More

    Peneliti Australia Tantang Ilmuwan Indonesia Ciptakan Lebih Banyak Makanan Siap Saji Kaya Nutrisi

    17 09 2014 prof.-Mike-GidleyBANDUNG, KabarKampus – Prilaku mengonsumsi fast food sudah menjadi budaya sebagian besar masyarakat perkotaan. Meskipun mereka menyadari dampak negatif yang ditimbulkan di dalam tubuh cukup signifikan.

    Bagi Prof. Mike Gidley dari University of Queensland, Australia, tidak ada yang salah dengan fast food, tetapi tingginya lemak, garam, gula di pencernaan dapat berkontribusi menyebabkan penyakit diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan beberapa jenis kanker,

    Selain itu menurutnya, sifatnya yang selalu tersedia dan mudah dicerna membuat “fast food” banyak digemari manusia modern. Direktur Centre for Nutrition and Food Services (CNAFS) University of Queensland tersebut kemudian menggambarkan pola nutrisi manusia ke dalam 3 piramida perkembangan, yakni pre agriculture diet, post agriculture diet, dan industrialized diet.

    - Advertisement -

    Hasilnya dalam pre agriculture diet, konsumsi manusia masih bergantung pada sayur, buah, daging dan telur. Pada post agriculture diet, konsumsi mulai merambah pada sektor susu, roti, dan aneka makanan yang mengandung lemak, minyak, pemanis, dan garam. Sektor ini diletakkan di puncak piramida

    Sementara dalam industrialized diet, sturktur piramida menjadi tidak berbentuk. Makanan fast food dan buatan yang mengandung lemak, minyak, pemanis, serta garam berada di puncak dan mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

    “Inilah tantangan terbesar bagi para ilmuwan untuk menciptakan makanan yang enak tetapi dari segi nutrisi termasuk sehat,” ujar Prof. Gidley dalam “Australia Indonesia Innovative Research Seminar Series: Food Technology Seminar” di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor, Selasa (16/09/2014).

    Ia pun menerangkan kondisi sektor industri makanan Australia saat ini. Menurutnya, industri makanan di Australia telah mengacu pada 3 hal, yakni konsep green, penambahan unsur dari sektor pertanian yang berkualitas tinggi, serta mulai mengembangkan beberapa sektor komoditas unik Australia.

    “Indonesia sangat kaya akan komoditas pertanian yang memiliki nilai nutrisi. Ini bisa menjadi tantangan bagi kita untuk mengembangkannya,” tuturnya.

    Research Seminar Series ini digelar oleh Departemen Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad dengan Kedutaan Besar Australia di Indonesia. Diikuti oleh mahasiswa FTIP Unpad, acara dibuka secara resmi oleh Dekan FTIP Unpad, Mimin Muhaemin, Ph.D. Prof. Gidley sendiri membawakan presentasinya berjudul “ Health and Wealth from Foods – Challenges and Opportunities”.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here