More

    Kontainer Lipat, Inovasi Spektakuler Mahasiswa ITS

    Peti Kemas Lipat karya Latama Rizky. Sumber Foto : Duta.co
    Peti Kemas Lipat karya Latama Rizky. Sumber Foto : Duta.co

    SURABAYA, KabarKampus – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) merancang peti kemas yang dapat dilipat. Bila empat peti kemas ini dilipat, maka ukurannya bisa menjadi satu kontainer. Sehingga bisa menghemat ruang di dalam kapal sebesar 25 persen.

    Pengembangnya adalah Latama Rizky Ramadhan, mahasiswa Jurusan Transportasi Laut ITS. Gagasannya ini merupakan juara satu lomba penelitian transportasi nasional Adi Cipta Wahana Nusantara Award 2015 di Jakarta, Senin (30/11/2015) lalu. Kompetisi ini diadakan langsung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Perhubungan.

    Menurut mahasiswa yang akrab disapa Tama ini, ia sengaja mengambil studi kasus pada rute angkut Surabaya-Ambon. Karena berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan selisih muatan kontainer yang mencapai 29 persen.

    - Advertisement -

    “Misalnya ada 100 kontainer menuju Ambon, nanti ketika kembali hanya sisa 70 kontainer,” jelasnya.

    Ia menuturkan, ada tiga kemungkinan kontainer bisa berkurang. Kontainer dibiarkan di Ambon atau dibawa kosongan ke Surabaya. Bisa juga dibuang ke pelabuhan lain.

    Dari data tersebut, Tama menyimpulkan, banyak kontainer kosong yang dari jalur Indonesia Timur ke Barat. Sementara, biaya akomodasi kontainer yang kosong hampir sama dengan kontainer isi.

    Untuk itulah Tama sengaja membuat konsep kontainer lipat. Dari segi finansial, biaya logistik yang dikeluarkan dapat ditekan hingga mencapai Rp 1,3 juta per teu (20 foot equivalen unit) atau Rp 3 milyar per tahun.

    Ia menjelaskan, selain bisa menghemat ruang kapal, peti kemas lipat ini juga bisa meningkatkan keselamatan. Karena titik berat muatan yang lebih rendah dan tidak ada lagi tumpukan peti kemas yang tinggi.

    “Kalau dilipat, titik gravitasinya lebih rendah dan stabilitasnya lebih bagus serta cocok untuk mendukung program tol laut,” ujar mahasiswa asal Jombang ini.

    Namun ia mengaku konsep yang ia gagas sebenarnya sudah mulai diterapkan di Belanda dan Amerika Serikat. Perbedaan dengan inovasi yang ia buat adalah terletak pada perbedaan teknis pelipatan kontainer. “Kalau di Belanda dan Amerika butuh Harbour Mobile Crane (HMG), sedangkan di Indonesia cukup dengan forklift saja karena tidak punya HMG,” jelas mahasiswa angkatan 2010 ini.

    Tama menuturkan, ia yakin hasil penelitiannnya bisa diterapkan di Indonesia. Tinggal sumber daya manusia Indonesia yang siap mengaplikasikan teknologi baru yang dibuatnya.

    Tama mengaku, pada kompetisi yang digelar di Jakarta tersebut mendapat perhatian dari Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan Indonesia. Menurutnya, dalam kesempatan itu, Jonan berniat untuk mematenkan hasil penelitiannya.[]

    Good Luck Tama!!

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here