More

    Film “99 Cahaya di Langit Eropa”, Syiar dan Eksplorasi Sejarah Islam di Eropa

    Ahmad Fauzan Sazli

    29 11 2013 99 Cahaya Di Langit Eropa

    Dari kanan Acha Septriasa, Abimana Arya Satya, Marissa Nasution, dan Dian Pelangi pemeranfilm 99 Cahaya di Langit Eropa. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI

    - Advertisement -

    Maxima Picture meluncurkan sebuah film yang diambil dari novel laris “99 Cahaya di Langit Eropa”. Film dengan judul yang sama dengan novelnya tersebut rencananya akan ditanyangkan di bioskop-bioskop di Indonesia pada 5 Desember 2013 mendatang.

    Film ini dibintangi oleh sejumlah bintang kenamaan, seperti Acha Septriasa, Abimana Arya Satya, Raline Shah, Nino Fernandez, Dewi Sandra, Marissa Nasution, serta Alez Abad. Di film ini juga terdapat penampilan dari Dian Pelangi, Fatin Shidqia, dan sang penulis novel Hanum Salsabiela Rais.

    Film ini menceritakan pengalaman Rangga bersama Istrinya Hanum ketika hidup di Austria. Ketika itu Rangga sedang menjalani program doktoralnya di Vienna University of Economics and Business. Film ini menggambarkan perjalanan mereka dalam menghadapi sekulerisme di Eropa. Film ini juga mengeksplorasi warisan budaya Islam di Austria, Prancis, Spanyol dan Turki.

    Pada awalnya Hanum merasa senang tinggal di Eropa. Namun, setelah tiga bulan, ia pun di landa bosan. Akhirnya Hanum mengambil kursus bahasa Jerman. Hanum kemudian bertemu dengan Fatma, muslimah asal Turki.

    Dari sinilah Hanum melihat Eropa dengan cara yang berbeda dari Fatma. Seperti cara Fatma memperlakukan orang yang rasis kepadanya dengan sabar dan bijakaksana. Kemudian Hanum juga banyak mendapat pencerahan dari cerita-cerita Fatma bahwa agama Islam pernah berjaya di Eropa.

    Perlakuan rasis juga dialami Rangga di kampusnya. Bahkan Rangga harus menghadapi dilema yang cukup berat ketika ujiannya diselenggarakan disaat yang bersamaan dengan shalat Jumat. Tak hanya itu teman sekelas Rangga yang atheis banyak mempertanyakan keimanan Rangga. Selain itu Maarja seorang perempuan teman sekelasnya secara ekspresif menggoda Rangga.

    Selanjutnya, Hanum kemudian diajak berjalan-jalan oleh Fatma mengunjungi  Museum Kota Wina. Untuk bertemu Kara Mustafa Pasha, seorang pemimpin penaklukan Islam Ottoman yang gagal menaklukan kota Wina.

    Selain itu Hanum melakukan perjalanan mencari jejak-jejak Islam di Paris. Di Museum Louvre, Hanum diperkenalkan dengan sebuah lukisan terkenal “The Virgin and The Child”. Pada lukisan tersebut Hanun ditunjukkan sebuah kalimat tauhid  di pinggir hijab Bunda Maria.  Kalimat tersebut ditulis dengan tulisan kaligrafi Arab Kuno.

    Selain itu masih di kota Paris. Hanum diperkenalkan dengan pemandangan satu garis yang indah. Air mancur besar, Monumen Obelisk Mesir, Jalan Champs-Elysees dan Monumen Arc de Triomphe dimana monumen-monumen tersebut semua membentuk garis lurus sempurna. Bila dipanjangkan jauh ke timur, garis lurus tersebut akan berujung ke Mekkah.

    Sepanjang film ini tak hanya banyak mengekplorasi kejayaan Islam pada masa lampau di Eropa. Namun juga banyak meyuguhkan sikap-sikap seorang muslim yang baik. Dimana film ini ingin menjadikan tokoh-tokohnya sebagai agen muslim di tengah fobia masyarakat Eropa terhadap umat muslim.

    Di tengah berkobar-kobarnya Hanum untuk melihat lebih jauh Islam di Eropa, penonton harus menghadapi kenyataan bahwa bahwa film ini dibagi dua seri. Penonton harus menggantung rasa penasaran mereka terhadap film ini.

    Yang terasa janggal dalam film ini adalah tokoh-tokoh dalam film ini banyak menggunakan bahasa Indonesia, meskipun para tokoh tersebut bukan berasal dari Indonesia. Namun secara kesuluruhan film yang disutradarai Guntur  Soeharjanto ini menarik untuk ditonton.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here