More

    Animasi Tak Harus Tampil di Televisi

    Ahmad Fauzan

    Wahyu Aditya. FOTO : AHMAD FAUZAN

    JAKARTA, KabarKampus Wahyu Aditya atau biasa disapa Wadit adalah animator Indonesia. Kesukaannnya terhadap dunia film sejak kecil yang mengantarkan Wadit ke dunia film. Laki-laki Kelahiran Malang, 4 Maret 1980 ini, memutuskan untuk serius di film dengan memilih belajar Interactive Multimedia di KvB Institute of Technology Sydney, Australia.  Bakatnya terlihat dengan gelar ‘Best Student’ yang diperoleh dari sekolah ketika itu.

    Setelah pulang dari sekolah Wadit terjun ke dunia Animasi dan memutuskan membuat sekolah animasi di usianya ke 24 bernama Hello Motion Academy. Kini, Hello Motion, telah mencetak lebih dari 2000 siswa muda berbakat di bidang film dan animasi. Selain itu, Hello Fest yang diadakannya berhasil menarik 400 lebih pekerja dan 10 ribu pemerhati, sehingga menghasilkan banyak lapangan pekerjaan baru dan kesempatan pengembangan industri film di Indonesia.

    - Advertisement -

    Selain memiliki sekolah animasi, Wadit juga mengelola sebuah rumah produksi bernama Dapupu Production dan mengelola sebuah blog bertajukKementerian Desain Republik Indonesia. Kiprahnya dalam dunia animasi telah menghantarkannya menjadi salah satu 30 Most Inspiring People under 30 pada 2008 versi Hard Rock FM. Dan, kerja kerasnya telah membuahkan beberapa penghargaan, antara lain ; Scholarship – Animation & Cinema Industry by AOTS – Jepang (2006), Special Achievement Award – FAN / National Animation Festival (2007) Finalis British Council – International Young Creative Entrepreneur of The Year – Design Category – Indonesia (2007) Pemenang British Council – International Young Creative Entrepreneur of The Year – Film Category – Indonesia (2007) World Winner of British Council – International Young Creative Entrepreneur of The Year – Film Category (2007)Australian Alumni Award – Finalist Creativity & DesignAward (2008)

    Ditemui disela-sela kesibukannya mengurus Hello Fest di Balai Kartini, Jakarta, (04/02), reporter KabarKampus, Ahmad Fauzan menemuinya untuk  berbincang mengenai dunia animasi di Indonesia.

    Berikut petikan wawancaranya :

    Apa kabar dunia animasi Indonesia?

    Kabarnya baik baik saja, animasi Indonesia seperti bayi merangkak. Sudah banyak kreator animasi Indonesia, tapi kita harus perbanyak lagi entrepreneur di bidang animasi. Talenta Animasi kita sudah banyak namun orang yang bisa mengumpulkan itu menjadi kekuatan untuk berkarya masih sangat dibutuhkan.

    Sebenarnya apa tantangan indutri animasi Indonesia?

    Animator kita masih banyak yang belum berani ke tingkat internasional, walau sudah ada tapi jumlahnya masih puluhan belum ratusan, jam terbang kita juga masih kurang, dalam hal produksi animasi kita masih terbiasa memproduksi animasi yang sifatnya film pendek, ketika mereka diminta untuk membuat film layar lebar atus serial mereka biasanya kewalahan.

    Dari segi mindset, para kreator masih berpikir bahwa animasi itu hanya untuk di layar lebar, padahal dunia animasi itu sangat beragam, bisa kemana-mana, yang harus diubah adalah mindsetnya  bahwa masuk ke televisi itu hanyalah satu jalur, puluhan jalur lainnya bisa dipakai, misalnya jalur mobile phone, iPad, game, dan sebagainya.

    Selanjutnya adalah, pembajakan kita sangat tinggi, ini seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, karena salah satu pemasukan dari animasi adalah DVD.

    Bagaimana dengan animasi di televisi Indonesia?

    Animasi di televisi kita banyak didominasi oleh luar, karena powernya masih di televisi, animasi Indonesia masih dibedakan antara import dan lokal, namun kita bisa melakukannya di pemerintah atau komunitas sendiri, dan harus bisa mencari solusi lain agar tidak harus tayang di televisi.

    Mengapa animasi Ipin dan Upin yang justru mencuat di televisi kita, bukan karya animator lokal?

    Kita kurang entrepreuner di bidang animasi, Ipin dan Upin buat saya disisi lain bagus buat semacam pecut bagi para animator Indonesia agar mereka mau berkompetisi. Namun kondisi bisnisnya justru tidak sehat, misalkan televisi kita itu terbiasa membeli putus untuk animasi, tapi kalau Ipin dan Upin, dia produk Malaysia tidak di beli putus. Nah ketika karya anima lokal di beli putus, itu sama saja bunuh diri, karena sistem umumnya animasi itu pasif income, artinya bikin sekali beranak pinak.

    Apakah perlu animator Indonesia membuat Ipin Upin Ala  Indonesia?

    Apapun karaternya animator muda kita masih teropsesi membuat karakter Indonesia, dilihat dari goalnya karakter indonesia sangat susah, identifikasi budaya Indonesia sangat beragam, jadi kalau kita terlalu batik itu Jawa banget. Menurut saya, jangan sibuk seperti itu, cukup bikin saja dengan konsisten, kalau kita sudah membuktikannya, kita sudah banyak audien, itu adalah modal kita, karena setiap orang punya selera masing masing.

     Minat minat anak muda di sekolah animasi Hello Motion?

    Antusias mereka sangat tinggi, ini potensi besar.  Helow Motion telah meluluskan lebih dari 2000, lulusan itu sudah banyak berkotribusi di industrinya, kami konsisten mngadakan Hello fest sebagai pangggung untuk menayangkan karya-karya anak lokal, selain itu, kami aktif mengirimkan karya terbaik ke Jepang. Saya menjadi salah satu jurinya, kami pernah menang 2 kali, tahun kemarin. Dan setiap bulan Hello Motion, meneriman 40 – 50 murid.

    Bagaimana peluang menjadi animator di Indonesia?

    Peluangnya sangat besar, karena kita lihat konten dari luar misalkan Spongsbob, Mickey Mouse itu semua sebuah potesi pasar animasi Indonesia.  Saya berharap animasi kita bisa menjadi tuan rumah, banyak konten lokal bermunculan di layar televisi kita. Misalnya apa yang saya buat adalah untuk berkontribusi buat dunia animasi Indonesia, jadi kita jangan menunggu masing masing harus berbuat sesuatu.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here