More

    Citra “AA” dan Identitas Kota (Bandung)

    Penulis: Frans Ari Prasetyo

    Frans Ari Prasetyo
    Frans Ari Prasetyo, Antropolog

    Kota bermutasi mengikuti kehendak publik dan pengaruh politik dari pemerintahnya. Kota tidak lagi mendambakan sesuatu, melainkan membutuhkan sesuatu.

    Menilik sebuah kota, tentu dihadapkan dengan berbagai instrument kota yang melengkapi kota sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi, pusat politik, pusat kebudayaan masyarakat (urban) dan pusat-pusat hal-hal mutakhir. Mulai yang absurd, tidak lazim, hingga yang paling ajaib ada di kota. Tentu saja instrument-instrument kota ini menjadi tanda dan penanda kota sebagai sebuah identitas yang dipertukarkan dengan beragam macam kepentingannya.

    - Advertisement -

    Identitas kota ini yang kemudian menjadi eskalasi perjuangan kota dalam membentuk persepsi, preferensi dan argumentasi publik dalam diskursus ruang publik (kota).

    Kota Bandung, tentu saja diuntungkan oleh beragam ornament-ornament kota yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan akumulasi surplus nilai sebuah kota dan membentuk identitas kota dalam wujud rupa yang lain, tidak lazim bahkan absurd. Citra ‘AA’ telah melekat dalam struktur masyarakat sunda sebagai sebuah panggilan kepada laki-laki yang dianggap sebagai kakak, saudara atau bahkan orang lain yang tidak ada hubungan keluarga. Bedanya dengan ‘akang’ atau ‘kang’ hanya  diperuntukan untuk panggilan hormat tetapi akrab kepada orang lain saja yang lebih tua. Kebetulan kota Bandung secara geografis berada dalam lingkup masyarakat Sunda, jadi citra ‘AA’ sebagai inisial panggilan keseharian juga menjadi identitas (kota) secara tidak langsung karena dipergunakan dalam keseharian dan melekat dalam memori kolektif warganya.

    Di kota Bandung, inisial ‘AA’ selain telah melekat dalam percakapan keseharian warga, juga telah bertransformasi menjadi atribut yang melekat dalam pribadi seseorang yang sangat mewakili karakter orang tersebut dan tentu saja menjadi bagian dari identitas personal.

    Tapi lambat laun identitas personal itu semakin melebarkan pesonanya tatkala seseorang tersebut menjadi publik figure yang dikenal dalam skala tertentu. Berikut adalah beberapa inisial ‘AA’ yang telah melekat dalam diri seseorang dan telah menjadi identitas personal tetapi kemudian melebar dan dikaitkan dengan identitas dan image kota (Bandung).

    AA Tarmana

    Bagi masyarakat kota Bandung yang lahir sebelum generasi 90an, nama AA Tarmana tentu saja memiliki kesan tersendiri. Bagaimana tidak, AA Tarmana merupakan walikota Bandung periode 1998-2003 yang merupakan walikota pertama setelah era rejim orderbaru dan dimulainya era reformasi. Euforia reformasi masih terasa dalam periode kepemimpinannya. Namun, apabila dibandingkan dengan walikota Bandung sekarang ini, Ridwan Kamil yang begitu sangat popular sebagai walikota dan sebagai artis media sosial atau walikota Bandung sebelumnya, Dada Rosada yang menguasai Bandung selama dua periode (10 tahun) tentu memiliki jejak memori yang kuat dalam ingatan masyarakat kota Bandung sekarang ini.

    Tetapi ada hal yang menarik, kenapa AA Tarmana memiliki kesan tersendiri. Di kalangan masyarakat Bandung, AA Tarmana terkenal sangat galak dan berprilaku layaknya ‘preman’ yang berada di lingkaran birokrasi dan juga prilaku ini juga terbawa hingga di aras masyarakat.

