More

    Kondisi Sungai Ciliwung Memprihatinkan

    Ahmad Fauzan Sazli

    HariSungaiNasional_SituBahar_CopyrightFWI

    Lokasi Situ Bahar yang akan dijadikan perumahan. FOTO : FWI

    - Advertisement -

    JAKARTA, KabarKampus – Sejumlah pegiat dan peneliti Sungai Ciliwung merasa prihatin dengan kondisi Sungai Ciliwung yang rusak. Forest Watch Indonesia (FWI), pada tahun 2012, memaparkan hasil temuannya terkait kondisi tutupan hutan di DAS Ciliwung. Mereka menemukan, total luas Kawasan DAS yang mencapai 29 ribu hektar hanya tersisa 12 persen.

    Kondisi ini tidak sesuai dengan yang diamanatkan dalam  undang-undang, dimana keberadaan hutan sebagai daerah resapan air yang optimal harus mempunyai luasan yang cukup dengan sebaran proposional, minimal 30 persen dari luas DAS.

    Hari Yanto, pegiat FWI yang melakukan pengecekan lapangan secara langsung kondisi situ (setu) pada April 2013 lalu mengungkapkan, bahwa kondisi situ yang berada di dalam DAS Ciliwung tak ubahnya kubangan air yang dipenuhi oleh tumpukan sampah dan terjadi pendangkalan.

    “Kami menemukan kondisi 22 situ dan 4 rawa tidak akan mampu menahan air jika musim hujan tiba,” katanya, Kamis, (25/06/2013).

    Selain itu menurutnya, jumlah situ yang mereka temui di lapangan berbeda dengan data jumlah situ yang dimiliki Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane pada tahun 2007.

    Sementara itu Sudirman Asun dari Ciliwung Institute menambahkan, kini Sungai Ciliwung tercemar oleh limbah industri tahu dan sampah rumah tangga, kondisi bantarannya pun telah banyak diuruk para pengembang perumahan mulai dari Kabupaten Bogor hingga Kota Depok.

    “Hutan bambu di bantaran Ciliwung juga terancam oleh para pengembang yang berniat membangun perumahan.

    Peneliti dari Universitas Indonesia sekaligus anggota Komunitas Ciliwung, Muhamad Muslich mengungkapkan, pada Juni lalu bersama dengan Komunitas Ciliwung, mereka mengadakan penelitian Jelajah Taman Keanekaragaman Hayati Ciliwung. Kondisi Ciliwung sepanjang bantaran dipenuhi titik-titik gunung sampah.

    “Tercatat 215 titik pembuangan sampah mulai dari Bojong Gede di Bogor hingga Simatupang, Jakarta,” jelasnya.

    Penelitian tersebut juga mencatat 88 pelanggaran oleh pembangunan pemukiman di bantaran. Enam titik lainnya masih dalam proses penimbunan bantaran untuk kompleks perumahan baru. Tercatat pula sumber limbah rumah tangga dan industri sebanyak  127 titik.

    Kondisi Ciliwung saat ini semestinya menjadi perhatian serius dari semua pihak. Terlebih Sungai Ciliwung mempunyai sejarah yang bagus pada zamannya, dimana Ciliwung menjadi jalur tranportasi para pedagang bambu dari kawasan Bojonggede dan Depok menuju Jakarta.

    Sungai Ciliwung sepanjang ± 120 Km yang berhulu di Kawasan Puncak, aliran sungainya  melewati Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan DKI Jakarta. Berdasarkan data tahun 2007 Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum, terdapat kurang lebih 20 situ (setu) yang masuk di dalam DAS Ciliwung.

    Dalam Dalam rangka memperingati hari Sungai Nasional yang ditetapkan pemerintah pada 27 Juli, mereka menedesak pemerintah dan sejumlah pihak bertanggung jawab atas rusaknya sungai Ciliwung tersebut.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here