More

    Banyak Remaja Cedera Karena Tiru Gerakan Tari Ekstrim di Medsos

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Lesley Robinson dan Sarah Whyte

    Penari-penari muda banyak dipengaruhi oleh gambar-gambar yang mereka lihat di media sosial. (Credit: ABC licensed)
    Penari-penari muda banyak dipengaruhi oleh gambar-gambar yang mereka lihat di media sosial. (Credit: ABC licensed)

    Penari muda banyak yang mengalami cedera karena meniru latihan peregangan tubuh ekstrim yang mereka saksikan di internet dan media sosial. Kalangan dokter profesional menilai tren ini dapat merusak karir mereka sebagai panari profesional di masa depan.

    Gambar penari yang melakukan peregangan ekstrim pada kaki dan pinggul mereka kini membanjiri Instagram dan YouTube. Mereka menunjukan posisi yang disebut “kalajengking” atau “over split leg mount”, yang memaksa kaki mereka ke belakang kepala.

    - Advertisement -

    Fisioterapis tari, Lisa Howell mengingatkan penari untuk tidak sembarangan meniru gambar dan video di internet, setelah melihat lonjakan pasien yang mengeluhkan cedera pinggul dan punggung di kalangan penari berusia 11 sampai 14.

    Dia mengatakan anak-anak tersebut memaksa tubuh mereka melakukan gerakan yang melampaui batas fisik mereka.

    “Saat ini kita melihat banyak cedera atau sobekan pada bagian labral yakni sabuk tulang rawan berbentuk melingkar yang melingkupi bola dan soket sendi seperti pinggul dan bahu dan masalah-masalah pada punggung belakang di kalangan anak-anak berusia 11 hingga 12 tahun.”

    “Hal ini sangat membingungkan karena mereka meniru gerakan-gerakan itu untuk menjadi penari yang lebih baik, mereka sering berlatih sendiri ketimbang meminta pendapat dari penari profesional oleh karena itu mereka mendapatkan cedera ini begitu muda, “kata Ms Howell.

    Tren meniru gerakan peregangan tubuh ekstrim ini juga telah menyebabkan penari-penari muda ini berusaha untuk meniru gerakan senam yang rumit yang dilakukan oleh pesenam yang sudah sangat terlatih.

    “Masalah terbesar yang kita hadapi saat ini adalah banyak orang meniru gerakan senam ritmik dan berusaha memasukannya dalam gerakan tarian mereka dan berusaha melakukan hal ini dengan cara secepat-cepatnya atau instant, ketimbang memperhatikan dan mempelajari secara menyeluruh rincian dari latihan yang perlu dilakukan sebelum melakukan gerakan tersebut ,” katanya.

    “Jika pesenam itu tampak tidak aman maka mungkin itu memang bukan gerakan yang aman ,”

    “Jika Anda merasa ngeri maka mungkin memang Anda layak ngeri melakukan gerakan itu.”

    Resiko cedera ini juga semakin meningkat seiring dengan populernya seni tari yang tengah populer.

    Berdasarkan catatan Biro Pusat Statistik Australia, saat ini seni tari bahkan menjadi lebih populer daripada olahraga lainnya, kecuali untuk renang.

    Para penari yang berbagi gambar gerakan tari mereka ini umumnya berasal dari Amerika Serikat dan Australia dan mereka memiliki ratusan atau bahkan ribuan pengikut.

    Para penari muda ini juga mempublikasikan video gerakan-gerakan tari di channel YouTube, yang menunjukan bagaimana cara melakukan gerakan peregangan senam tingkat lanjut.

    Marko Panzic, yang memiliki perusahaan tari terkemuka Dream Dance Company, mengatakan tren di media sosial merupakan faktor utama yang mendorong tumbuhnya ‘sisi berbahaya dari tari”.

    “Gerakan yang mereka lakukan membuat saya merasa ‘ouch’, dan bukan sesuatu yang membuat saya terkagum-kagum atau mengatakan ‘wow’ ‘luar biasa,” katanya.

    Dua penari Australia yang sangat berbakat banyak memberikan ceramah melawan tren yang tengah berkembang ini. Mereka mengatakan cedera tersebut dapat mereka hindari jika saja mereka tidak memaksakan tubuh mereka melakukan gerakan dan posisi ekstrim seperti itu.

    “Gambar-gambar di instagram itu, secara fisik membuat saya kesakitan karena saya tahu itu bukan posisi yang umum atau bisa dilakukan oleh tubuh kita,” kata Aaron Matheson yang berusia 18 tahun.

    Aaron tengah melakukan gerakan kalajengking dan ‘back mount’ di rumah ketika mengalami cedera pertamanya tujuh tahun lalu.

    “Saya terus berusaha melakukan gerakan itu di rumah setiap hari setelah menari dan akhirnya saya bisa melakukannya, tapi disaat yang sama saya juga merasa bagian belakang saya nyeri dan saya sampai jatuh tergeletak dan harus menunggu sampai rasa nyerinya hilang,” tuturnya.

    Dia kini tengah menjalani terapi pengobatan untuk cedera tulangnya.

    Hal serupa juga dialami Charlotte Connors, 17, dari Newcastle, Ia mengalami cedera ketika berusaha meniru video tari di YouTube di rumahnya.

    “Gerakan peregangan ekstrim yang saya lakukan membuat tulang ekor saya terkilir,” katanya.

    Kedua penari ini berharap seandainya saja mereka tahu jenis kerusakan jangka panjang apa saja yang bisa mereka alami sebelum mencoba peregangan ekstrim yang berlebihan tersebut.

    “Gerakan seperti itu bisa menjadikan anda sebagai penari atau menjadikan Anda penari yang cedera,”

    “Jika kamu hendak memaksakan diri sendiri selagi muda dengan melakukan gerakan ekstrim yang berlebihan seperti itu, maka kamu tidak akan memiliki masa depan ketika Anda dewasa,”

    “Dan anak-anak ini perlu belajar memahami hal itu sekarang, cepat atau lambat,”

    Charlotte mengtatakan tren yang berkembang yakni meniru gerakan penari di internet kerao dilakukan oleh anak-anak yang tidak memiliki pelatihan tari yang memadai.

    “Jika anda merasa sakit berhenti melakukan gerakan itu, karena rasa nyeri merupakan pesan dari otak yang mengingatkan Anda untuk berhenti melakukan hal yang Anda lakukan karena itu salah,” katanya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here