More

    Kebangkitan Gerakan Mahasiwa dalam Agenda Perubahan

    Wenry Anshory Putra – Front Aksi Mahasiswa Indonesia (FAM INDONESIA)

    Wenry Anshory Putra. FOTO : AHMAD FAUZAN

    Sejarah perubahan dunia adalah sejarah pemuda dan mahasiswa. Dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa telah menggoreskan tinta emasnya sebagai avant garde dalam setiap perubahan yang terjadi pada sebuah bangsa. Dinamika gerakan mahasiwa terus bergejolak ketika sebuah bangsa mengalami ketidakadilan dan ketimpangan sosial yang tinggi. Peran sebagai agen perubahan (agent of change) dan agen control (agent of control) terhadap penentu kebijakan selalu melekat dalam benak gerakan mahasiswa sehingga tidak heran ketika mahasiswa selalu menjadi motor penggerak perubahan.

    Jika kita meneropong dengan kacamata sejarah, mahasiswa memiliki romantisme sejarah yang kuat dan hal itu bisa menjadi sumber energi dan juga beban. Pada setiap zamannya, mahasiswa mempunyai peran yang strategis dalam perubahan zaman. Gerakan Mahasiswa adalah fenomena terpenting dalam perubahan politik dan pembaharu yang membawa perubahan pada sebuah bangsa. Belajar dari peristiwa kejatuhan kediktatoran rezim Reza Pahlevi, Iran (1979), Ferdinand Marcos, Filipina (1985), Soeharto (1998), dan lain-lain selalu dipelopori oleh Gerakan Mahasiswa.

    Gerakan Mahasiswa menjadi garda terdepan perubahan dalam setiap menumbangkan kediktatoran rezim yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Gerakan Mahasiswa mampu membawa dan mempertahankan eksistensialisnya dalam melakukan penyadaran terhadap rakyat akan hak-haknya yang terampas oleh rezim.

    - Advertisement -

    Mahasiswa sebagai kelas yang memiliki kesadaran dan akses informasi yang cepat tentunya dapat melakukan aktualisasi dirinya dalam bentuk tindakan nyata dalam kehidupan masyarakat. Idealisme, kesadaran, rasionalitas, obyektifitas dan keilmiahan harus menjadi poros perjuangan dalam membawa agenda-agenda perubahan yang lebih baik. Spirit juang seperti inilah yang mampu membawa stamina gerakan mahasiswa terus menunjukkan eksistensinya dalam memperjuangan hak-hak rakyat.

     

    Geliat Persatuan Gerakan Mahasiswa Masa Kini

    Meluasnya aksi demonstrasi Gerakan Mahasiswa anti SBY-Boediono akhir-akhir ini haruslah dimaknai sebagai sikap kritis generasi muda terhadap kesengsaraan kehidupan rakyat yang diakibatkan oleh penerapan kebijakan yang sangat liberal. Dinamika gerakan mahasiswa yang sudah mulai menggeliat pasca reformasi telah menemukan momentum dan program bersama tentang anti terhadap pemerintahan SBY. Kondisi obyektif ekonomi sosial masyarakat  telah menyadarkan gerakan mahasiswa untuk bangkit bersama-sama dalam menolak terhadap seluruh kebijakan yang tidak pro rakyat.

    Hampir dipelosok negeri, gerakan mahasiswa selalu mempropagandakan kegagalan pemerintahan SBY-Boediono dalam membawa bangsa dan negara kearah yang lebih baik. Propaganda program kegagalan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pertahanan dan keamanan menjadi mainstream isu yang mudah diterima di semua level gerakan. Intisari dari kegagalan pemerintahan SBY-Boediono sehingga dapat menimbulkan titik-titik api perlawanan rakyat adalah Turunkan Rezim SBY-Boediono.

    Titik-titik api perlawanan gerakan mahasiswa yang mulai tumbuh harus terus dipelihara dan sekaligus dirajut kembali menjadi satu gerakan yang memiliki daya tekan dan pukul yang tinggi. Organisasi ekstrakampus (komite aksi kampus) harus terus dihidupkan kembali menjadi basis pengorganisiran dan sekaligus basis perlawanan terhadap pemerintahan SBY. Dimana basis perlawanan gerakan mahasiswa harus sebenar-benarnya mengakar penuh kesadaran dan keberanian dalam mengambil satu tindakan radikal terhadap perubahan sebuah bangsa.

    Melakukan sinergisitas aksi, bacaan, dan pendidikan bersama yang memudahkan untuk membangun gerakan mahasiswa yang memiliki karakter, keberanian dan tentunya kesadaran penuh terhadap apa yang akan dilakukan. Langkah-langkah ini harus terus digelorakan diseluruh komite aksi di seluruh pelosok negeri sehingga memudahkan potensi perlawanan gerakan mahasiswa untuk berhimpun dan membangun jaringan secara bersama-sama.

