More

    Adisa Soedarso antara Plastik dan Filosofi Batik

    ENCEP SUKONTRA

    Setidaknya ada dua kegiatan yang melekat pada perempuan muda yang satu ini, yakni batik dan lingkungan. Keduanya bak dua sisi uang logam yang terpisahkan bagi gadis cantik bernama Adisa Soedarso, seorang finalis Putri Batik Nusantara 2015.

    Adisa Soedarso
    Adisa Soedarso

    Saat ini di bidang lingkungan, dara kelahiran Bandung, 19 Januari 1990 ini menjabat Koordinator Daerah Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Sebuah gerakan yang turut mendorong lahirnya kebijakan kantong plastik berbayar yang bertujuan untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia.

    - Advertisement -

    Kegiatan sehari-hari Adisa Soedarso tak jauh dengan kampanye melestarikan batik dan lingkungan, khususnya mengurangi penggunaan plastik. Kadang, dua kampanye itu melekat di waktu yang sama.

    Seperti ketika jumpa pers pembukaan Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA), ia menjelaskan program Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik disela rangkaian KAA.

    “Indonesia penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia,” kata Adisa Soedarso, alumnus Fikom Unpad jurusan Public Relations.

    Kenyataan itulah yang membuat dirinya terus bergerak untuk mengampanyekan pengurangan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Saat pembukaan pameran “Bandung Cantik Tanpa Kantong Plastik” di Museum KAA, pada Kamis kemarin finalis Putri Batik Nusantara ini juga hadir untuk menyambut Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April setiap tahunnya.

    Lalu apa hubungannya batik dengan lingkungan?

    “Saya tiap hari selalu membawa kantong belanja terbuat dari kain batik,” katan Adisa yang memiliki nama lengkap Adisa Ittaqa Putri Diana Soedarso Ampana saat berbincang dengan KabarKampus.

    Ia kemudian menunjukkan kantong belanja batiknya yang bermotif lereng. Di rumah, ia masih menyimpan tiga kantong dari kain batik dengan motif berbeda-beda. Semuanya ia dapat saat pertama kali terjun di kegiatan lingkungan pada 2013.

    Waktu itu Adisa Soedarso mencari cara mengganti kantong plastik untuk keperluan belanja pribadi. Akhirnya ia dapat kabar sebuah produsen tas memproduksi kantong belanja dari kain batik. Proses membatiknya dilakukan pengrajin batik Tasikmalaya.

    Sebagai pecinta batik dan lahir dari keluarga yang juga mencintai batik, puteri pasangan Ir H Acho Soedarso Msc-Hj Diah Sulisttyowati ini, tanpa banyak pertimbangan langsung membeli kantong batik yang diproduksi terbatas itu.

    Kantong batik incarannya dirancang secara sederhana dan praktis. Mudah dilipat. Karena lukis batiknya dilakukan oleh pengrajin batik berpengalaman, maka motifnya tidak sembarangan. Punya nilai filosofi dan sejarah panjang.

    Adisa Soedarso menjelaskan, tradisi membatik masuk ke daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, sejak jaman Mataram. Pengrajin batik di negeri Pasundan kemudian mengubah motif batik Jawa Tengah itu menjadi lebih fleksibel, tidak kaku.

    Padahal batik lereng versi Jawa Tengahnya memiliki motif yang batik lebih kaku, kesan aristokratnya sangat kuat karena kain batik waktu itu hanya dipakai kalangan keraton. Unsur fleksibelitas batik Jawa Barat dapat dilihat dari batik motif lereng di kantong belanja milik Adisa. Motifnya berwarna biru langit.

    Menurut Adisa, munculnya motif batik lereng dilatarbelakangi kegiatan tapa brata yang dilakukan orang Keraton Surakarta (Solo). Tapa tersebut dilakukan di sebuah lereng bukit dekat laut. Hasil pertapaan menginspirasi lahirnya batik lereng.

    Kantong belanja batik lainnya yang dikoleksi Adisa adalah bermotif truntum. Batik tulis ini menggambarkan sebuah bulatan yang memiliki garis-garis cahaya seperti matahari yang bermakna cinta yang mekar kembali.

    “Saya coba internalisasikan makna batik truntum ke dalam diri saya bahwa saya mencintai batik dan lingkungan,” kata Adisa Soedarso sambil tersenyum.

    Ia yakin, prilaku ramah lingkungan bisa dilakukan melalui pendekatan budaya batik yang sudah dikenal bangsa Indonesia dari turun-temurun, sebelum munculnya plastik.

    Untuk itulah, rencananya ia ingin memiproduksi kantong belanja batik bersama kawan-kawannya di Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. “Karena saya Putri Batik, dan saya juga berkecimpung dalam kegiatan lingkungan jadi ada dua nilai yang saya bawa, cinta batik dan kantong belanjanya itu digantikan batik,” tuturnya.

    Dengan membawa kantong belanja dari batik, secara tidak langsung telah mempraktekkan cinta pada budaya dan alam sebagaimana amanat kearifan lokal sebelum dirusak jaman plastik.

    Kamu mau kan seperti Adisa? []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here