More

    Pesawat Tanpa Awak ITB Dapat Bantu Cari Korban Bencana Alam

    Ahmad Fauzan Sazli

    BANDUNG, KabarKampus – Pesawat Tanpa Awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) memancing minat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat ini mahasiswa ITB yang tergabung dalam Aksantara membuat pesawat tanpa awak dengan nama yang sama yakni Aksantara.

    19 04 2014 ITB  buat pesawat tanpa awak 02
    Tim Aksantara. Dok. ITB

    Aksantara berbeda dengan pesawat-pesawat tanpa awak yang pada umumnya bersayap putar (rotary wing). Pesawat ini memiliki keunggulan berupa desain sayap tetap (fixed wing) yang dimilikinya. Dengan desain sayap tetapnya, Aksantara cenderung memiliki kemampuan jelajah yang lebih jauh dan relatif lebih unggul dalam membawa beban berat.

    - Advertisement -

    Desain sayap ini juga menjadikan pemasangan maupun pelepasan sayap jauh lebih praktis pada proses perakitan, sehingga UAV Aksantara dapat dipindahkan dengan mudah dan hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk persiapan peluncurannya.

    Menurut Rivaldy Varianto, Ketua Tim Aksantara ITB, pesawat ini diharapkan dapat membantu pemetaan daerah untuk kegiatan pengabdian masyarakat, dokumentasi udara untuk acara-acara tertentu, serta survey kandungan zat di udara. Selain itu, pesawat ini juga dapat dimanfaatkan untuk membantu pencarian korban bencana alam dan transportasi bahan makanan.

    Ia menjelaskan, pesawat dengan panjang 1,5 meter dan rentang sayap 2 meter ini  tidak membutuhkan roda untuk pendaratan operasionalnya sehingga dapat diterbangkan nyaris dimana saja. Mekanisme pengendaliannya pun tergolong praktis, dengan antena berfrekuensi tertentu dan board PixHawk.

    “ Mekanisme kendali otomatis ini menyebabkan Aksantara tidak memerlukan pilot dalam pengendalian terbangnya apabila telah mencapai ketinggian tertentu. Dengan mekanisme ini, UAV Aksantara ditargetkan dapat terbang secara otomatis tanpa campur tangan pilot dengan durasi terbang selama 30 menit,” katanya.

    Tim Aksantara terus melakukan evaluasi dari desain sebelumnya dan merombak desain badan, dimana sambungan antara badan dan ekor pesawat yang tadinya berjumlah 2 buah direduksi hingga menjadi 1 buah saja. Pengurangan sambungan antara badan dan ekor ini dilakukan untuk mengurangi bobot pesawat. Selain itu, bentuk badan pun didesain lebih padat sehingga Aksantara bersifat lebih dinamis.

    Pesawat tanpa awak ITB. Dok ITB
    Pesawat tanpa awak ITB. Dok ITB

    Untuk meringankan bobot Aksantara, styrofoam yang dilapisi dengan fiber composite pun digunakan sebagai material utamanya, ditambah dengan aluminium dan besi untuk beberapa komponen tertentu. Pemilihan material ini didasarkan pada pertimbangan keringanan bobot dan juga kekuatan materialnya.

    Dengan paduan styrofoam dan fiber composite, Tim Aksantara berusaha menciptakan sebuah UAV yang ringan namun kokoh.

    “Meskipun ringan, Aksantara tetap mampu menahan gaya-gaya yang terjadi selama pesawat terbang datar maupun bermanuver,” papar Rivaldy.

    Saat ini, tim Aksantara tengah mempersiapkan diri pula untuk mengikuti Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) yang akan digelar akhir tahun. Selain itu, Tim Aksantara juga memiliki target untuk dapat mengudara dan dimanfaatkan demi kepentingan nasional pada tahun 2015.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here