More

    Menyikapi Perbedaan Penetapan Awal Ramadhan Sebagai Rahmat

    Ahmad Fauzan Sazli

    IlustrasiJAKARTA, KabarKampus – Penentuan awal bulan ramadhan seringkali menimbulkan perdebatan di kalangan umat Islam. Hal itu karena adanya perbedaan dalam menginterpretasi dasar penetapan bulan tersebut.

    Terkait dengan hal itu Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) UII mengadakan Kajian Hisab Rukyat Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan 1434 H dengan tema “Hisab dan Rukyat, memahami mengapa kita berbeda” di kampus terpadu UII, Yogyakarta, Selasa, (25/06/2013). Kajian ini menghadirkan pembicara Ustadz Mutoha Arkanuddin dan Drs. Oman Fathurrohman, M.Ag.

    - Advertisement -

    Mutoha Arkanuddin, menuturkan bahwa penentuan awal bulan hijriyah bermula pada persoalan tentang obyek yang disebut Hilal. Secara umum hilal dipahami sebagai bulan sabit terkecil yang muncul setelah matahari terbenam atau secara astronomis disebut sebagai bulan baru.

    Menurutnya selain kriteria penetapan hilal yang digunakan oleh pemerintah menurut Taqwin Standar Indonesia, berkembang pula beberapa kriteria lain yang diadopsi oleh ormas-ormas Islam yang memiliki cukup banyak pengikut.

    “Kriteria ini ada yang berbasis rukyat maupun hisab, seperti kriteria rukyatul hilal yang digunakan oleh saudara kita di NU dan kriteria hisab wujudul hilal yang diadopsi oleh teman-teman Muhammadiyah”, kata pria yang juga menjabat sebagai Direktur LP2IF – Rukyat Hilal Indonesia (RHI) ini.

    Meskipun perbedaan tersebut sering berimplikasi pada perbedaan dalam memulai ibadah di kalangan umat Islam, Mutoha berpesan agar hal ini tidak perlu dibesar-besarkan.

    “Perbedaan hendaknya menjadi rahmat bukan sumber konflik. Lebih-lebih jangan sampai menuduh pihak lain berbuat haram”, katanya.

    Sebab menurut Mutoha, pada dasarnya, semua kriteria telah melalui proses ijtihad dari para ahli agama yang berkompeten di bidangnya.

    Sementara itu Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, Rektor UII dalam sambutannya menyampaikan umat Islam Indonesia hendaknya dapat lebih arif dalam menyikapi perbedaan tersebut.

    “Tidak bijaksana jika kita memaksakan pendapat. Yang lebih penting adalah memahami rasionalitas di balik perbedaan itu sehingga bukan malah mempertajam konflik,” tuturnya.

    Ia juga menambahkan sudah saatnya umat Islam menghindari konflik yang tak perlu dan lebih fokus membangun kemajuan bangsa.[]

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. pengamatan hilal itu khusus untuk puasa ramadan, untuk bulan yang lainnya dalam kalender hijriah cukup dilakukan hisab saja. tetapi titik nol perjalanan bulan mengelilingi bumi menurut ilmu agama bukan pada cunjungsi.demi jelasnya baca rotasi bulan.blogspot.com.bakrisyam

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here