More

    Memperkaya Karya Seni Dengan Bidang Studi Lain

    Hartanto Ardi Saputra

    Dialoq Pengkajian Senid di Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, Sabtu, (5/09/2015). Foto : Hartanto Ardi Saputra
    Dialoq Pengkajian Senid di Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, Sabtu, (5/09/2015). Foto : Hartanto Ardi Saputra

    YOGYAKARTA, Kabarkampus – Praktik seni modern tidak terbatas pada bidang artistik. Disiplin keilmuan lain, seperti ekonomi, agama, politik, hukum, sains, gender menjadi pertimbangan utama dalam penciptaan karya seni. Hal ini menyeruak dalam dialog pengkajian seni Arts and Beyond, Sabtu, 5 Sebtember 2015, di Gedung Pascasarjana UGM.

    “Saya melihat sistem pendidikan di Indonesia terdapat kesenjangan antara seni dengan disiplin ilmu lain,” ujar Lono Lastoro Simatupang, Kepala Jurusan Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Pascasarjana UGM.

    - Advertisement -

    Ia mengatakan, disiplin ilmu lain justru akan memberi warna pada karya seni. “Misalkan ahli ekonomi bisa mengembangkan manajemen keuangan dalam seni pertunjukan,” ujarnya.

    Lono mengatakan, kedepannya akan lahir perubahan paradigma dari yang semula disiplin ilmu lain hanya menjadi faktor pendukung menjadi faktor utama dalam penciptaan karya. “Gelagat seni telah mengalami perkembangan yang signifikan dengan mempertimbangkan prespektif non-seni.”

    Selain Lono, hadir sebagai pembicara, Guru besar Royal Holloway Universitas London, Matthew Isaac Cohen, memaparkan penelitiannya tentang perkembangan seni di Indonesia saat bersinergi dengan disiplin keilmuan ekonomi. Penelitiannya fokus pada  Wayang Wong yang maju pesat pada masa Mangunnegaran pada abad 19.

    “Saat itu Wayang Wong maju karena bersinggungan dengan ekonomi. Wayang wong dikembangkan dengan uang hasil keuntungan dari komoditas gula,” ujar Matthew Isaac Cohen.

    Menurutnya, pada abad 19 seni Indonesia mulai ada peralihan dari seni yang bersifat sukarela menjadi komoditas.

    Dalam acara ini dipresentasikan 15 naskah yang membahas peranan berbagai disiplin keilmuan pada dunia seni. Di antara 15 naskah tersebut adalah Jiwa ketok Sudjojono dan lahirnya Seni Politis di Indonesia, Problematika Gender dalam Budaya Jawa yang dipresentasikan Djoko Pekik melalui Lukisan  Tuan Tanah Kawin Muda, dan Idolatry Popstar Bob Marly.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here