More

    Universitas Hang Tuah Kembangkan Kapal “Bambu” Untuk Nelayan

    Dr. Ir. Akhmad Dasuki Widodo, MSc.,, Dosen UHT. FOTO : A. Fauzan
    Dr. Ir. Akhmad Dasuki Widodo, MSc.,, Dosen UHT. FOTO : A. Fauzan

    JAKARTA, KabarKampus – Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak tanaman bambu. Namun pemanfaatan bambu dinilai belum maksimal. Terutama pemanfaatan bambu sebagai pengganti kayu yang sekarang jumlahnya semakin sedikit.

    Padahal bambu memiliki banyak keunggulan. Selain kuat, bambu juga mudah didapat dan harganya pun terbilang lebih murah dibandingkan dengan kayu.

    Hal ini mendorong Universitass Hang Tuah (UHT), Surabaya untuk mengembangkan kapal berbahan bambu. Salah satu kapal yang tengah mereka selesaikan saat ini adalah Kapal Ikan 5 GT (Gross Ton).

    - Advertisement -

    “Insya Allah Oktober mendatang akan kami launching.  Saat ini kami sedang melakukan pembuatan lambung,” kata Dr. Ir. Akhmad Dasuki Widodo, MSc.,, Dosen UHT dan juga penggagas kapal bambu.

    Menurutnya, seluruh lambung kapal terbuat dari bambu. Pembuatannya akan selesai dalam waktu 1,5 bulan mendatang.

    Namun, kata Akhmad, sebelum kapal dibuat, mereka telah melakukan berbagai uji, seperti uji fisis (berat jenis dan kembang susut), uji mekanis (bending, tari, pukul),  uji pengaruh ruas bambu (node) dalam kontruksi laminasi, uji terhadap ketahanan terhadap serangan binatang dan uji kelelahan.

    “Dari hasil uji tersebut juga mereka mendapatkan kalau bambu 120 persen lebih baik dibandingkan dengan kayu jati,” kata Akhmad.

    Ahkmad mengungkapkan, selain lebih kuat, mereka memilih bambu sebagai bahan membuat kapal karena kayu sebagai bahan membangun kapal susah didapatkan. Kemudian, harga kayu juga semakin melambung tinggi dan masa panen bambu juga tergolong cepat dibandingkan dengan kayu.

    “Bambu itu masa panennya empat sampai lima tahun. Sementara kayu jati bisa 25 tahun,” katanya.

    Kemudian, kata Akhmad, bambu juga merupakan tanaman rakyat yang harganya jauh lebih murah dari jati. Sehingga dengan menggunakan bambu bisa mengangkat harkat para petani.

    “Bambu harganya sangat kompetitif. Dibandingkan dengan kayu jati harganya lebih muerah 25 persen. Untuk kapal 5 GT harganya bisa mencapai 275 juta. Sementara kalau jati bisa 350 juta,” ungkap Akhmad.

    Untuk potensi bambu di Jawa Timur sendiri daerah yang menjadi lokasi pengembangan kapal bambu ini kata Akhmad, bisa memberikan sebanyak 2500 Gross Ton (GT). “Artinya kalau dibuat kapal mampu menghasilkan 500 unit kapal Ikan 5 GT pertahun,” katanya.

    Ahmad mengungkapkan, sebelum mengembangkan kapal dengan besar 5 GT ini sebelumnya mereka juga telah mengembangkan perahu untuk mencari ikan nelayan. Kedepan, mereka telah mempersiapkan kapal yang lebih besar yaitu kapal ikan 10 GT dan 15 GT. Selain itu mereka juga akan mengembangkan kapal Inpeksi Mangrove, Kapal Riset Pantai, dan Kapal Puskesmas agar bisa mendatangi rumah penduduk yang ada di pulau.

    Kapal bambu karya peneliti UHT Surabaya ini sekarang telah mendapatkan hak paten. Akhamad berharap pengerjaan kapal ini bisa melibatkan para nelayan.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here