More

    Harapan Indonesia Untuk Konferensi AIDS 2014 di Melbourne

    Ayu Oktariani akan membacakan pidato dalam pembukaan AIDS 2014. (Foto: Koleksi pribadi)
    Ayu Oktariani akan membacakan pidato dalam pembukaan AIDS 2014. (Foto: Koleksi pribadi)

    Konferensi Internasional AIDS 2014, atau sering disingkat dengan ‘AIDS 2014’, akan berlangsung 20-25 Juli di  Melbourne, Australia. Sejumlah perwakilan dari Indonesia, termasuk Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, akan menghadiri acara ini dengan berbagai pesan dan juga harapan.

     Ini adalah ke-22 kalinya konferensi tersebut digelar. Yang menghadirinya antara lain pembuat kebijakan, pekerja bidang HIV (human immunodeficiency virus, yang menurunkan kekebalan tubuh hingga bisa terkena AIDS), dan ODHA (Orang dengan HIV AIDS).

    Dari Indonesia, akan datang hadir antara lain Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dan aktivis Baby Rivona serta Ayu Oktariani.

    - Advertisement -

    Ketiganya membawa kabar dari Indonesia untuk disampaikan pada delegasi-delegasi lain dari berbagai belahan dunia, juga berbagai harapan terkait kemajuan dalam penanggulangan HIV.

    Menurut organisasi USAID, saat ini terdapat sekitar 480.000 ODHA di Indonesia.

     Nafsiah Mboi.

    Menteri Kesehatan Indonesia yang juga pernah bekerja di Komisi AIDS Nasional ini menghadiri AIDS 2014 dalam dua jabatan, yaitu selain sebagai menteri juga sebagai ketua dewan The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria.

    Selain mengetuai beberapa sesi diskusi, Nafsiah juga akan memberi beberapa paparan, antara lain tentang situasi HIV dan epidemi AIDS di Indonesia.

    “Juga ada kegiatan bilateral dengan perdana menteri Tony Abbott dan menteri luar negeri Julie Bishop,” jelasnya dalam wawancara via telepon dengan wartawan ABC Dina Indrasafitri.

    “Selama ini Australia merupakan partner kita  yang sangat baik dalam bidang pembangunan kesehatan di Indonesia. baik untuk penanggulangan AIDS maupun untuk pencapaian MDG [Millenium Development Goals] seperti kesehatan ibu dan anak,” papar Nafsiah tentang kerjasama antar dua negara selama ini.

    Deklarasi Melbourne untuk AIDS 2014 menekankan pentingnya menghapus diskriminasi terhadap golongan-golongan tertentu dalam pemberian akses terhadap pencegahan HIV, dan menurutnya di Indonesia tak ada diskriminasi dari segi aturan atau kebijakan.

    “Yang ada itu adalah dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat…” jelas Nafsiah, “Untuk menghilangkan itu butuh suatu effort yang terus menerus secara kontinyu dan berkesinambungan.”

    Ayu Oktariani

    Aktivis bidang HIV ini mengaku gugup karena nanti ditugaskan untuk membacakan pidato dalam pembukaan konferensi, dengan mengenakan baju tradisional.

    “Rencananya saya akan berdiri mewakili perempuan dengan HIV, kemudian ada teman-teman HIV dari … Asia pasifik, Amerika Latin, ada sekitar 20 orang di belakang saya. Kemudian kita akan pakai baju adat negara masing-masing,” tuturnya.

    Ayu mengaku bersemangat ingin mencari tahu perihal kemajuan medis dan ilmiah terkait penanggulangan HIV, dan juga bertemu ODHA yang pengobatannya sukses.

    “Mungkin karena mereka punya pameran, ada banyak sekali perusahaan farmasi. Mungkin ada beberapa peluang untuk Indonesia bisa mengakses pengobatan,” ucapnya.

    Kabar yang akan disampaikan Ayu dari Indonesia dalam konferensi internasional kali ini ada yang baik, namun ada pula yang buruk.

    “Terkait di Indonesia, itu sebenernya yang paling memperihatinkan adalah angka kasus baru HIV itu semakin meningkat pada ibu rumah tangga,” ucapnya

    “Bukan lagi pada mereka yang disebut kelompok kunci, pekerja seks, pengguna NAPZA, teman-teman LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender).”

    Menurut Ayu, ini karena kelompok kunci sudah sejak lama jadi target sasaran program pendidikan tentang penanggulangan HIV, sedangkan Ibu rumah tangga justru kesulitan mendapat akses pada program tersebut.

    Baby Rivona

    Seperti halnya Ayu, Baby juga bergerak di bidang aktivisme HIV dan AIDS. Ia akan menghadiri konferensi sebagai perwakilan perempuan terinfeksi HIV dari Indonesia.

    Baby sudah sekitar 10 tahun mengadvokasi soal perempuan terinfeksi HIV.

    Kali ini, Ia akan mendorong lebih gencarnya penyikapan terhadap berakhirnya batas waktu untuk mencapai Millenium Development Goals tahun 2015 nanti.

    Millenium Development Goals adalah delapan target pencapaian tingkat kesejahteraan di berbagai negara yang dicanangkan tahun 2000 lalu. Di antara delapan target pencapaian itu adalah memperbaiki kesehatan ibu dan memerangi HIV/AIDS.

    Namun, menurut Baby, ada kemungkinan bahwa HIV/AIDS tak termasuk dalam target-target pencapaian yang akan menggantikan MDGs nanti

    “Di New York, sudah mulai sibuk menentukan goals baru. Tapi desakan atau isu dari perempuan yang hidup dengan HIV dan segala kompleksitas hidupnya tidak terdengar sama sekali,” ucapnya.

    Baby menyatakan bahwa dibanding sebelum tahun 2000, sebenarnya sudah banyak kemajuan terkait penanggulangan HIV di Indonesia. Misalnya, harga obat yang sekarang jauh lebih murah dan akses terhadap pengobatan yang lebih luas.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here