More

    Pelajar Indonesia di Australia Gelar Cerita Soe Hok Gie

    Para mahasiswa Indonesia sedang berlatih bagi pementasan Soe Hok Gie. (Photo: Wiliam Steven)
    Para mahasiswa Indonesia sedang berlatih bagi pementasan Soe Hok Gie. (Photo: Wiliam Steven)

    Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia akan mengadakan sebuah pementasan teater bertajuk Soe Hok Gie: Lensa kecil seorang pejuang untuk rayakan hari kemerdekaan Indonesia 2014.

     Merayakan kemerdekaan tidaklah selalu hanya melalui upacara bendera saja. Seperti yang akan dilakukan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia cabang Victoria (PPIA Victoria). Rencananya, organisasi pelajar ini akan mengadakan sebuah pementasan teater pada tanggal 16 Agustus 2014 yang akan mengangkat kisah tentang Soe Hok Gie.

    Untuk pertama kalinya di Melbourne, PPIA Victoria akan mengadakan pementasan teater Indonesia dengan tajuk Soe Hok Gie: Lensa kecil seorang pejuang. Pementasan yang akan diadakan di Athenaeum theatre ini adalah bagian dari perayaan hari kemerdekaan yang diadakan tak hanya oleh PPIA Victoria saja namun juga oleh PPIA Swinburne University dan PPIA Deakin University.

    - Advertisement -

    Pada tanggal 16 agustus mendatang, kerjasama antara tiga organisasi PPIA ini akan menghasilkan sebuah serangkaian acara yang diberi nama Panggung Merdeka dan Pandawa (pandangan merdeka dalam tawa). Rangkaian acara ini sendiri akan dibuka dengan panggung merdeka yang akan dipentaskan oleh pelajar pelajar Indonesia di Melbourne dan akan ditutup dengan acara stand up comedy yang dibintangi oleh Panji Pragiwaksono.

    Acara Panggung Merdeka sendiri adalah acara teater yang untuk pertama kalinya diadakan oleh PPIA. Selama beberapa tahun belakangan ini, PPIA Victoria memang sudah aktif dalam mengadakan acara perayaan kemerdekaan Indonesia. Sebelumnya, PPIA Victoria sempat mengadakan sebuah pesta rakyat yang diberi nama kampoeng merdeka dimana para warga Indonesia di Melbourne dapat berkumpul untuk menikmati sajian khas Indonesia, pementasan seni, dan juga bermain dengan permainan tradisional 17an seperti lomba balap kelereng dan balap karung.

    Menurut Project Manager panggung merdeka, Eugene Ezra, keputusan untuk membuat pementasan teater pada tahun ini didasarkan oleh rasa ingin “membuat sesuatu yang berbeda.”

    Pertunjukkan ini akan digelar di Athenaum Theater, Collins St, Melbourne, dan penonton dipungut bayaran 5 dolar (sekitar Rp 50 ribu).
    Ketika ditanya mengapa memilih teater, Ezra mengaku bahwa “Visi kita merdeka berekspresi.” Dia menjelaskan bahwa mengikuti visi itu, PPIA Victoria sendiri ingin memfasilitasi bakat pelajar pelajar Indonesia yang ada di Melbourne, salah satunya dalam berakting. Dalam acara ini, PPIA Victoria juga akan bekerja sama dengan Indonesian Creative Community of Australia (ICCA) yang akan berkolaborasi dalam mempersiapkan musik pada pementasan.

    Pementasan ini sendiri memakan waktu tiga bulan persiapan dan akan melibatkan kurang lebih 67 pelajar dalam pementasannya. Acara yang akan diadakan ini akan membawakan penggalan penggalan kecil dari kisah hidup Soe Hok Gie seperti karier menulis dan kisah perlawanan yang dia lakukan.

    Dipilihnya cerita dari Soe Hok Gie juga tidaklah sembarangan. Menurut Ezra, Soe Hok Gie adalah representasi dari pelajar Indonesia yang ada di Victoria. Ia berpendapat bahwa Gie sangatlah mirip dengan pelajar Indonesia di Melbourne.

    “Gie dan pelajar di Victoria ini sama sama menjadi simbol idealisme kemerdekaan.”

    Ezra berharap bahwa dengan pementasan ini, pemuda Indonesia di Melbourne akan teringat akan peran mereka untuk masa depan Indonesia.

    “Kami ingin menunjukkan bahwa kita punya suara untuk kemerdekaan,” tambah Ezra.

    Soe Hok Gie sendiri adalah seorang aktivis mahasiswa dari Universitas Indonesia yang aktif pada era 1960-an. Sosoknya dikenal dari berbagai buku tulisannya yang bercerita tentang perjuangannya menentang Soekarno dan PKI melalui berbagai tulisannya yang di muat di berbagai koran di Indonesia pada masa itu.

    Kisah hidup Soe Hok Gie sendiri pernah diabadikan oleh sutradara Riri Riza pada film yang diberi judul GIE pada tahun 2005. Kisah perlawanan hingga wafatnya di gunung Semeru sendiri sudah tertulis di banyak buku seperti Catatan Seorang Demonstran dan Di Bawah Lantera Merah.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here