    Selama menjabat sebagai Walikota Bandung, AA Tarmana memang diketahui dekat dengan masyarakat marjinal, terutama masyarakat miskin kota termasuk sisi-sisi yang dianggap oleh publik sebagai eksternalitas negatifnya, seperti kriminalitas dan diasosiasikan sebagai markas preman (kota). Hal ini yang kemudian membuat perspektif masyarakat kota Bandung terhadap AA Tarmana menjadi lebih subjektif terkait kedekatannya dengan preman-preman kota yang berujung kepada image personalnya.

    Tetapi terdapat satu hal yang dirasakan oleh masyarakat Bandung dalam sudut pandang ini. Di masa pemerintahan AA Tarmana, masa dimana awal dimulanya reformasi dan situasi keamanan dirasa masih dalam kondisi kurang kondusif, namun Bandung sangat kondusif pada masa itu.

    Begitu pun dimasa lima tahun kepeminpinan AA Tarmana, angka kriminalitas berkurang, sedikit sekali gangster motor berkeliaran bila dibandingkan kondisi sekarang ini dan keributan-keributan antar kampung (kota) atau wilayah tidak pernah terjadi. Hal ini karena AA Tarmana dekat dengan ‘preman-preman’ kota sehingga tindakan diplomasi ala AA Tarmana mampu meredam eksternalitas negatif kota tersebut.

    AA Gym

    Dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau AA Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhiid di Bandung. AA Gym menjadi sangat populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

    AA Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya. Setiap hari Pondok Pesantren Daarut Tauhid menjadi destinasi turisme untuk wisata religi ditambah masifnya kemunculan AA Gym di media televisi membuatnya semakin popular yang berimbas kepada populernya kota Bandung dalam sisi sudut yang ini.

    Kondisi ini yang membuat kemudian Pondok Pesantren Daarut Tauhid diidentikan dengan AA Gym dan kota Bandung yang kemudian menjadi identitas (baru) kota Bandung.

    Beberapa hal yang membuat AA Gym memiliki fans (fanatik), karena keberhasilannya dalam berdakwah dan menjadi pengusaha sukses. Beragam kontroversi menyertai langkah AA Gym dalam balutan popularitasnya yang kemudian menjurus kepada indentitas yang disematkannya.

    Tetapi indentitas ini mulai meredup ketika pada pertengahan 2000an, AA Gym memilih untuk berpoligami. Kontroversi tentang poligami ini membuat anjloknya kedatangan turis untuk wisata religi di Pondok Pesantren Daarut Tauhid dan semakin meredupnya sinar popularitas AA Gym di televisi. Hal ini juga berdampak dengan meredupnya konektivitas identitas Bandung dan AA Gym.

    Tetapi redup itu tidak hilang sama sekali, hingga saat ini Pondok Pesantren Daarut Tauhid dan aktivitas AA Gym tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang dan tetap menjadi identitas yang unik dan khas di kota Bandung dan untuk kota Bandung itu sendiri.

    Kota Bandung, Oktober 2015
    Kota Bandung, Oktober 2015

    AA Boxer

    Cerita ini bermula pada tahun 1968 yang pada saat itu, AA Boxer baru berusia 18 tahun yang masih berjibaku dengan kerasnya kehidupan kota Bandung. Bernama lengkap Achmad Drajat sudah terbiasa dengan tekanan-tekanan yang berakhir pada kekerasan fisik, seperti penganiayaan dan perkelahian.  Berdasarkan berbagai pengalaman ini, AA Boxer berhasil menemukan 4 unsur gerakan, yaitu memukul, menendang, menangkis/mengelak dan membanting untuk melakukan pertahanan diri dari tekanan-tekanan tersebut. Unsur-unsur gerakan ini yang kemudian dikenal sebagai olah raga seni ilmu beladiri dengan memiliki aliran dan wadah tersendiri.

    Perkembangan olahraga ini,  tepatnya 18 Juli 1972, Achmad Drajat memproklamasikan berdirinya aliran beladiri “Tarung Drajat” yang sekarang disebut Perguruan Pusat Kawah Tarung Derajat atau lebih popular disebut dengan Boxer.

