More

    Zine Ciamis Soroti Perpus Jalanan Bandung Hingga Coretan Dinding WS Rendra

    ENCEP SUKONTRA

    Atur Frekuensi Zine terbitan anak muda Ciamis menyoroti Jalanan Bandung dan Coretan Dinding WS Rendra. FOTO : ENCEP SUKONTRA
    Atur Frekuensi Zine terbitan anak muda Ciamis menyoroti Jalanan Bandung dan Coretan Dinding WS Rendra. FOTO : ENCEP SUKONTRA

    BANDUNG, KabarKampus-Di era serba gadget ini tidak sedikit orang yang masih setia dengan media alternatif zine. Media independen ini bahkan digemari anak muda. Terlihat dari tingginya antusiasme Bandung Zine Fest 2016 yang digelar di Spasial Jalan Gudang Selatan Nomor 22 Bandung, Sabtu (27/08/2016) kemarin.

    Tidak sedikit anak muda yang menerbitkan zinenya tahun ini, seperti yang dilakukan Azmy Yanuar Muttaqien (20) alias Azmy Rancu yang menerbitkan Atur Frekuensi Zine.

    - Advertisement -

    Atur Frekuensi Zine baru berumur setahun dan sudah menerbitkan empat edisi zine masing-masing setebal 46 halaman. Zine ini untuk diterbitkan untuk merangsang mintat baca orang-orang Ciamis.

    “Kita ingin mendorong budaya literasi. Di Ciamis sekarang minat bacanya menurun,” ujar mahasiswa FISIP Universitas Galuh, Ciamis, ini, kepada Kabar Kampus di sela BZF 2016.

    Edisi terbaru Atur Frekuensi Zine—dengan ‘A’ lambang ‘Anarki’ yang biasa dipakai sebagai simbol gerakan bawah tanah—menyoroti berbagai tema yang cukup aktual di Jawa Barat, antara lain pembubaran Perpustakaan Jalanan Bandung oleh militer pada Sabtu (20/8/2016) lalu.

    Zine ini dicetak sehari setelah peristiwa yang menggemparkan dunia literasi itu, yakni Minggu (21/08/2016) di sebuah mesin fotokopi yang ada di pegunungan Kecamatan Rancah, Ciamis, daerah di selatan Jabar.

    Sorotan terhadap pembubaran Perpustakaan Jalanan Bandung disajikan dalam bentuk komik dan opini singkat yang dibuat zinemaker dengan nickname Kokomixxx. Di halaman 22 Atur Frekuensi Zine, Kokomixxx menyajikan kartun berupa seseorang yang tergeletak di trotoar menghadapi seorang pria berseragam aparat yang hendak menginjakan sepatu boots-nya.

    Pria bersepatu boots itu memegang pentungan. Aksi ini diawasi dua orang berseragam lainnya, yang satu memegang senjata laras panjang. Di bagian bawah gambar kartun tertulis kalimat, “ERA APA INI SEBENARNYA?”

    Di halaman berikutnya, Kokomixxx menuliskan kalimat dalam huruf kapital: “SEMAKIN HERAN…JIKA PERGERAKAN YANG BERTUJUAN MENCERDASKAN SAJA DILARANG DAN DIBUBARKAN…” tulis Kokomixxx merujuk pada kejadian yang dialami Perpustakaan Jalanan Bandung.

    Selain menyoroti isu literesi, Atur Frekuensi Zine juga mengulas aksi “vandalisme” yang terjadi pada Gedung Kesenian Ciamis. Ulasan disampaikan Ridwan Hasyimi, kontributor Atur Frekuensi Zine di halaman enam.

    Menurut laporan Ridwan Hasyimi, salah satu coretan berisi kalimat yang ada dalam sajak-sajak karya WS Rendra, bahkan si pencoretnya mengatasnamakan Rendra. “MAKSUD BAIK SODARA UNTUK SIAPA? Rendra”.

    Laporan ini dilengkapi dengan foto-foto bagian depan Gedung Kesenian yang dicorat-coret dengan cat semprot. Ridwan Hasyimi kemudian memberikan analisa terhadap masing-masing coretan.

    Menurutnya, jika si pencoret sebatas orang iseng atau muda-mudi yang kurang ruang ekspresi seni rupa, agaknya mengutip puisi Rendra itu terlalu serius untuk sekedar sebuah keisengan atau sebut saja kenakalan remaja.
    Posisi coretan, kata Ridwan Hasyimi, tepat pada dinding paling depan yang menghadap jalan.

    “Selain posisinya yang visible, tulisan ini menjadi mencolok sebab penulisannya menggunakan hurup kapital secara keseluruhan kecuali untuk tulisan ‘Rendra’. Perbedaan menggunakan huruf ini mungkin dimaksudkan bahwa tulisan berhuruf kapital merupakan kata-kata Rendra,” tulis Ridwan Hasyimi.

    Atau, lanjut Ridwan Hasyimi, bisa saja yang dimaksudkan si pencoret adalah Willibrodus Surendra Bawana Rendra yang pasca masuk Islam mengganti namanya menjadi Wahyu Sulaiman Rendra (WS Rendra), seorang penyair besar Indonesia yang dikenal kritis yang juga pendiri Bengkel Teater Rendra.

    Ridwan Hasyimi kemudian menuliskan “Sajak Pertemuan Mahasiswa” karya WS Rendra. Di tubuh sajak ada kalimat “Maksud baik saudara untuk siapa?”. Berikut sebait petikannya:

    ….
    Ya! Ada yang jaya, ada yang terhina
    Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
    Ada yang duduk, ada yang diduduki.
    Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
    Dan kita di sini bertanya:
    “Maksud baik saudara untuk siapa?
    Saudara berdiri di pihak yang mana?”
    ….

    Menurut Ridwan Hasyimi, dalam film besutan Sjuman Djadja (1997) ada adegan pembacaan sajak “Sajak Pertemuan Mahasiswa” dengan pemeran utama WS Rendra sendiri.

    Ia mengatakan, makna saudara dalam puisi “Sajak Pertemuan Mahasiswa” tertuju pada Pemerintahan Orde Baru. Tapi bagaimana dengan makna “sodara” dalam coretan di Gedung Kesenian Ciamis?

    “Jika puisi ini ditarik secara mimetik ke 2016, barangkali ‘saudara’ versi Rendra dan ‘sodara’ versi si pencoret bisa berjumpa pada satu target yang sama: Pemerintah…spesifiknya Pemda Ciamis…” []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here