More

    Ada SMA di Melbourne Bebaskan Siswanya Pilih Kapan Memulai Pelajaran

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Jeremy Story Carter
    Sebuah SMA di pinggiran kota Melbourne menerapkan sistm yang berbeda dengan sekolah lainnya di Australia. SMA Templestowe College ini membebaskan siswanya untuk memilih kapan mereka mau memulai jam pelajaran.

    Bukan hanya itu, para siswa bahkan dibebaskan untuk menentukan sendiri mata pelajaran apa yang mereka ingin pelajari untuk jangka waktu tertentu.

    SMA Templestowe College telah menerapkan sistem yang melimpahkan lebih banyak tanggung jawab kepada siswanya. Hal ini sekaligus mengubah sistem pendidikan yang berlaku selama ini.

    - Advertisement -

    ‘Saya belum pernah bertemu siswa di sini yang tidak menyukai sekolahnya. Ini tentunya sangat jarang dewasa ini,” kata Peter Hutton, Kepala Sekolah Templestowe College.

    ‘Jika anda mengapa, jawabannya adalah karena siswa sendiri yang mengendalikan. Mereka bisa melakukan apa yang ingin mereka lakukan, sepanjang ada hasil positifnya,” jelas Peter Hutton.

    Kebebasan siswa sekolah ini terlihat dari fleksibilitas jam memulai pelajaran. Siswa bisa memulainya pada pukul 7.15, pukul 8.50, atau pukul 10.30 pagi.

    Mereka juga dibiarkan menyusun daftar mata pelajaran sendiri, yang mereka anggap menarik. Artinya, siswa bahkan dibebaskan untuk tidak mengambil mata pelajaran yang secara umum dipandang sangat penting, misalnya bahasa Inggris.

    “Sebanyak 618 dari 620 siswa kami saat ini ternyata memilih bahasa Inggris,” kata Hutton. “Dua siswa lainnya memilih mata pelajaran filsafat dan kesusastraan.”

    “Itu pilihan mereka sendiri,” tambahnya.

    Menurut Hutton, selama ini siswa di Australia menjalani masa-masa SMA-nya dalam tiga cara. “Sepertiga menganggap sekolah sebagai beban,” jelasnya.

    Sepertiga lainnya, kata dia, melewati masa SMA tanpa begitu perduli. Mereka berhasil tamat namun juga tidak mendapatkan potensi mereka yang sebenarnya.

    “Sepertiga sisanya betul-betul merupakan kegagalan,” katanya.

    Menurut Hutton, sejak sistem baru ini diterapkan, tingkat kehadiran siswa mengalami peningkatan tajam.

    Selain itu, ternyata kebanyakan siswa memilih untuk memulai pelajarannya lebih awal.

    ‘Padangan saya sendiri mengatakan, sebaiknya kita sudah meninggalkan sistem penilaian terhadap siswa berdasarkan hasil ujiannya,” jelasnya.

    ‘Membedakan siswa dengan mengatakan, inilah kemampuanmu. Jika mendapat nilai 80, berarti engkau lebih baik dari siswa lainnya yang mendapat 70,” kata Hutton lagi.

    “Dari sudut pandang mental dan psikologis, saya kira membedakan siswa berdasarkan angka sangat tidak sehat,” tuturnya lagi. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here