More

    Mahasiswa yang Mencari Kebebasan Dalam “Into the Wild”

    Endah Kemala

    05 07 2013 into the wild

    Apa jadinya kalau pemuda jenius dan tampan dari keluarga kaya terpandang tiba-tiba bosan dengan semua kehidupan yang dialaminya?

    - Advertisement -

    Sang Pemuda akhirnya memutuskan untuk meninggalkan semua kemudahan dan kekayaan untuk berpetualang mencari makna hidup. Ia merasa bangku kuliah pun tak memberikan jawaban atas kegelisahannya. Kisah nyata Christopher Johnson McCandless ini pernah ditulis oleh Jon Krakauer pada tahun 1996, dan pada tahun 2007 dirilis di layar lebar oleh Sutradara Sean Penn dengan judul “Into The Wild”.

    Film yang dibintangi oleh Emili Hirsch ini memang cocok ditonton oleh anak muda yang haus pengalaman hidup, ketegangan, petualangan dan segala hal yang mengundang tantangan.

    Alex adalah lulusan terbaik di Emory College mendapatkan tawaran untuk melanjutkan kuliah di jurusan hukum Harvard. Kesempatan itu ditepisnya. Pemuda yang baru berusia 22 tahun ini menulis surat untuk sang kakak, Carine McCandless, soal kejenuhan dan kehidupan yang monoton. Kehidupan keluarganya seakan haus akan penghormatan dan diperbudak oleh uang. Setelah ia merasa yakin dengan keputusannya, Alex menyumbangkan seluruh tabungan bahka membuang mobilnya. Ia juga membakar id card (KTP), debit card beserta uang dan menjelma menjadi Alexander Supertramp.

    Ia menjalani kehidupan liar di alam bebas dengan berkelana ke utara hingga menuju Alaska. Setiap ditanya ia selalu menjawab, tujuannya adalah Alaska.

    Tentunya petualangan yang dialami Alex menuju Alaska benar-benar sangat seru dan penuh petualangan. Tapi jika kamu membayangkan petualangan Alex seperti seorang backpacker kebanyakan; hobi ke tempat-tempat wisata, foto sana foto sini, menyebarkan info lewat instagram, dan sebagainya, maka bayangan kamu salah. Ia benar-benar ingin menjadi manusia baru.

    Dalam perjalanan, ia bertemu dengan banyak orang dan berbagi cerita  mengenai kehidupan. Mulai dari pasangan hippie, Jan dan Rainey yang menganggapnya sebagai keluarga. Pemilik peternakan bernama Wayne Westerberg, seorang gadis cantik yang menyukainya bernama Tracy, hingga seorang kakek pensiunan tentara yaitu Ron Franz yang mengangkatnya sebagai cucu.

    Petualangan Alex tentu tidak akan seru tanpa kenekatannya menyusuri sungai Colorado yang sangat deras dengan menggunakan sebuah perahu dan berkejar-kejaran dengan petugas keamanan sungai. Alex terus mendayung ke arah hilir menuju Meksiko. Selain itu, dalam keadaan tidak punya uang ia menyelinap menumpang kereta barang ke Los Angeles dan berakhir dengan babak belur dihajar oleh petugas keamanan. Akan tetapi, Alex sangat menikmati kehidupan barunya.

    Salah satu keunggulan dalam kisah “Into the Wild” di tiap adegan pentingnya, kita disuguhkan alunan suara berat Eddie Vedder, Pearl Jam. Salah satu judul lagu “Society” begitu pas mengiringi langkah kaki Alex ke alam liar dan bebas. Salah satu baitnya berbunyi,Society, have mercy on meI hope you’re not angry if I disagree, Society, crazy and deepI hope you’re not lonely without me..”

    Musik Eddie Vedder mampu mengantarkan penonton untuk masuk ke dalam hati Alex. Hati yang berkecamuk.

    Pada akhirnya, setelah 2 tahun mengembara ia tiba di hutan belantara Alaska. Alex menemukan sebuah mini bus kosong yang dijadikan sebagai tempat tinggal. Selama di hutan ia hidup mengikuti pengetahuan survival seadanya, bahkan berburu dan mengawetkan daging hewan layaknya suku pedalaman di jaman kuno. Berbekal buku panduan mengenai botani praktis, ia juga mengidentifikasi berbagai tumbuhan yang dapat dimakan.

    Pada suatu ketika, di saat ia menemukan tanaman yang mirip dengan Hedysarum alpinum (sejenis kentang), tanaman yang dimakannya tersebut ternyata merupakan tanaman beracun yang dapat menyebabkan kematian. Alex yang hidup sendirian berusaha untuk melawan racun yang berada di tubuhnya selama beberapa hari. Dalam keadaan sakit, secara tidak sengaja ia membuka halaman buku yang terdapat tulisan “… and that an unshared happiness is not happiness…”

    Ia pun mengambil pena dan dengan susah payah menuliskan kalimat “Happiness only real when shared.” Pada akhirnya Alex mulai merasa takut akan kesendiriannya. Ia mulai membayangkan wajah orang-orang yang disayanginya, dan merindukan kedua orang tuanya. Beberapa hari kemudian, tubuhnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa sendirian di dalam sebuah mini bus kosong di hutan Alaska.

    Film “Into the Wild” menjadi salah satu film paling direkomendasikan bagi mereka yang ingin hidup tanpa dipusingkan dengan tagihan-tagihan bulanan, gaul, update soal gadget, baju dan sebagainya. Film ini menyuguhkan secara detail bagaimana perubahan demi perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Baik itu sikap dan paradigma melihat kenyataan hidup.

    “Have no fear, For when I’m alone, I’ll be better off than I was before. I’ve got this light
    I’ll be around to grow, Who I was before, I cannot recall….Long nights allow me to feel…I’m falling…I am falling..”
    suara berat Eddie Vedder mengalun.

    Sebuah kisah tragedi! []

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here