Rio Dewanto baru saja meraih penghargaan Penggiat Pangan Lokal pada pelaksanaan Konvensi Kopi, Teh dan Coklat Indonesia 2015 yang diselenggarakan di SMESCO pada Selasa (24/11/2015). Keberhasilan ini membuatnya semakin peduli dengan keberlangsungan petani kopi di Indonesia.
Kepedulian terhadap petani kopi Indonesia bermula ketika ia membintangi tokoh Jody dalam film “Filosofi Kopi”. Kemudian bersama tim film membuka kedai dengan nama yang sama pada bulan April 2015 di Jalan Melawai 6, Jakarta.
“Semenjak memiliki kedai Filosofi Kopi, saya menjadi lebih peduli kepada petani Indonesia,” ungkap Rio Dewanto.
Jatuh cinta dengan kopi membuatnya penasaran dengan dinamika perkebunan kopi di Indonesia. Dia pun sempat mengunjungi perkebunan kopi dan melihat langsung petani kopi bekerja.
“Sudah sangat sedikit generasi petani kopi. Banyak anak petani kopi yang lebih memilih urbanisasi, nggak meneruskan menjadi petani kopi.”
Ada banyak alasan kenapa anak petani kopi tak melanjutkan lagi bekerja di perkebunan, salah satunya adalah menjadi petani kopi belum menjanjikan masa depan. Sihir kota lebih silau, sihir yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
Padahal saat ini kopi begitu trend di Indonesia. Lihatlah, anak-anak kota kini lebih banyak nongkrong di warung atau kedai yang menyajikan kopi terbaik Indonesia. Sebut saja kopi dari Aceh, Lampung, Toraja, Bali, dan Papua telah menjadi minuman pilihan. Ada yang disaring atau ditubruk saja, mau dikasih gula atau tidak, dengan krim dan sejumlah rempah, kopi telah menjadi gaya hidup anak muda.
Trend ini rupanya belum memberikan kesejahteraan yang baik bagi petani kopi di Indonesia. Inilah pokok persoalan kopi di Indonesia.
“Saya ngerasa masih banyak banget permasalahan di perkebunan kopi di Indonesia. Tetapi, saya masih optimis dengan potensi industri perkebunan kita dan saya ingin mendorong petani kopi Indonesia untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkap Rio.
Tentu tidak hanya Rio Dewanto, Kabarkampus yakin, mahasiswa juga sangat peduli dengan kehidupan petani kopi Indonesia. Angkat gelas kopinya, kawan. Biar nggak salah paham! []
