More

    Mahasiswa UGM Buat Timbangan Bersuara Untuk Tuna Netra

    Ahmad Fauzan

    Mahasiswa UGM buat timbangan bersuara untuk tuna netra. FOTO : UGM
    Mahasiswa UGM buat timbangan bersuara untuk tuna netra. FOTO : UGM

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengembangkan alat penimbang digital yang dapat bersuara. Alat penimbang ini sengaja diperuntukkan bagi penyandang tuna netra.

    Mahasiswa tersebut adalah Ary Kusuma Ningsih, Arif Abdul Aziz, Laely Nurbaety, Luthfi Yahya, dan Dwitya Bagus Widyantara, mahasiswa Program Studi ELINS Fakultas MIPA UGM. Mereka menamakan produk mereka dengan nama rancang bangun timbangan suara untuk tuna netra (Rama Shinta). Alat ini secara otomatis mampu menghasilkan suara ketika berat barang telah terukur

    - Advertisement -

    “Umumnya para tuna netra merasa kesulitan dalam mendapat informasi yang akurat mengenai berat barang saat jual beli sehingga rawan terjadi penipuan karena keterbatasan mereka,” kata Ary, Senin (11/8/2014).

    Ia menjelaskan, timbangan mereka dilengkapi dengan mikrokontroller arduino uno, empat sensor load cell, buzzer, modul suara,dan spiker. Selain itu terdapat keypad dengan huruf braille.

    “Selain menghasilkan suara, timbangan juga dilengkapi dengan dengan LCDGraphic 16×2 sehingga hasil pengukuran juga akan nampak pada layar ,” jelasnya.

    Adapun menurut Ary, sistem mekanik dari timbangan ini berupa meja timbangan yang pada masing-masig kaki  meja diletakkan sensor load cell.  Meja timbangan ditutup rangka berbentuk balok dengan dimensi 55x40x21 cm. Sementara sisi depan timbangan dirancang dengan kemiringan 45′ untuk penempatan LCD, keypad serta tombol pilihan mode. Sedangkan speaker ditempatkan di bagian belakang alat.

    “Alat ini memakai power dari adaptor untuk bisa beroperasi,” terang Ary.

    Lebih lanjut Ary mengatakan, timbangan yang mereka kembangkan memiliki  kapasitas timbang hingga 30 kilogram. Namun dalam aplikasinya hanya dibatasi untuk mengukur hingga berat 10 kilogram saja.

    “Sebenarnya kemampuan sensornya bisa sampai 30 kg, tapi untuk aman dan keakuratannya kita batasi sampai 10 kg saja,”ujarnya.

    Rama Shinta memiliki dua mode pengukuran berat. Pertama, untuk mengukur berat benda yang akan ditimbang dengan meletakkan barang di atas meja timbangan. Hasil pengukuran akan tampak   pada layar LCD dan menghasilkan suara.

    Kedua,  untuk mengukur berat benda sesuai dengan berat yang diinginkan pengguna. Untuk mode ini, sebelumnya pengguna perlu mengaturberat beban yang diinginkan dengan memasukkan angka menggunakan keypad. Apabila berat yang diinginkan telah terpenuhi maka timbangan akan mengeluarkan bunyi buzzer “beep” panjang. Sementara berat yang diinginkan belum tercapai maka akan terdengan bunyi “beep” singkat.

    Timbangan Bersuara. FOTO : UGM
    Timbangan Bersuara. FOTO : UGM

    Untuk riset dan pengembangan alat mereka menghabiskan biaya setidaknya Rp. 10 juta. Saat ini, Arif dan keempat rekannya belum memproduksi timbangan bersuara dalam jumlah besar. Namun kedepan tidak tertutup kemungkinan untuk mengembangkan dalam skala masal. Pasalnya sudah terdapat sejumlah permintaan dari para penyandang cacat yang berwirausaha berminat terhadap alat ini.

    Timbangan bersuara merupakan inovasi teknologi yang diharapkan mampu mempermudah penyandang tuna netra dalam berdagang. Tak hanya dapat membantu tuan netra, alat ini juga berhasil menghantarkan kelima mahasiswa muda ini melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-27 yang akan dihelat di Universitas Diponegoro, Semarang pada 25-28 Agustus 2014.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here