More

    Sahabat Alam

    Lailiya Rohmana
    Isu tentang lingkungan hidup lebih tepatnya yaitu isu global warming muncul ke permukaan dari abad ke-19 hingga saat ini. Isu ini dibarengi oleh perubahan kondisi lingkungan setelah terjadi revolusi industri besar-besaran diberbagai belahan bumi.

    Akibatnya, tidak jarang terdapat informasi yang dimuat dimedia cetak dan elektronik tentang berita penurunan jumlah populasi hewan dan tumbuhan, munculnya berbagai virus seperti H5N1, perubahan iklim secara ekstrim dan lain-lain. Jika bumi belahan utara mengalami polar vortex yang menyebabkan hampir separuh dari Amerika Serikat membeku.

    Lantas Indonesia memiliki problematika lingkungan berbeda lainnya. Tidak berhenti dengan bencana kabut asap tahun 2013, kini Riau harus mendulang sesak untuk bernapas akibat bencana asap ditahun 2014. Tidak tanggung-tanggung, akibat bencana ini sejumlah masyarakat menderita infeksi saluran pernapasan akut dan terganggunya berbagai aktivitas.

    - Advertisement -

    Selain itu, akibat dari gundulnya beberapa hutan di Indonesia, tidak ayal di musim penghujan sering terjadi bencana tanah longsor dan banjir.

    Mengubah mindset dan pola berpikir bersahabat dengan alam, bukan hal mustahil dilakukan oleh manusia. Merubah pola hidup dari hal terkecil sangat berperan terhadap keberlangsungan umat manusia kedepannya.

    Namun sayang, isu tentang lingkungan hidup tidak sefrekuensi dicerna dengan seksama oleh berbagai instansi baik instansi pemerintah maupun swasta (meliputi perusahaan industri dan jasa).

    Hal ini terbukti, dengan hanya beberapa kota dan kabupaten di Indonesia yang menyediakan 30% lahan untuk area terbuka hijau ataupun mengembangkan area perkantoran, sekolah dan tempat umum lainnya dengan konsep go green. Terlepas dari persoalan tersebut, sebaiknya sikap bersahabat dengan lingkungan dimulai dari diri sendiri.

    Salah satunya yaitu meminimalkan penggunaan kertas. Pasalnya untuk membuat kertas 1 rim berukuran A4 dibutuhkan sebatang pohon berumur 5 tahun. Bisa dibayangkan berapa jumlah pohon yang harus ditebang untuk membuat kertas di Indonesia.

    Selain itu, dengan menggunakan transportasi umum, misalnya bis. Pemerintah dapat menekan APBN untuk subsidi BBM. Dengan menggunakan tas belanja untuk membeli kebutuhan sehari-hari sama artinya dengan tidak mencemari tanah dengan sampah kantong plastik. Pola pikir bangga untuk menolak penggunaan kantong plastik patut dibudayakan. Pasalnya plastik memiliki kandungan polivinil klorida yang bersifat toxic dan sukar terurai hingga 1000 tahun.

    Coba banyangkan jika nantinya Gunung Semeru kalah bersaing tinggi dengan gunung plastik. Pola hidup bersahabat dengan alam selanjutnya ialah matikan lampu saat tidur dan pada siang hari. Gunakan cahaya matahari saat siang hari merupakan langkah termudah mengurangi konsumsi listrik dan lebih ramah lingkungan. Selanjutnya yaitu, membawa botol air minum yang bisa diisi ulang. Dengan langkah tersebut, dapat dicegah penggunaan botol plastik sekali pakai dalam jumlah besar.

    Bayangkan jika satu orang dalam seharinya membutuhkan 2,4 liter atau setara dengan 4 botol air minum ukuran 600ml. Jika dalam sehari manusia hanya membutuhkan satu botol minuman yang dapat diisi ulang berarti alam bisa terselamatkan dari sampah botol plastik air minum sejumlah 4 botol dalam sehari atau 1456 botol dalam setahun untuk satu orang saja.

    Langkah-langkah di atas merupakan pola hidup yang sederhana namun sangat sulit jika tidak terbiasa. Oleh karena itu, jangan bosan-bosan untuk hidup bersahabat dengan alam dimulai dari saat ini. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here