More

    Mahasiswa dan Dosen UI Rancang Kampung Ekowisata Berbasis Kincir Angin

    Ilustrasi kincir angin/ foto : kidnesia.com
    Ilustrasi kincir angin/ foto : kidnesia.com

    Dosen dan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) mengembangkan mengembangkan potensi kincir angin sebagai salah satu sumber energi terbarukan  di Kampung Bungin, Muara Gembong, Bekasi.  Pengembangan kincir angin ini sekaligus menjadikan Kampung Muara Gembong sebagai daerah ekowisata  berbasis kincir angin.

    Pengembangan kincir angin di Kampung Bungin dirancang oleh dengan  Prof. Dr. Adi Surjosatyo, Guru Besar Teknik Mesin FTUI bersama para mahasiswanya yakni Agung Hartansyah, Hafif Dafiqurrohman, Steven Lee,  Ahmad Dien Warits, Muhammad Safhire, Dhedhe Rodat Prasetyo, dan Felly  Rihlat Gibran Simatupan. Program  ini merupakan program Pengabdian Masyarakat UI yaitu, Community Engagement Grants (CEGs) Problem Based.

    Prof. Adi Surjosatyo mengatakan, Kampung Bungin merupakan daerah pesisir  pantai di ujung Kabupaten Bekasi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karawang dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai  nelayan. Pemilihan Kampung Bungin sebagai daerah pengabdian adalah untuk  meningkatkan kemandirian energi daerah, meningkatkan perekonomian warga,  dan membuka mata berbagai kalangan untuk menyelamatkan lingkungan di  sekitar pesisir pantai.

    - Advertisement -

    “Potensi angin Kampung Bungin yang kecepatannya berkisar diantara 1-10 m/s, sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan turbin angin yang akan menghasilkan energi listrik,” kata Prof Adi.

    Selain itu, ia menjelaskan perubahan arah angin pada saat munson timur dan munso barat dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dan kondisi angin yang bertiup dari pagi hari (09.00) hingga malam hari (24.00) menjadikan Kampung Bungin sangat potensial untuk dapat dipasang sistem pembangkit listrik tenaga angin/turbin angin.

    Menurutnya, sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang dirancang oleh Tim Perancang Turbin Angin FTUI merupakan sistem dengan kapasitas 500 Watt. Tower Turbin Angin dirancang dengan tinggi tower 9 meter dan dibagi menjadi 6 bagian (tinggi 1.5m untuk setiap bagiannya) untuk memudahkan mobilisasi dan menggunakan pondasi yang kokoh. Sistem pembangkit ini akan mulai menghasilkan energi listrik pada kecepatan 3 m/s (Cut-in Speed) dan akan berhenti menghasilkan listrik untuk keamanan sistem pada kecepatan 12 m/s.

    “Generator yang dipakai adalah tipe Permanent Magnet Generator (PMG) kapasitas 500 Watt 24VAC 3-Phase. Kemudian untuk sistem kelistrikan dan kontrolnya akan mengonversi listrik menjadi arus DC 24V. Sehingga apabila ingin digunakan sebagai listrik rumah, maka menggunakan Inverter. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini merupakan kerjasama Tim Perancang Turbin Angin FTUI (Wind Energy Team UI) dengan Lentera Angin Nusantara (LAN),” ungkapnya.

    Adapun, menurut Prof Adi, sistem Pemeliharaan dan Perawatan Turbin Angin menggunakan tipe Preventive Maintenance. Pengecekan pada seluruh komponen Sistem Pembangkit Tenaga Listrik Angin dilakukan setiap satu bulan dan maintenance akan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Sistem Pemeliharaan dan Pengoperasian akan melibatkan warga yang dilatih untuk mengoperasikan dan merawat, meliputi: pelatihan pengoperasian dan pengecekan kelistrikan, pemeliharaan komponen (tower, pondasi, turbin, generator, sistem kelistrikan), dan pengukuran kecepatan serta arah angin. Sehingga diharapkan warga mampu mengoperasikan dan memelihara secara mandiri.

    Prof Adi berharapan kedepannya adalah melalui program ini, masyarakat akan dapat terus mengembangkan potensi energi lokal di daerahnya sebagai bentuk alternative energi terbarukan seperti pemanfaatan tenaga ombak dan arus Laut Jawa, aliran sungai Citarum untuk pembangkit listrik tenaga air maupun pemanfaatan panel surya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here