More

    FMN Anggap Pidato Jokowi di KAA Hanya Manis di Bibir

    Ilustrasi / Kemeriahan Peringatan KAA di Bandung. Foto : Fauzan
    Ilustrasi / Kemeriahan Peringatan KAA di Bandung. Foto : Fauzan

    JAKARTA, KabarKampus – Presiden Joko Widodo secara resmi telah membuka Konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh pemimpin dan delegasi Negara-negara Asia Afrika pada hari Rabu kemarin,  (22/04/2015). Dalam Pidatonya Jokowi menyampaikan semangat “Spirit Bandung” untuk mengeyahkan imperialisme di Negara Asia Afrika.

    Dalam pidatonya, Jokowi menegaskan, dideklarasikannya KAA 1955 didasari semangat solidaritas negara-negara Asia Afrika untuk melawan segala bentuk penjajahan maupun imperialisme. Jokowi juga dalam pidatonya melontarkan kritikan atas tatanan baru dunia yang terlalu bergantung pada suntikan dana dari IMF, Word Bank maupun ADB. Selain itu Jokowi tanpa rasa ragu menyerukan untuk membangun ekonomi baru yang bertumpu pada kekuatan Asia Afrika dan banyak pesan lainnya.

    Namun, bagi Front Mahasiswa Nasional, pidato Jokowi tersebut tidak berbanding lurus dengan dengan kenyataannya. “Pidato pembukaan Jokowi dalam KAA, hanyalah sebuah omong kosong yang asyik menyebar ilusi untuk menutupi borok megaproyek bisnis dari tuannya, yakni imperialisme AS,” kata Rachmad P Pandjaita, Ketua PP FMN, (Kamis, 23/04/2015).

    - Advertisement -

    Menurutnya, Jokowi mencoba membangun diskursus bahwa isi KAA ke-60 tahun sama dengan semangat Bandung KAA 1955. Hal ini tentu sangat naïf dan tidak berdasarkan fakta. “Tentu itu sangat kontra, karena seluruh pertemuan konferensi tingkat tinggi baik SOM, lembaga internasional dan Kepala Negara/Pemerintah, semata-mata hanya menitikberatkan pelayanan pasar bisnis oleh Negara-negara Asia Afrika terhadap Negara-negara imperialisme khususnya AS,” kata Rachmad.

    Sehingga, menurutnya, forum KAA bukan lagi dijadikan sebagai forum persatuan Asia Afrika untuk melawan imperialisme, akan tetapi forum pelayanan terhadap kepentingan imperialisme untuk meningkatkan super profit di tengah krisis di AS dan eropa yang masih berkecamuk.

    “Sebut saja kegiatan Forum Asia Afrika Bisnis yang membicarakan kerjasama baik di bidang maritim, transportasi, pariwisata, pendidikan, dan pemberian ijin atas penguasaan sumber daya alam. Demikian pula dalam pertemuan Word Economic Forum yang mengahdirkan 650 Ceo Manager TNC/MNC yang didominasi perusahaan raksasa AS seperti; Coca-cola, Exxon, PT. Freeport Morgan, Nestle dan lain-lain,” ungkap Rachmad.

    Ia menuturkan, tujuan utama forum ini tentu bukan untuk membangun sebuah perjanjian perdagangan yang sifatnya adil dan saling menguntungkan yang memberikan kesejahteraan bagi rakyat Asia Afrika khususnya Indonesia. Akan tetapi, perusahan-perusahan raksasa ini berusaha untuk mempertahankan bentuk-bentuk penjajahan baru (Neo-kolonialisme) untuk semakin mengintensifkan dan meluaskan penguasaan atas sumber daya alam dan ekspolitasi rakyat oleh imperialisme.

    Oleh karena itu, FMN menilai Pidato Jokowi dalam pembukaan KAA ke-60 tidak lebih hanya sebuah kebohongan besar untuk mengilusi rakyat. “Konferensi Asia Afrika bukan untuk imperialisme, namun Konferensi Asia Afrika untuk mengenyahkan imperialisme menuju Negara Asia Afrika dan Indonesia yang berdaulat dan mandiri sepenuhnya,” jelas Rachmad.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here