More

    Tanggapan Mahasiswa Atas Kemenangan Jokowi-Ahok

    Ahmad Fauzan Sazli

    Jokowi menyampaikan pidato dihadapan pendukungnya di jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis, (20/09). Pidato itu disampaikan usai ia dinyatakan menang oleh sejumlah lembaga survei. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI

     

    JAKARTA, KabarKampus – Joko Widodo dan Basuki Tjahaja (Jokowi-Ahok) terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012 – 2017 berdasarkan hitungan cepat sejumlah lembaga survey.  Penetapan dua calon ini akan ditetapkan KPUD pada tanggal 3 Oktober 2012 dan akan dilantik pada 7 Oktober 2012.

    - Advertisement -

    Kemenangan itu ditanggapi beragam oleh sejumlah mahasiswa di Jakarta. Seperti Roby TW ketua BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Roby mengungkapkan, bahwa kemenangan Jokowi-Ahok merupakan kemenangan suatu model pesta demokrasi baru. Kombinasi pasangan ini mengedepankan sosok negarawan yang merakyat, tenang dalam pembawaannya, serta cerdas dalam design dan strategi kampanyenya.

    “Program yang ditawarkannya pun menarik dan terkesan teruji. Hal itu terlihat dari hasil rekam jejak mereka di daerah sebelumnya,” jelas Roby.

    Fherly Sennt, mahasiswa Hukum Universitas Kristen (UKI) Jakarta mengatakan, kemenangan Jokowi adalah kemengan rakyat Jakarta dan mungkin juga kemenangan rakyat Indonesia. Karena banyak daerah lain juga demam Jokowi.

    “Saatnya republik ini dipimpin oleh orang-orang yang baik dan berkualitas. Dan Jakarta mendapatkan itu di dalam diri Jokowi-Basuki, kata Fherly.

    Fherly menambahkan, bahwa ekpektasi masyarakat Jakarta memang sangat tinggi terhadap Jokowi untuk menyelesaikan  permasalah Jakarta, mulai dari sistem yang sudah mengakar di lingkaran Pemda, cukong, premanisme, narkoba, dan lain-lain. Namun menurut Fherly, penyelesaian masalah tersebut tidak bisa berjalan cepat dan lancar tanpa dukungan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya. “Kita tunggu aksi Jokowi 100 hari masa kerjanya,” ujar Fherly.

    Sedangkan Wendry Ansory Putra, mahasiswa Universitas Al Azhar Jakarta mengungkapkan, bahwa euphoria pilgub DKI sama dengan pemilihan Presiden 2004. Saat itu semua orang mengelu-elukan SBY dan mengharapkan perubahan.

    “Dengan harapan perubahan, masyarakat mengatakan akan mengkoreksi SBY bila salah. Namun ketika ia salah justru didiamkan saja,” kata Wendry.

    Menurutnya, meski mengharapkan perubahan, nasib warga Jakarta tidak mutlak diserahkan pada elit politik. Bahkan yang dipilih oleh rakyat sekalipun.

    Sementara itu Faldo Maldini, ketua BEM Universitas Indoensia hanya hanya berharap Jokowi-Ahok bisa menjalankan amanatnya sebagai Gubernur dan Wagub DKI Jakarta.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here