More

    Aplikasi Ayobacain, Bantu Tuna Netra Baca Buku

    Ilustrasi / www.concept-phones.com
    Ilustrasi / www.concept-phones.com

    Mahasiswa Fisip Universitas Indonesia berhasil mengembangkan aplikasi untuk membantu penyandang tuna netra dalam membaca buku. Mereka menamakannya dengan Ayobacain.

    Mahasiswa tersebut adalah Deka Komanda Yogyantara, Mahasiswa jurusan Ilmu Politik angkatan 2013 Fisip UI. Aplikasi yang ia kembangkan merupakan aplikasi pertama di Indonesia yang mengkonversikan buku konvensional menjadi audiobook bagi para penyandang Tuna Netra.

    Saat ini aplikasi Ayobacain tengah dikembangkan dan akan resmi diluncurkan pada Agustus 2016 mendatang. Para penyandang tuna netra dapat mengakses buku-bukunya melalui website www.ayobaca.in dan aplikasi Ayobacain di handphone berbasis iOS dan Android.

    - Advertisement -

    Menurut Deka Komanda, keunggulan aplikasi Ayobacain ada pada akses gratis bagi para tuna netra untuk dapat membaca beragam buku mulai dari textbook, buku ilmiah, diktat, modul hingga novel dan komik. Para pembaca buku dapat merekam dimana saja dan kapan saja sesuai kesediaan waktu yang mereka miliki.

    “Pembaca buku juga tidak harus membaca satu buku full melainkan dapat membaca per-bab dan dapat dilanjutkan oleh temannya yang lain,” katanya.

    Yang menarik dari Ayobacain adalah,Deka berusaha menghidupkan karakter yang ada di dalam buku-buku berbasis cerita maupun gambar seperti novel, cergam maupun komik. Para pembaca buku akan mewakili masing-masing karakter yang ada di buku tersebut dan saling bercerita dengan suaranya yang berbeda, sehingga teman-teman tuna netra turut bisa merasakan emosi dari setiap karakter yang ada di buku.

    Adapun, cara kerja aplikasi ini adalah dengan mengundang masyarakat umum untuk membacakan suatu buku yang direkam secara real-time dan dikonversikan menjadi audiobook melalui aplikasi ayobacain. Dengan demikian, teman-teman penyandang tuna netra dapat mengakses audiobook tersebut melalui website maupun aplikasi ayobacain melalui handphone secara gratis.

    Deka menjelaskan, aplikasi ini dilatarbelakangi bentuk kepeduliannya atas sedikitnya penyandang Tuna Netra yang dapat mengakses buku Braille di Indonesia.  Selain itu, ia melihat bahwa harga buku Braille berkali lipat lebih mahal dan lebih tebal dari buku konvensional, serta judul buku yang sangat terbatas terutama dalam bahasa Indonesia. Di sisi lain, audiobook untuk tunanetra juga masih minim dan mayoritas masih berbentuk CD dengan distribusi yang masih terbatas.

    “Hanya 2.000 orang dari 3,7 juta tunanetra yang dapat mengakses buku Braille di Indonesia. Kondisi ini sangat disayangkan dimana 40% dari 3,7 juta tunanetra tersebut masih dalam usia sekolah dan membutuhkan akses terhadap ilmu pengetahuan melalui buku,”  ungkap Deka.

    Deka percaya Ayobacain mampu membuka akses seluas-luasnya bagi mereka yang berkebutuhan khusus untuk dapat membaca beragam jenis buku dan mempermudah akses ilmu pengetahuan bagi 3,7 juta tunanetra di Indonesia. Ke depannya, Ayobacain diharapkan mampu meningkatkan jumlah audiobooks di Indonesia dan menciptakan gerakan sosial membacakan buku bagi para penyandang tuna netra.

    Ta hanya sampai disana, melalui karyanya ini juga Deka berhasil menerima penghargaan sebagai Top 5 Social Business Project” dalam Program Community Leaders Ayamin Plus yang diadakan oleh NAMA Foundation, Ghadan Institute yang berbasis di Arab Saudi serta Waffa Indonesia Gemilang yang dilaksanakan di Jakarta pada 4 Juni 2016 lalu. Selain penghargaan tersebut, Deka juga menerima pendanaan senilai 17 juta rupiah untuk mengembangkan bisnis sosialnya, yang bertujuan untuk membantu tunanetra di Indonesia. Selain itu, Deka juga menjadi salah satu wakil dari Indonesia yang akan berangkat ke Turki akhir tahun ini untuk mengikuti training social entrepreneurship serta membangun kerjasama lebih lanjut tingkat Global.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here