More

    Firna Larasari, Anak Pemulung Peraih Cumlaude di Unnes

    Frina Larasati sedang membatu orang tuanya memisahkan botol-botol yang diperoleh ayahnya. Dok. Unnes
    Firna Larasati sedang membatu orang tuanya memisahkan botol-botol yang diperoleh ayahnya. Dok. Unnes

    Perasaan bahagia saat ini tengah dirasakan Firna Larasati, mahasiswi Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (Unnes). Hal itu karena, ia telah berhasil menuntaskan gelar sarjana dan telah diwisuda oleh Prof Dr Fathur Rokhman MHum, Rektor Unnes di Auditorium Unnes kampus Sekaran Gunungpati, Rabu (27/07/2016).

    Prestasi yang diraih Firna cukup membanggakan. Ia lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,77.

    Bagi Firna diwisuda atau menjadi sarjana adalah momentum yang istimewa. Karena, ia lahir dari keluarga tidak mampu. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan yang tak pasti dan pas-pasan.

    - Advertisement -

    Misianto, ayah Firna, setiap hari bekerja mencari barang bekas dari kampung ke kampung. Mulai dari Mapagan, Ungaran, Gunungpati, Sekaran, dan sekitarnya. Ia biasanya mendapat uang Rp. 50 ribu per hari. Itu pun telah dibantu oleh Firna, Ibu dan kedua saudara kandungnya.

    Misianto mengaku, penghasilan yang ia dapatkan jauh dari cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Apalagi, ia juga harus menanggung sewa lahan rumah yang berdiri di atas tanah bondo desa dengan biaya sewa Rp. 125 ribu per tahun.

    Namun kondisi ini tak membuat Firna patah semangat untuk mengejar cita-citanya di Perguruan Tinggi. Sejak awal ia memutuskan untuk kuliah dengan berbagai cara. Bahkan siap membagi waktu dengan bekerja paruh waktu seperti yang telah dilakukannya saat masih SMA.

    “Dulu biasa kerja sambilan. Kadang jadi penjaga toko, kadang jadi pelayan di rumah makan. Yang penting halal,” katanya.

    Mimpi itu terjawab ketika ia memperoleh beasiswa Bidikmisi, beasiswa bagi siswa berpestasi dari keluarga tidak mampu. Ia bisa kuliah gratis dan menerima uang saku Rp. 600 ribu per bulan untuk transportasi, jajan, dan buku.

    “Dulu bapak pernah bilang, kalau memang harus berhenti kuliah ya berhenti. Tapi alhamdulillah, Bidikmisi mengatasi biaya itu,” katanya.

    Kini, Firna dan keluarganya merasa lega. Gelar sarjana S1 sudah berhasil diraih. Meski demikian, Firna mengaku, hal itu bukan target tertingginya. Ia masih ingin mengejar cita-citanya sebagai dosen. Oleh karena itu, usai wisuda ini ia akan “tancap gas” agar bisa melanjutkan ke jenjang S2.

    “Saya harus kuliah lagi. Kalau tidak ke UGM, saya pengin kuliah di National University of Singapure,” katanya.

    Frirna diwisuda bersama 1.460 mahasiswa mahasiswa dari berbagai program studi, diploma, sarjana, master dan doktor. Gadis berjilbab ini mengaku optimis bisa meraih apa yang dicita-citakannya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here