More

    Dewa Budjana dan Museum Gitarku

    Frino Bariarcianur

    Dewa Budjana (kanan) dan Tohpati di Ampiteater Selasar Sunaryo Art Space. FOTO : FRINO BARIARCIANUR
    Dewa Budjana (kanan) dan Tohpati di Amphiteater Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Rabu malam (04/06/2014). FOTO : FRINO BARIARCIANUR

    Ratusan penonton telah memadati Amphiteater Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Rabu malam (04/06/2014). Para penonton hanyut dalam alunan melodi dua musisi Indonesia yang tengah “berdialog” lewat petikan gitar. Mereka adalah Dewa Budjana dan Tohpati.

    Keduanya tampak asyik saling mengisi dan berbagi peran menciptakan harmonisasi. Melodi demi melodi dimainkan dengan apik.

    - Advertisement -

    Setelah penampilan bersama Tohpati, giliran Trie Utami didaulat untuk menyanyikan lagu. Trie Utami adalah salah satu penyanyi Indonesia yang beberapa kali terlibat dalam projek bersama Dewa Budjana diluar grup band Gigi.

    Trie Utami
    Trie Utami

    Aktivitas Dewa Budjana yang tinggi di grup band Gigi sebagai gitaris tak mengendorkan semangatnya untuk terus mengeksplorasi kemampuan. Penampilannya di Ampiteater Selasar Sunaryo Art Space merupakan salah satu wujud keinginan besarnya.

    Dewa Budjana ingin membuat sebuah museum gitar di Payogan, Ubud, Bali. Sejumlah gitaris pun telah bersedia menaruh gitar mereka di “Museum Gitarku” diantaranya Eross, Baim, dan Rhoma Irama. Menurut Budjana, “Museum Gitarku” rencananya akan rampung akhir tahun 2014.

    Untuk memulai mewujudkan sebuah museum, bersama pihak Selasar Sunaryo Art Space, Budjana memamerkan 34 gitar koleksi yang telah di “make-up” oleh sejumlah perupa kenamaan Indonesia. Gitar-gitar Budjana dilukis dan ada pula yang “dimodifikasi” sesuai keinginan perupa.

    “Saya membebaskan seniman untuk mengeksplorasi gitar,” kata Budjana kepada KabarKampus usai pembukaan pameran.

    Budjana pun mengaku banyak belajar hal lain khususnya dunia seni rupa dari proses kolaborasi dengan para perupa. Seperti yang diungkapkan oleh Bre Redana, telah terjadi persenyawaan gitar dan seni rupa.

    “Ketika gitar-gitar itu coba digarap oleh perupa-perupa yang juga memilih jalan seni rupa sebagai jalan hidup dan menghasilkan taksu, kolaborasi ini melampaui apa yang semula diangankan, yakni persenyawaan antara gitar dan seni rupa. Dia melebihi itu. Ia mengungkap secara lebih dalam pelaku-pelakunya, sebagai manusia, sebagai pelaku kebudayaan, sebagai pelaku kehidupan,” ungkap Bre Redana dalam buku Dawai Dawai Dewa Budjana.

    Gitar-gitar itu kini dipajang di Ruang B dan Ruang Sayap, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Pameran bertajuk “Dawai Dawai Gitar Budjana” berlangsung 5-22 Juni 2014. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here