More

    Butuh Banyak Relawan Untuk Menulis 1500 Buku Braille

    Mega Dwi Anggraeni

    Ngetik keroyokan di Tobucil, Sabtu, (10/01/2015). Foto : Mega
    Ngetik keroyokan di Tobucil, Sabtu, (10/01/2015). Foto : Mega

    BANDUNG, KabarKampus –  Tuna netra bukan tidak bisa membaca, hanya saja mereka membaca dengan cara yang berbeda, yakni menggunakan huruf braile. Namun sampai saat ini, buku braille masih sedikit diproduksi.

    Brangkat dari sana, Yayasan Fellowship of Netra Community (Fency) menggelar acara mengetik ulang untuk dicetak menjadi buku braille. Mereka menamakan kegiatannya dengan Book for The Blind. Kegiatan ini telah digelar sejak 2013 lalu dan digelar di ruang publik.

    - Advertisement -

    Sampai saat ini, Fency sudah berhasil menggelar empat kali Book for The Blind di Jakarta. Meski demikian, buku yang dihasilkan belum cukup.

    “Dari empat kali acara mengetik ulang untuk tuna netra, sampai sekarang baru terkumpul sekitar 200 buku dengan berbagai judul,” kata Tarini, Ketua Fency kepada KabarKampus.

    Menurut Tarini, hingga akhir 2015, mereka menargetkan dalam gelaran tersebut bisa terkumpul sebanyak 1500 judul buku untuk dicetak menjadi buku braille.  Oleh karena itu, mereka membuka peluang jika ada masyarakat yang ingin menjadi relawan untuk membuat acara Book for Blind di kota lain.

    Tarini menuturkan, sampai saat ini, baru Bandung yang sudah menggelar acara berjudul Ngetik Keroyokan di Tobucil, setiap Sabtu sore sepanjang Januari 2015.  “Kami senang sekali jika ada teman-teman dari daerah lain yang ingin menggelar acara serupa. Semakin banyak yang membantu, buku akan semakin cepat terkumpul. Jika ada yang berminat bisa langsung menguhubungi saya di nomor 082114021551 atau ke email [email protected],” jelas Tarini.

    Untuk membantu teman-teman tuna netra se Indonesia ini, lanjut Tarini, Fency sudah menggandeng beberapa penulis buku. Para penulis ini akan menyumbangkan soft copy buku-buku karyanya untuk dicetak menjadi buku braile. “Yayasan Mitra Netra pun sudah bekerjasama dengan beberapa penulis untuk program ini,” imbuhnya.

    Nantinya, buku-buku yang sudah terkumpul akan diedit dan dibuah kedalam huruf braile. Setelah selesai, soft copy braille tersebut akan dimasukkan dalam Komunitas Ebraille Indonesia (KEBI). Hal itu untuk memudahkah tuna netra di seluruh Indonesia.

    “Dengan begitu,  tuna netra yang ada di Surbaya, Kalimantan, Sumatera, dan lainnya bisa langsung mengunduh dan mencetaknya menjadi buku braile tanpa perlu meminta kiriman dari Jakarta,” ujar Tarini.

    Idealnya buku-buku braile yang sudah dicetak tersebut juga disimpan di perpustakaan umum untuk memudahkan teman-teman tuna netra. Karena sampai saat ini, menurut Tarini perpustakaan yang menyediakan buku braille hanya Yayasan Mitra Netra. “Dengan begitu, teman-teman tuna netra bisa datang ke perpustakaan terdekat untuk meminjam buku,” katanya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here