    Tarung Drajat ini diambil dari  kata Tarung yang artinya perkelahian, perjuangan untuk membela diri, sedangkan kata Drajat diambil dari namanya Achmad Drajat.

    Jadi, arti Tarung Drajat adalah cara berjuang mempertahankan diri ala Achmad Drajat. Selain itu terdapat implikasi lainnya, yaitu penggunaan nama nama AA kepada Acmad Drajat sebagai ungkapan penghormatan kepada sang ‘suhu’ dalam konteks masyarakat Sunda dan juga tambahan nama Boxer untuk mengingat akan hasil penemuannya ini.

    Pada tahun 1988, Boxer pertama kali mengadakan kejuaraan yang disebut “Tarung Bebas AA-BOXER CUP” di Kota Bandung. Semenjak itulah beladiri ini semakin dikenal oleh masyarakat luas. Karena pendiri olah raga ini berasal dari Bandung, tinggal dan hidup di Bandung, maka Boxer kemudian diasosiasikan dengan olahraga khas dari kota Bandung yang berkembang menjadi identitas kota Bandung secara tidak langsung.

    Hal yang sama terjadi dengan AA Boxer, yang kemudian dikenal oleh masyarakat kota Bandung sebagai orang yang terbiasa dengan olah fisik/kekerasan walaupun dalam bentuk olahraga beladiri yang kadang-kadang diasumsikan sebagai orang kuat atau bahkan preman dalam sudut pandang lainnya. Hal ini yang kemudian diidentikan dengan pembentuk citra AA, citra Boxer dan citra kota Bandung yang saling beririsan dalam pembentukan identitasnya.

    Citra AA Boxer, olah raga Boxer dan kota Bandung semakin nyata terlihat ketika pada tanggal 6 Januari 1997, KONI Pusat memutuskan Penerimaan Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT) sebagai anggota Biasa KONI Pusat, nomor: 06/RA/1997 dan menjadi cabang resmi olahraga yang pertama kali dipertandingkan pada PON XVI-2004 Palembang.

    Lambat laun Tarung Drajat telah menyebar disemua propinsi di Indonesia, dan juga sampai ke negara-negara lain khususnya Asia Tenggara yang kemudian membentuk Keluarga Olahraga Tarung Derajat atau yang lebih dikenal dengan KODRAT. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena telah membawa citra tarung Drajat melalui keberadaan Boxer sebagai sebuah cabang olah raga original dari kota Bandung dan juga nama AA (boxer) sebagai individu yang lekat dan menancapkan image khusus dalam memori masyarakat kota Bandung khususnya.

     AA Emil

    Sekarang ini, siapa yang tidak kenal Ridwan Kamil (RK) atau disapa Emil, walikota Bandung yang terpilih dalam Pemilihan umum Wali Kota Bandung 2013. Bukan hanya karena posisinya sebagai walikota, namun beberapa hal yang dinilai masyarakat Indonesia, khususnya kota Bandung yang telah menjadikan Emil sebagai tokoh panutan pembangunan kota melalui jargon smart city, creative city untuk Bandung Juara. Karena Emil berada di kota Bandung, maka penyematan panggilan ‘AA’ tidaklah salah menjadi AA Emil agar terlihat akrab dan membumi untuk masyarakat kota Bandung tanpa mengurangi wibawa dan kehormatannya sebagai walikota.

    Jargon-jargon yang direalisasikan nyata dan bisa dinikmati publik melalui beragam macam pembuatan taman-taman dan area publik. AA Emil awalnya terkenal berkat firma arsitektur yang dirikan bersama teman temannya. Firma ini banyak memenangkan penghargaan arsitektur di indonesia maupun luar negeri.

    Agresifitasnya dalam menggunakan sosial media melalui beragam macam jargon, prestasi individu dan firma arsitekturnya ini dan juga beragam komentar mengenai Bandung dimasa depan sesuai mimpi dan harapannya mampu mengambil hati masyarakat kelas menengah kota yang terbiasa dengan akses media sosial untuk mulai mengenal, respek dan kemudian memilihnya dalam pemilukada sehingga mengantarkan AA Emil ke kursi walikota Bandung.

