More

    Mengenal Arsitektur Rumah Orang Rimba Lewat Pameran Ekskursi UI

    Salah satu maket bangunan Suku Anak Dalam di pameran Ekskursi, di Jakarta. Foto : Fauzan
    Salah satu maket bangunan Suku Anak Dalam di pameran Ekskursi, di Jakarta. Foto : Fauzan

    JAKARTA, KabarKampus – Suku Anak Dalam atau biasa dikenal dengan Orang Rimba merupakan masyarakat adat yang tinggal di hutan Taman Nasional Bukit Duabelas, Provinsi Jambi. Mereka hidup dengan cara berpindah, berburu dan meramu.

    Cara hidup mereka yang nomaden, mengundang sebanyak 27 mahasiswa Arsitektur Universitas Indonesia datang ke hutan Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi. Para mahasiswa ini tinggal selama dua minggu dan melakukan riset mengenai arsitektur rumah Suku Anak Dalam tersebut.

    Kini bangunan tempat tinggal Suku Anak Dalam Jambi ini dihadirkan dalam pameran “Ekskursi Bukit Dua Belas, Rimba : Menapak Jenggala”. Pameran digelar di Galeri Hadiprana, jalan Kemang Raya Nomor. 30, Jakarta Selatan, dari tnaggal 18 – 21 Desember 2014.

    - Advertisement -

    Pameran ini menghadirkan maket, sketsa, dan foto bangunan-bangunan yang ada di Suku Anak Dalam yang hidupnya berpindah. Salah satunya adalah Belapion. Bangunan ini merupakan bangunan sementara Orang Rimba ketika berburu dan hanya digunakan satu hari. Balapion berbentuk aksonometri dan menggunakan bahan kayu dan daun topus sebagai alas.

    Selanjutnya adalah Rumah Godong. Rumah ini digunakan apabila orang rimba sedang menetap dan membuka ladang. Rumah ini ditinggali 1 -2 tahun atau masa meladang. Orang Rimba menggunakan Rumah Godong sebagai tempat yang lebih kokoh dengan pembagian ruang yang mewadahi aktivitas yang lebih kompleks.

    Kemudian terdapat juga Rumah di Tanoh. Rumah ini dibuat untuk melakukan upacara penikahan dan melahirkan. Rumah ini dibuat menyesuaikan lama waktu masing-masing ritual. Selain itu terdapat juga pemandian bayi dan juga makam masyarakat Suku Anak Dalam.

    Menurut Nana Sebastian Project Officer Ekskursi 2014 mengatakan dari pameran ini kami ingin menyampaikan bahwa arstektur tidak sekedar rumah saja. Banyak hal yang bisa disebut arsitektur.

    “Seperti Suku Anak Dalam, konsep rumah mereka berdasarkan kebutuhan,” kata Nana.

    Menurut Nana, rumah sesuai kebutuhan tersebut salah satunya Belapion. Rumah ini dibangun untuk tidur satu malam. Belapion terbuat dari kayu dan daun hijau. Mereka membuatnya portable dan hanya 15 menit.

    “Hal-hal inilah yang ingin kami ceritakan kepada masyarakat,” ungkap Nana.

    Dalam pameran ini mahasiswa Arsitektur UI tidak hanya memamerkan rumah Suku Anak Dalam. Namun juga sketsa perpindahan masyarakat, cara mereka berburu dan berladang.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here