More

    Peneliti Unpad Manfaatkan Rami Sebagai Pengganti Gas dan Minyak Tanah

    Mega Dwi Anggraeni

    Peneliti Unpad gunakan rami sebagai pengganti bahan bakar gas dan minyak tanah. Foto : Mega
    Peneliti Unpad gunakan rami sebagai pengganti bahan bakar gas dan minyak tanah. Foto : Mega

    BANDUNG, KabarKampus – Sudah bertahun-tahun, masyarakat Wanaraja, Garut, Jawa Barat memproduksi rami sebagai bahan pengganti kapas. Mereka tidak menyadari limbah tanaman pardu yang mereka gunakan tersebut ternyata dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar elpiji atau minyak tanah.

    Penelitian terhadap manfaat rami ini dilakukan oleh Asri Peni Wulandari. Ia menemukan bahwa rami bisa digunakan sebagai bahan bakar pengganti elpiji, bahkan memiliki nilai kalori yang seribu lebih tinggi dibanding batu bara.

    - Advertisement -

    “Jika memasak air dengan briket rami yang digabung bonggol jagung akan lebih cepat matang, dibanding memasak air dengan batu bara,” jelasnya kepada KabarKampus saat ditemui usai diskusi Unpad Merespon: Naik Turun Harga BBM, Bagaimana Dampaknya di Eksekutive Lounge, Kampus Unpad, Jalan Dipatiukur, Bandung, Senin (26/1/2015).

    Selama penilitiannya yang telah dilakukannya sejak 2009 tersebut, Asri melihat jika rami merupakan energi alternatif yang paling bagus digunakan oleh masyarakat untuk mengganti elpiji. Tetapi pemerintah tidak pernah melirik kelebihan rami lantaran nilai jualnya dianggap kurang.

    Ketika minyak tanah mulai langka dipasaran dan harga elpiji melonjak, masyarakat pedesaan lebih memilih untuk mencari kayu bakar di hutan. Kekhawatiran Asri terhadap fenomena itulah yang membawanya melakukan penelitian untuk mencari energi alternatif.

    “Sebenarnya ini teknologi yang sederhana. Jika sudah krisis energi, briket rami ini bisa menjadi energi alternatif yang bagus untuk mencegah hutan menjadi gundul,” imbuhnya.

    Sejauh ini briket memang sudah sering digunakan, tetapi dengan menggunakan bahan baku impor dan harga jualnya pun masih lebih mahal jika dibanding rami. “Briket yang ada sekarang harganya 12 sampai 15 ribu per kilogram, sementara briket dari rami bisa seharga 1.500 per kilogram,” ujarnya.

    Ada dua jenis briket rami yang ditemukan oleh Asri selama lima tahun perjalanannyaPertama briket rami yang sudah dikarbonisasi atau rami yang sebelum dipress dibakar terlebih dahulu dalam tungku tertutup dan briket rami yang belum dikarbonisasi. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya.

    Menurut Asri, briket yang sudah dikarbonisasi memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Tetapi, asap yang dihasilkannya cenderung lebih sedikit jika dibandingkan dengan briket yang belum dikarbonisasi. Dan nilai kalori keduanya masih lebih tinggi dibanding batu bara dan kayu bakar.

    Sebelum dijadikan bahan bakar, limbah rami harus dikeringkan terlebih dahulu. Setelah kering, limbah dicacah, dan dipress hingga seukuran sabun mandi batangan. Briket inilah yang selanjutnya dimasukkan dalam kompor khusus dan dibakar untuk memasak.

    Saat ini Asri sudah membuat dua prototipe briket rami serta kompornya. Masing-masing ditempatkan di Malang dan Bengkulu.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here