More

    Galaknya Serdadu di Konser Iwan Fals

    Frino Bariarcianur

    Para serdadu yang sigap mengamankan konser Iwan Fals "Suara Untuk Negeri" di Monas, Sabtu malam (15/03/2014). FOTO : FRINO BARIARCIANUR
    Para serdadu yang sigap mengamankan konser Iwan Fals “Suara Untuk Negeri” di Monas, Sabtu malam (15/03/2014). FOTO : FRINO BARIARCIANUR

    Saya berada di kiri bawah panggung sekira 20 meter dari Iwan Fals yang tengah bernyanyi. Penuh sesak diantara serdadu (pilisi dan militer) dan ratusan orang Indonesia (OI) yang keluar dari berikade. Ratusan OI digampar saat melintas para serdadu yang menjaga keamanan konser Iwan Fals “Suara Untuk Negeri” di Silang Monas, Jakarta, Sabtu malam (15/06/2014).

    Ada yang dipukul dengan kayu, bambu dan ada juga yang ditampar dengan keras. Para serdadu yang gagah perkasa ini tidak pandang bulu. Jika melihat dari raut wajah mereka tampak kesal dan sebal melihat OI, para fans fanatik Iwan Fals, yang berusaha melabrak barikade (pagar pembatas).

    - Advertisement -

    Gebukan para serdadu ini luar biasa kerasnya. Saya menyaksikan seorang anak yang ingin keluar dari desakan penonton, saat melintas di depan puluhan serdadu ia juga digampar. Anak itu terkejut. Tapi tak bisa berbuat banyak.

    Saya berdoa agar serdadu yang gampar anak itu dibalas oleh Allah. Saya sebal jadinya.

    Para serdadu ingin fans fanatik Iwan Fals yang disebut OI tidak melompat pagar pembatas. Padahal tidak sedikit OI yang keluar dari barisan ingin mencari nafas. Tapi apa daya, tubuh yang sudah letih, karena sejak sore menunggu, tetap saja kena gebuk. Beberapa OI sempat melawan ketika tongkat kayu hampir menghantam kepalanya.

    Di sini saya sudah tidak konsentrasi memotret Iwan Fals.

    Saat lagu yang bercerita tentang Serdadu. Para serdadu konser Iwan Fals mengayunkan tongkat-tongkat mereka. OI terus bernyanyi bersama idola mereka. “Lantang suaramu otot kawat tulang besi, Susu, telur, kacang ijo, extra gizi, Runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini, Serdadu harus tau pasti.” Nyanyian dari puluhan ribu penonton membuat merinding. Inilah magis dari sebuah konser besar dengan seniman yang dicintai banyak orang.

    FOTO : FRINO BARIARCIANUR
    FOTO : FRINO BARIARCIANUR

    Plak..plok..plak..plok!

    Saya menghitung. Satu, dua, tiga, empat, ….lalu sebelas, 12, 13 ….hingga ratusan jumlahnya. Para OI rata-rata anak-anak muda belasan tanggung terus digampar. Meski di atas panggung Iwan Fals berkata sudah saatnya serdadu turut serta membasmi tikus-tikus yang merusak negara, gebukan terhadap OI terus berjalan.

    Inisiatif ini tidak pernah ditunjukkan oleh para serdadu jika seorang koruptor atau penjahat negara ketahuan belangnya.

    Ini juga terlihat saat di barisan tengah OI mulai sedikit kisruh. Siapa yang mengamankan? Maaf, jelas bukan serdadu yang main pentung tadi. Para serdadu tidak terjun ke tengah massa. Para serdadu hanya bisa menunjuk-nunjuk dengan tongkat dibalik barikade. Beruntunglah kekisruhan itu berhenti. Kejadian ini hanya berselang sekira 5 menit. Lalu para OI merapatkan barisan kembali, bernyanyi lagi.

    “Serdadu….baktimu kami tunggu, tolong kantongkan tampang serammu, serdadu rabalah dada kami, gunakan hati jangan pakai belati.”

    Berikutnya, satu pentungan mendarat di kepala saya, pletak! Duh duniaa….[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here