingkungan hidup manusia yang sampai saat ini menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia. Diperlukan waktu puluhan bahkan ribuan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai.

     

    Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.

     

    Nah, aku yakin orang-orang berakal pasti ingin hidup sehat, mulai saja dari hal yang paling kecil, contohnya dalam kehidupan di keluarga, biarkan sahabat-sahabatku punya tempat yang nyaman, karena aku selalu siap menjadi tempat yang nyaman bagi mereka.
    Tapi yang paling tidak aku suka jika sahabat-sahabatku di biarkan sampai membusuk, itu membuatku tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Aku senang jika pasukan kuning datang menghampiriku  dan membersihkanku kembali serta membawa sahabat-sahabatku ke tempat yang lebih nyaman.

     

    Adapun lokasi dan pengelolahan sampah yang kurang terkontrol merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, dan anjing yang dapat menyebabkan penyakit.

     

    Mereka suka membuang sahabatku ke sungai atau ke selokan-selokan yang akibatnya selokan-selokan akan tersumbat dengan kehadiran sahabatku, apa yang akan terjadi? Banjir yang tak diundangpun akan datang untuk mengenangi kota. Sungguh buruknya jika sahabatku itu mulai jenuh dengan sikap mereka.

     

    Aku selalu bertanya-tanya dalam diriku, “untuk apa adanya aku?,” kebanyakan orang pasti tahu bahwa kebersihan sebagian dari iman. Aku heran kiasan-kiasan yang begitu indah dan dalam maknanya tetapi tetap saja masih banyak orang bersikap acuh tak acuh dengan kiasan-kiasan itu.

     

    Orang-orang menjulukiku dengan sebutan sang tong sampah. Aku bangga dengan julukan itu, tapi aku sangat kecewa dengan mereka yang sedikit sekali rasa sensitifitas terhadap lingkungan, semahal apapun aku dibeli oleh mereka jika aku tidak ditemanin oleh sahabat-sahabatku. Aku merasa tak berguna.[]

     

    Redaktur Online LPM  Suara Kampus  IAIN IB Padang

     

     

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here