    Momentum Perubahan di Depan Mata

    Hampir satu dekade perjalanan bangsa ini tidak membawa perbaikan yang dapat dirasakan rakyat. Pemerintahan SBY memang tidak mau belajar dari sejarah. Seluruh resep ekonomi politik selalu diabdikan kepada kepentingan modal asing sehingga kehancuran sebuah bangsa telah dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Dampaknya adalah kemiskinan merajalela, pengangguran meningkat, hancurnya industri-industri dalam negeri, korupsi merajalela dan bahkan harga kebutuhan rakyat melambung tinggi. Bahkan hukum yang seharusnya menjadi panglima justru menjadi simbol kekuasaan semata. Kita saksikan sendiri bagaimana carut-marutnya penegakan hukum di Indonesia.

    Hukum dimanipulasi untuk mempertahankan kekuasaan semata, padahal hukum adalah sebuah landasan berdirinya dan berjalannya suatu Negara. Nyatanya hari ini hukum sama sekali tidak diprioritaskan dan tidak ditegakkan secara sempurna bagaikan pisau yang ditusukan keatas semakin tumpul, tetapi ketika ditusuk ke bawah semakin tajam.

    Kasus-kasus seperti skandal Century, IT KPU, BUMN diobral sesukanya, angka kemiskinan dan pengangguran meningkat pesat ketika rezim saat ini mengklaim berhasil menekan laju kemiskinan. Apalagi ketika ada seorang tua renta demi mempertahankan hidupnya dari kemiskinan harus makan tikus got.

    Apakah hal ini yang diinginkan oleh rezim SBY-Boediono? Apakah persoalan-persoalan itu akan terselesaikan hanya lewat pidato-pidato belaka?

    SBY yang dipilih 60% suara rakyat dalam Pilpres 2009 justru tidak menyadari akan  fungsi dan jabatannya sebagai kepala pemerintahan dan negara. Kekuasaan Presiden yang melekat pada diri pribadi SBY justru diselewengkan (abuse of power) untuk kepentingan keluarga dan kelompoknya dengan tanpa mempedulikan penderitaan yang dirasakan rakyat.

    Presiden SBY justru sibuk memoles ”Politik Citra” yang dikuantifikasikan dalam bentuk angka-angka statistik yang penuh manipulasi. Bahkan presiden SBY tidak segan-segan memanfaatkan momentum bencana ataupun sejenisnya untuk menaikan citranya dihadapan lembaga survey. Potret ini dapat disimpulkan bahwa presiden SBY bukan seorang leader tapi hanyalah pegawai negara yang terus merengek minta dinaikkan gajinya.

    Disisi lain, Presiden dengan penuh sadar juga telah melakukan kebohongan terhadap rakyat indonesia dengan memanipulasi seluruh keberhasilannya dalam mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengganguran, memberantas korupsi dan mafia hukum, mengutamakan Hak asasi manusia, menghargai kebebasan beragama dan lain sebagainya. Rakyat selalu menjadi obyek penderita atas seluruh kebijakan pemerintahan yang diabdikan kepada kepentingan modal asing.Bahkan label pengkhianatan sudah melekat dalam diri presiden SBY karena tidak menjalankan amanat konstitusi Pancasila dan UUD 1945.

    Lengkap sudah sebenarnya kalau dewasanya ini di sebuah bangsa yang majemuk terjadi krisis kepemimpinan yang akut. Tidak jarang Parpol dan Elitnya, tokoh-tokoh politik tidak menunjukkan seorang negarawanan yang mampu membawa bangsa dan rakyat kearah yang lebih baik.

    Potret inilah yang seharusnya menjadi stimulus seluruh elemen pemuda khususnya gerakan mahasiswa dalam mengambil peran terhadap perubahan jaman. Momentum perubahan harus secara matang tidak dilandasi oleh ambisi sakit hati tapi benar-benar atas kesadaran untuk menyelamat arah/haluan bangsa dan negara menuju komitmen bersama sejak bangsa ini didirikan. Kita semua harus belajar penuh dari gerakan reformasi 98, yang hanya menggantikan simbol TIRAN akan tetapi sistem dan sisa-sisa kekuatan TIRAN tidak dibersihkan.

    Oleh karena itulah momentum perubahan yang sudah didepan mata kita harus kita rebut menjadi milik pemuda dan gerakan mahasiswa supaya bangsa dan rakyat tidak dihantui oleh reformis gadungan yang selalu berkeinginan untuk mengambil keuntungan dan menghancurkan kehidupan rakyat.

    Harapan kita semua bahwa kedepan gerakan mahasiswa harus lebih berperan aktif dalam setiap momentum perubahan politik-ekonomi-sosial. Perlawanan-perlawanan gerakan mahasiswa tidak boleh surut, bahkan harus ditingkatkan lagi kualitas gerakan untuk segera mengakhiri rezim yang penuh dengan kebohongan dan pengkhianatan.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here