More

    Penjajahan di Braga Dalam Bingkai Kamera

    Mega Dwi Anggraeni

    Seorang pengunjung melintasi foto-foto dalam Encounter Bandung Exhibition di Galeri Soemardja, ITB. Foto : Mega Dwi A.
    Seorang pengunjung melintasi foto-foto dalam Encounter Bandung Exhibition di Galeri Soemardja, ITB. Foto : Mega Dwi A.

    BANDUNG, KabarKampus – Banyak cerita yang terjadi di Jalan Braga, Bandung. Meski begitu, tidak banyak orang yang menyadarinya. Para pelintas hanya terlena oleh arsitektur tua yang ada, kekokohan bangunan, serta berbagai pemandangan lainnya. Tetapi lewat foto-fotonya, Meicy Sitorus dan Adrien Pezennec berusaha membangun kisah lain dari bangunan sisa-sisa penjajahan Belanda itu.

    Foto-foto yang dipamerkan dalam Encounter Bandung Exhibition di Galeri Soemardja, ITB, menampilkan beberapa objek di kawasan Braga. Tetapi yang paling menonjol adalah foto-foto berukuran 16R yang ditempatkan di sisi kiri pintu masuk galeri.

    - Advertisement -

    Dalam foto-foto berpigura itu terlihat Meicy dan Adrien berlagak sebagai pegawai di mini market, restoran, cafe, bar yang ada di sepanjang Jalan Braga. Ada Meicy yang memakai kemeja pantai dan sibuk di belakang meja bar, Meicy sebagai pelayan restoran dengan seragam merah dan hitamnya. Ada Adrien dengan seragam hijau dan celana khaki berdiri dan membawa nampan penuh botol minuman, Adrien dengan seragam putih dan hitamnya sibuk di belakang kompor, dan beberapa foto lain yang menunjukkan kesibukan mereka sebagai pegawai berseragam.

    Menurut Meicy foto-foto itu merupakan bagian dari cerita berskala global yang coba dia dan Adrien bangun tentang kehidupan di Braga. Tentang masa penjajahan yang ternyata belum berhenti meski Belanda sudah kembali ke negaranya puluhan tahun lalu.

    “Kenapa semuanya berseragam? Apa arti seragam? Seragam memang jadi salah satu bentuk identitas, tapi buat kami ini juga semacam bentuk kolonialisme gaya baru,” katanya kepada KabarKampus saat ditemui di sela-sela pameran.

    Sejak memulai project yang memakan waktu kurang lebih tiga minggu itu, Meicy melihat ketertarikan Adrien pada cerita sejarah. Kemudian, Meicy mengajak pria asal Perancis itu riset ke Braga sebagai salah satu lokasi bersejarah di Bandung.

    Dalam perjalanan itu, Adrien mengaku kebingunan melihat bangunan yang dibangun oleh bangsa penjajah dan masih berdiri di sana. Bahkan beberapa masih terpelihara dan dijadikan tempat nongkrong oleh warga.  Satu pertanyaan dari Adrian pun muncul. “Apakah jejak penjajahan yang ditinggalkan Belanda tidak menimbulkan rasa sakit di hati warga pribumi yang melewati jalan ini?”

    Meicy menjawabnya dengan kalimat sederhana. Buat dia dan warga Bandung lainnya Jalan Braga hanya salah satu jalan untuk plesiran. Hal itu tidak berubah sejak masa penjajahan, ketika Noni dan Meneer Belanda menjadikannya sebagai area perbelanjaan.

    “Pada akhirnya, bangunan-bangunan berasitektur art deco itu hanya menjadi romantisme saja,” kata Meicy.

    Romantisme itulah yang memperkuat narasi Meicy dan Adrien di pamerannya. Mereka juga memajang beberapa foto klasik bangunan-bangunan tua, yang biasanya mejeng di dinding restoran, cafe, maupun tempat perbelanjaan lain di Bandung.

    Pameran yang digelar selama lebih dari satu minggu sejak Senin (9/3/2015) itu merupakan proyek bersama yang dilakukan oleh Meicy sebagai fotografer perwakilan Indonesia dan Adrien fotografer perwakilan Perancis. Keduanya dipertemukan dalam sebuah workshop yang digelar Insitut Franḉais Indonesia (IFI) Bandung pada Februari 2015.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here