More

    Atasi Bau Mulut, Mahasiswa UNY Kembangkan Permen dari Daun Kemangi

    Ahmad Fauzan Sazli

    Ilustrasi / lapar.com

    Yogyakarta, KabarKampus –  Bau mulut seringkali membuat kita tidak PD dalam pergaulan. Bau mulut tak sedap biasanya disebabkan oleh bakteri dan sisa makanan yang tertinggal, selain itu makanan seperti jengkol, durian, petai, dan sebagainya juga berpotensi menimbulkan bau mulut.

    Sebagai alternatif atasi bau mulut yang aman dikonsumsi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY memanfaatkan ekstrak daun kemangi (ocinum canum) untuk membuat permen herbal pencegah bauh mulut. Mahasiswa ini adalah peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), mereka yaitu Winda Nirmala, Ardi Yuli Wardani, Eko Budiyanto, dan Hendry Setiyawan.

    - Advertisement -

    “Selama ini, kemangi biasa digunakan sebagai lalapan pada waktu makan guna menghilangkan bau mulut. Cara ini masih kurang efektif karena hanya dapat digunakan pada makanan tertentu,” kata Ketua Tim PKM Winda Nirmala, seperti dilansir dari laman UNY, (15/06).

    Menurutnya, kemangi memiliki kandungan flavonoid bersifat antimikroba yang mampu mencegah masuknya bakteri, virus, atau jamur yang membahayakan tubuh. Selain itu, flavonoid berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu  fungsi dari mikroorganisme.

    Ardi Yuli Wardani menambahkan, pembuatan permen herbal dari ekstrak daun kemangi yaitu, dengan cara mencuci bersih daun kemangi lalu memblendernya sampai halus. Kemudian ekstrak daun kemangi diperas sambil disaring dengan saringan 200 mesh, dilanjutkan dengan membuat variasi konsentrasi ekstrak 25%, 50%, 75%, dan 100%.

    Ekstrak daun kemangi dimasak sambil dicampur dengan glukosa dan asam sitrat sampai agak lengket,  dilanjutkan dengan meletakkan permen pada loyang dan membiarkan selama 1 jam, lalu mencetaknya. Setelah itu dinginkan pada freezer bersuhu 0o C selama 24 jam, kemudian permen dikemas dalam plastik.

    “Untuk uji karakteristik permen herbal dari ekstrak daun kemangi yaitu dengan analisis kadar air, analisis kadar gula, uji kadar serat kasar, dan analisis kadaluarsa. Setelah itu dilakukan uji daya hambat ekstrak daun kemangi terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus viridans dan uji penerimaan masyarakat (organoleptik),” jelas Ardi.

    Dengan permen dapat menghilangkan bau mulut dengan cara yang lebih efektif karena dapat dikonsumsi kapan saja dan di mana saja. Terobosan ini tentunya dapat membuat lebih pd dalam pergaulan.[]

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    1. Cerita ini terjadi di sebuah perusahaan bir yang cukup terkenal. Saat itu seorang ahli yang biasa untuk mencicipi anggur baru saja meninggal. Perusahaan pun segera membuka lowongan untuk mencari pengganti si juru cicip.
      Pada hari pertama lowongan dibuka datanglah Paidjo seorang tukang mabok yang kumal. Datang dengan sempoyongan karena sedang mabuk, rambut acak acakan, baju belel sobek sobek dan bau (sepertinnya jarang mandi ni orang)
      Manager HRD pun mencari cara bagaimana agar si tukang mabuk ini tidak diterima di perusahaan anggur tersebut. Oleh karena itu dia memberi contoh anggur yang cukup sulit
      Paidjo : (abis minum anggur) hmm.. anggur merah, usia 4 tahun, pegunungan lokal, simpan di tong kayu.
      Manager HRD : betul..coba ini lagi! (dia memberi 1 gelas yg lain)
      Paidjo : hm.. anggur merah, usia 10 tahun, asal italia, disimpan pada tong besi.
      Manager HRD : Hebat anda benar kembali.. saya beri satu test terakhir
      Manager HRD takjub dengan kemampuan Paidjo, tetapi dia tetap tidak mau terima si Paidjo. Dia langsung bermain mata dengan sekertarisnya dan si sekertaris pergi ke toilet menampung kencingnya di gelas untuk diberikan pada Paidjo.
      Manager HRD : Silahkan anda cicipi ini adalah test yang terakhir
      Paidjo : (langsung tenggak habis kemudian bicara) hmmm.. rambut hitam panjang, kulit putih, tinggi 168, umur 24 tahun, asal Jawa Barat, hamil 3 bulan….Awas kalo gw gak diterima pekerjaan ini gw kasih tau siapa bapaknya !!
      Manager HRD : oh ok…ok…ok… Kamu saya terima

