More

    Mahasiswa UII Gagas Perumahan Apung Modern

    Gambar gagasan pemukiman apung modern. Dok. UII
    Gambar gagasan pemukiman apung modern. Dok. UII

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Suku Bajoe lahir dan hidup di laut. Mereka memiliki ketangguhan untuk mengarungi lautan sebagai bagian dari sejarah dan jati dirinya. Suku ini memiliki kearifan lokal yaitu dengan membangun pemukiman dan tambak terapung di tengah laut yang dapat dijangkau dengan kapal.

    Rupanya kearifan lokal Suku Bajo ini menginspirasi sekelompok mahasiswa Arsitektur UII, untuk mengembangkan desain konsep pemukiman apung modern di laut. Disebut modern karena desain tersebut banyak mengadopsi teknologi kekinian seperti dalam hal perancangan dan pemanfaatan angin laut sebagai sumber energi terbarukan bagi pemukiman.

    Lukman Hendra Septian mengatakan, meski kearifan lokal suku tersebut telah berusia ribuan tahun namun konsep ini masih sangat relevan untuk direaktualisasi dan diterapkan di masa sekarang yang tentunya melalui berbagai penyempurnaan. Jika direalisasikan, diharapkan hal ini dapat membantu nelayan lokal dan suku-suku laut di Indonesia dalam memperbaiki taraf kesejahteraan hidupnya.

    - Advertisement -

    Ia menjelaskan, desain pemukiman apung modern ini juga dikenal dengan sebutan organic water settlement (OWS). “Konsep yang kami tawarkan adalah pemukiman terapung yang dapat mendukung ketersediaan pangan dan energi untuk komunitas masyarakat laut dan nelayan untuk jangka waktu tertentu”, ungkapnya.

    Selanjutnya, kata Lukman, pemukiman terapung ini memiliki desain yang terintegrasi dengan tambak laut lepas dan dilengkapi dengan ekosistem mikro. Ekosistem mikro yang mereka maksud adalah tambak laut lepas yang memiliki gugus terumbu karang buatan untuk mendukung kualitas hidup ikan-ikan di dalamnya.

    Menurutnya, dalam satu kompleks pemukiman memungkinkan untuk didirikan hingga puluhan tambak sebagai pendukung kehidupan komunitas. Tambak laut ini juga memiliki fungsi lain, yaitu dapat menjadi wahana bagi nelayan dan suku laut dalam menyimpan ikan hasil tangkapannya.

    “Mirip dengan konsep bank ikan sehingga mereka tidak perlu terlalu sering kembali ke daratan. Kapal-kapal penampung dari pelabuhan selanjutnya dapat menjemput tangkapan nelayan di pemukiman apung dan bertransaksi di sana,” terangnnya.

    Hal ini, jelas Luman tentunya dapat meningkatkan efisiensi nelayan dalam mencari nafkah. Sementara kebutuhan energi di pemukiman apung diperoleh dari energi terbarukan yang berasal bilah-bilah kincir pembangkit listrik tenaga angin.

    Meski masih sebatas desain konsep, namun Lukman optimis ide ini memiliki potensi untuk dikembangkan dan diterapkan di masa depan. “Jika Dubai saja sukses membangun dan mewujudkan hunian berupa pulau buatan, maka tidak tertutup kemungkinan jika negara kita pun dapat membangun pemukiman terapung modern dengan konsep yang berakar dari kearifan lokal Suku Bajo”, tuturnya optimis.

    Selain Lukman, konsep pemukiman apung ini juga turut digagas bersama tiga orang anggota tim, yakni masing-masing Fachri Muzaqii, Doni Fajar, dan Furqon Badriantoro.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here