More

    Kurangi Kematian Bayi, Mahasiswa UMK Buat “Pup Baby”

    Syafiq Bullah Amin, Rahmawan Wijaya dan Mufti Mubarok memperlihatkan Pup Baby.
    (Dari kiri) Syafiq Bullah Amin, Rahmawan Wijaya dan Mufti Mubarok memperlihatkan Pup Baby.

    Kematian pada bayi akibat hipotermia di Indonesiia masih tergolong tinggi. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup.

    Hipotermia merupakan kondisi yang terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C. Tingginya angka kematian pada bayi akibat hipotermia ini, rata-rata terjadi di daerah yang jauh dari akses kesehatan, khususnya di daerah pedalaman.

    Untuk menekan angka kematian bayi karena masalah ini, lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus (FT UMK) membuat alat untuk menghindarkan bayi dari hipotermia. Mereka menamakan alat tersebut dengan nama ‘’Pup Baby’’ (Pupa Incubator Portable for Baby). Para mahasiswa ini adalah Rahmawan Wijaya, Raditya Rifky Herdiansyah, Mufti Mubarok, Syafiq Bullah Amin, dan Ryan Andika.

    - Advertisement -

    ‘’Pup Baby ini lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2016 melalui pengajuan tahun 2015,’’ ujar Rahmawan Wijaya, ketua tim PKM-KC dari FT UMK.

    Selanjutnya, Syafiq Bullah Amin, anggota tim PKM-KC menjelaskan, ide pembuatan Pup Baby dari pengalaman sendiri. Ketika itu bayi saudaranya di salah satu desa di Pegunungan Muria di Kudus meninggal karena mengalami hipotermia.

    ‘’Sewaktu saudara saya membawa anaknya ke rumah sakit, nyawa anaknya tidak tertolong, karena akses ke rumah sakit terlalu jauh melalui naik turun jalanan pegunungan yang cukup berbahaya,’’ terang Syafiq, Rabu (08/06/2016).

    Ia menuturkan, dari pengalaman itu, Syafiq dan teman-temannya mendiskusikan untuk mencari solusi, agar permasalahan serupa tidak menimpa orang lain yang memiliki anak bayi. Kemudian pada 2015, setelah melalui diskusi panjang, akhirnya mereka mengajukan Pup Baby ini dalam seleksi PKM-KC.

    Selanjutnya menurut Syafiq, selama ini yang banyak dikenal masyarakat umum untuk penghangat bayi yaitu incubator yang ada di rumah sakit atau klinik-klinik kesehatan. Namun Itu sangat mahal dan tidak praktis. Sementara Pup Baby ini merupakan peralatan yang simpel dan bisa dibawa ke mana-mana.

    Syafiq dan teman-temannya berharap, alat yang telah dirancangnya ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas di Indonesia. Khususnya di wilayah pinggiran dan pedalaman yang akses ke klinik kesehatan atau rumah sakit, sangat sulit.

    ‘’Harapan kami sederhana, semoga alat ini bisa membantu pemerintah dalam mengatasi atau menekan angka kematian bayi karena hipotermia,’’ kata Syafiq didampingi Rahmawan Wijaya dan Mufti Mubarok.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here