More

    Terdesak Bayar Kosan, Mahasiswa STAI PERSIS Hasilkan Film Juara

    Kegiatan nonton bareng film "KAA Effect" di Tobucil , Bandung, Minggu, (20/12/2015).
    Kegiatan nonton bareng film “KAA Effect” di Tobucil , Bandung, Minggu, (20/12/2015).

    BANDUNG, KabarKampus – Tak perlu alat yang mahal dan canggih untuk membuat film dokumenter yang menarik. Cukup dengan alat yang ada, film pun jadi.

    Hal ini dilakukan oleh sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Persatuan Islam (Persis), Bandung. Bahkan karya film yang mereka buat, berhasil menjadi juara dua dalam lomba film dokumenter pendek dengan tema “Keberagaman” yang digelar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

    Para mahasiswa ini berasal dari komunitas Savana, STAIN PERSIS Bandung, yakni sebuah komunitas independen yang menerbitkan buletin kampus. Film yang mereka buat berjudul “KAA Effect”dan berdurasi sekitar 16 menit. Film ini menceritakan fenomena foto selfie di sekitaran tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika ke-60 di jalan Asia Afrika, setelah acara berlangsung.

    - Advertisement -

    Rosihan Fahmi, pembina komunitas Savana mengatakan, mereka merupakan komunitas kreatif yang biasanya membuat koran kampus bernama Savana. Koran kampus ini mengharamkan meminta uang kepada pihak kampus. Dan untuk menjalankan koran kampus tersebut, mereka menyewa kos-kosan sebagai sekretariat.

    “Namun diperjalanan, organisasi yang dibangun bulan April 2015 ini tidak bisa membayar uang bulanan kos-kosan. Hal ini membuat mereka akan terusir dari kos-kosan tersebut,” kata Fahmi dalam kegiatan nonton bareng film “KAA Effect” di Tobucil Bandung, Minggu, (20/12/2015).

    Ketika itu, kata Fahmi, ada lomba film dokumenter dengan tema keberagaman yang digelar Universitas Sanata Dharma. Dari sana mereka memutuskan untuk membuat film dengan harapan bisa menjadi juara dan bisa membayar uang sewa kos-kosan.

    “Masalahnya kami ngga punya basic dan juga alat. Tapi kami percaya kalau temen-temen punya potensi,” ungkap Fahmi.

    Kemudian mereka pun meminjam kamera dan alat-alat dari teman. Sementara untuk teknik mengambil gambar dan editing mereka belajar sendiri.

    “Selanjutnya untuk isu mereka mengambil kegiatan selfie di lingkungan Asia Afrika. Karena dari hasil analisa kami selfie merupakan produk instan dari asia afrika,” ungkapnya.

    Sementara itu, Ali Imran Juhada, mahasiswa Jurusan Ilmu Quran dan Tafsir yang juga sutradara film mengatakan, sebagai sutradara, ia tidak pernah diajarkan oleh pihak kampus mengenai pegang kamera dan sebagainya. Ketika itu yang mereka miliki hanyalah keinginan untuk bisa dan semangat.

    “Jadi kami benar-benar tidak punya pengetahuan soal film. Fasilitas kamera tidak punya, tripot tidak punya. Semuanya kami pinjam dari teman. Sementara mick kami pinjam dari masjid,” ungkap Ali yang berasal dari Medan ini.

    Jadi menurut Ali, semua mereka lakukan secara otodidak. Mulai dari pengambilan gambar hingga editing. Referensinya semua film dokumenter yang ada di televisi.

    Film ini dikerjakan selama satu hari pasca digelarnya Konferensi Asia Afrika. Sementara editing dan sebagainya berlangsungs selama 10 hari.

    Menurut Ali, mereka bangga dengan dengan film pertama yang mereka buat ini. Karena selain berhasil menjadi juara dua, film ini juga sebagai pembuktian, kalau mereka yang bukan jurusan komunikasi atau film bisa berprestasi di bidang film atau jurnalistik.

    “Film ini juga ingin mematahkan anggapan orang bahwa kami tidak hanya jago quran dan tafsir. Kami juga bisa di dunia jurnalis,” ungkapnya.

    Selain itu kata Ali, mereka juga bisa membuktikan kepada pihak kampus, kalau mereka bisa lebih baik dari organisasi yang selama ini dibiayai oleh pihak kampus. Karena selama ini ongkos produksi buletin dan sewa sekretariat Savana menggunakan uang sendiri.

    Proses menghasilkan film di komunitas Savana tidak berhenti di film “KAA Effect. Karena saat ini mereka tengah menggarap tiga film sekaligus yakni Cuanki for Change, Halte Impian, dan Halteku Rumahku.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here