    Citra kota Bandung kemudian sangat terangkat melalui pesona AA Emil dalam media sosial. Akumulasi berimplikasi kepada status citra AA Emil sendiri yang kemudian diidentikan dengan Bandung. Identitas kota Bandung dalam sudut pandang ini dibentuk dan diproduksi oleh keberadaan AA Emil.

    Jadi AA Emil untuk saat ini menjadi garda paling depan dalam pembentukan persepsi dan preferensi publik mengenai perkembangan paling terbaru dari pembangunan kota Bandung sabagai bagian dari citra dan identitas kota yang hendak dibentuk. Maka, tidaklah berlebihan jika AA dan Emil (AA Emil) juga menjadi bagian dari lansekap identitas kota Bandung tersebut.

    AA Taxi

    Apabila melihat ke-4 inisial ‘AA’ telah dikemukakan diatas, maka berhubungan erat dengan profil individu.  Namun terdapat “AA” yang lain yang memiliki aktivitas dan peran yang sama dalam pembentukan citra dan indentitas kota Bandung, yaitu keberadaan Taksi “AA”. Moda transportasi ini memang bernama AA Taksi,  diluncurkan pada tahun 2013 dengan 300 armada. Taksi AA ini kemudian melengkapi dari 11 taksi lainnya yang telah wara-wiri beredar di kota Bandung. Entah kebetulan atau tidak, memiliki koneksi lini bisnis atau tidak, AA Taksi yang beroperasi di kota Bandung ini memiliki nama yang sama dengan AA Taksi yang beroperasi di beberapa kota didunia seperti di Pennsylvania, Bradford, New York, Toronto, Hamilton dan Buffalo, hanya saja perbedannya dalam penulisannya, yang satu dalam Bahasa Inggris : AA Taxi, sedangkan yang ada di Bandung ini dalam bahasa Indonesia : AA Taksi. Selain itu , uniknya lagi semua taksi ini berwarna sama, yaitu kuning. Pilihan warna yang sangat kontras dan tidak lazim apabila dibandingkan dengan moda transportasi yang lain. Tentu saja warna ini juga menyolok sekali terhadap penglihatan sehingga mudah dikenali dan juga sebagai silent marketing terhadap publik. Hal yang sama terjadi juga terhadap AA Taksi yang berada di kota-kota di luar negeri, warna kuning ini menjadi identitas taksi yang sangat mudah untuk dikenali sebagai taksi ; moda transportasi publik yang memiliki preferensi privasi.

    Mungkin untuk masyarakat kota Bandung, inisial AA yang disematkan pada taksi tersebut memiliki arti yang sama dengan arti AA yang diperuntukan untuk individu dalam konteks masyarakat Sunda. Namun keberadaan AA Taksi telah menjadi identitas kota yang baru sebagai bagian dari perkembangan urban infrastruktur kota dalam pelayanan publik dibidang transportasi. Sebagai bentuk apresiasi pemerintah dan masyarakat pada tahun 2014, AA Taksi mendapatkan Taxi Awards dari Walikota Bandung sebagai salah satu taksi terbaik Kota Bandung.

    *Peneliti mandiri, tinggal di Bandung. Tukang motret, hobi belanja buku dan kamera . Tertarik dengan studi-studi perkotaan, visual antropologi, etnografi, sub culture, seni dan arsitektur.

    FB : https://www.facebook.com/FransAriPrasetyo

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. Kosmologi AA ternyata telah mengalami revisi. Dulu kosmologi AA terbangun seperti ini:
      1. Mun jalan di Bandung rarusak, salahkeun Aa Tarmana.
      2. Mun hayang jago ngaji, diajar ka Aa Gym.
      3. Mun hayang jago gelut, guguru ka Aa Boxer.
      4. Mun lapar, dahar di Aa Laksana.

      Sekarang ternyata ada Aa Emil dan Aa Taksi.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here