      cita-cita Bukan Mertua, Jangan Takut Mengejarnya
      Akhirnya, UKK (Ujian Kenaikan Kelas) datang juga. Ajang dimana banyak siswa yang mendadak ingat Tuhan dan mendadak mentraktir siswa-siswa pintar agar mereka diberi contekan. Dan beberapa hari sebelum UKK diselenggarakan, banyak teman gue yang ketakutan. Ah, cemen kalian semua! UKK itu mengasyikan, teman-teman. Jika ditiadakan.
      Gue juga bingung mengapa semalam sebelum UKK dimulai banyak siswa yang mendadak menjadi rajin belajar, atau disebut juga ‘sistem kebut semalam’. Padahal, di Kitab Suci saja tidak ada perintah belajar untuk UKK. Untuk siswa yang belajar keras semalaman, segeralah bertaubat.
      Dalam mengerjakan soal-soal UKK tahun ini, gue, sih, percaya pada kemampuan otak gue sendiri… dan kemampuan internet. Namun, walau begitu, tetap saja gue pusing dan stress karena UKK ini. Dan pusing serta stress itu pun dibuat semakin menjadi karena tingkah Si Pacar.
      Si Pacar adalah sosok cewek yang manja banget. Selain itu, dia juga kadang menyebalkan. Selalu ingin gue menjadi apa yang dia mau. Contohnya:
      Si Pacar: Sayang, pokoknya nanti kamu harus kuliah di Bandung!
      Gue: Gak mau. Aku maunya kuliah di Malang. Cewek Malang cantik-cantik.
      Si Pacar: Kalau kamu kuliah di Malang, aku sumpahin banyak cowok ganteng disana yang jatuh cinta sama kamu!
      Gue: OKE, AKU KULIAH DI BANDUNG!
      Dia juga sering mengatur penampilan gue. Seperti gue tidak boleh berewokan, tidak boleh tidak mandi, tidak boleh berambut gondrong, dan tidak boleh tidak menuruti perintahnya!
      Gue masih bisa menerima jika dia mengatur tempat kuliah dan penampilan gue. Tapi, gue tidak bisa terima kalau dia sudah mengatur cita-cita gue.
      Si Pacar: Sayang, nanti kamu mau kerja apa?
      Gue: Aku mau jadi Penulis
      Si Pacar: Gak boleh! Kamu harus kerja kantoran!
      Gue: Aku gak mau kerja kantoran. Ini cita-cita aku dari kecil. Aku harus jadi Penulis!
      Si Pacar: Kalau kamu jadi Penulis, nanti anak kita dikasih makan apa?!
      Gue merenung beberapa saat. Lalu gue memegang dagu Si Pacar dan menatap tajam matanya seraya berkata dengan lantang,
      “SAYANG, KALAU ANAK KITA BEBEK, AKU KASIH MAKAN DIA DEDEK!”
      Dan Si Pacar pun ngambek.
      Selain kejadian di atas, cita-cita gue juga sering diragukan oleh orang-orang terdekat. Mereka bilang,
      “Memangnya bisa hidup kalau cuma menjadi Penulis?”
      Well, selama menulis-nya tidak iseng menusukan linggis ke jantung, gue rasa semua akan baik-baik saja.
      Gue ingat, dulu, sewaktu John Lennon masih remaja, bibi-nya berkata,
      “Gitar memang oke, John, tapi kamu tidak bisa hidup dari itu.”
      Dan ketika John sudah sukses, dia mengirimkan bibi-nya plakat emas bertuliskan kata-kata itu.
      Jadi, jangan pedulikan omongan orang yang meragukan cita-citamu. Sekalipun itu adalah orang terdekat. Jadilah manusia yang berani. Berani mengambil resiko dan kebahagian dari sebuah impian.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here