JAKARTA, KabarKampus – BEM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (BEM FE UI) memberikan dukungannya terhadap kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dukungan ini berdasarkan hasil kajian yang dilakukan BEM FE UI.
Fajar Muhammad Rhydo, Ketua Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014 mengatakan, bahan Bakar Minyak Premium menjadi salah satu barang yang disubsidi oleh negara agar dapat digunakan oleh kaum tidak mampu dengan tepat. Namun pada kenyataannnya, subsidi ini malah digunakan oleh kiranya lebih dari 70% masyarakat mampu.
“Merekalah masyarakat yang secara tingkat pendapatan ekonomi sanggup untuk membeli
barang pada harga pasar. Seiring waktu, konsumsi akan BBM premium kian meningkat,” ungkap Fajar.
Menurutnya, hal ini tercermin dalam anggaran negara untuk subsidi BBM yang lebih dari 200 triliun.
Sementara pembangunan produktif Indonesia yang lain membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Fajar mengaku, mereka, sebagai salah satu elemen bangsa, agen intelektual, terpanggil untuk terus menyoroti persoalan ini. Oleh karena itu, berdasarkan studi yang telah kami lakukan, BEM FEUI menyatakan mendukung kebijakanpemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar minyak.
Fajar menyebutkan ada tujun alasan mereka menolak kenaikkan BBM. Berikut poin-poin alasan tersebut :
- Subsidi BBM yang semakin membengkak telah membebani APBN dan mengurangi
fiscal space, padahal, alokasi subsidi BBM sangat timpang dibandingkan alokasi
untuk aspek lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial.
- Subsidi BBM merupakan salah satu faktor utama penyebab defisit ganda yang dialami
oleh Indonesia, di mana dengan mengurangi subsidi BBM, APBN dan neraca
pembayaran dapat diselamatkan.
- Subsidi BBM merupakan kebijakan yang mistargetted, dimana masyarakat
berpendapatan menengah ke atas mendapat porsi paling besar dari subsidi.
- Subsidi BBM justru merupakan salah satu faktor penyebab semakin besarnya tingkat
ketimpangan pendapatan di Indonesia.
- Subsidi BBM yang direalokasi akan menjadi sumber perbaikan multidimensi:
ekonomi di jangka panjang akan tumbuh lebih pesat, ketimpangan pendapatan
berkurang, kualitas SDM dan hidup membaik.
- Subsidi BBM merupakan kebijakan yang kurang tepat apabila ditinjau dari sisi
internasional dan alam.
7. Subsidi BBM yang dibiarkan