More

    Ahli Bencana UGM : Perubahan Hulu DAS Citarum Jadi Penyebab Utama Banjir Bandung

    Suasana banjir di jalan Pasteur Bandung, Senin, (25/10/2016). Foto : Ibenk
    Suasana banjir di jalan Pasteur Bandung, Senin, (25/10/2016). Foto : Ibenk

    BANDUNG, KabarKampus – Banjir yang terjadi di Kota Bandung menjadi banjir yang paling parah dalam 10 – 20 tahun terakhir. Banjir yang terjadi di sejumlah titik ini tidak hanya menghanyutkan mobil namun juga menelan satu korban jiwa.

    Prof. Dr. Sudibyakto, Ketua Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) menilai, perubahan tata guna  lahan  dan  tata  ruang  wilayah  hulu  DAS  Citarum berpangaruh besar terhadap banjir di Kota Bandung adalah perubahan tata guna  lahan  dan  tata  ruang  wilayah  hulu  DAS  Citarum. Ditambah topografi drainase kota yang miring.

    Pada awalnya kata Sudibyakto, bencana banjir kota Bandung disebabkan tingkat curah hujan yang berlangsung sangat singkat dengan intensitas sangat tinggi dan merata. Kemudiaan sistem drainase Kota Bandung yang bertopografi miring mendukung sistem pengatusan banjir membuat banjir berlangsung lebih cepat.

    - Advertisement -

    “Sehingga terjadi banjir  besar dan mampu menerjang apa saja yang dilewatinya,” kata Sudibyakto, Selasa (25/10).

    Selain itu, menurut Guru Besar Fakultas Geografi UGM ini bencana banjir yang melanda Kota Bandung juga, tidak lepas dari faktor cuaca, kondisi  biogeofisik  permukaan  lahan,  dan   faktor  manusia. Urbanisasi dan munculnya kompleks perumahan kumuh di sepanjang sungai juga menyumbang debit  banjir.

    “Hujan dengan intensitas sangat tinggi di atas 60 mm/jam  akan  menyebabkan  kemampuan  lahan  tidak  mampu  menyerap lebihan air hujan sehingga kapasitas infiltrasi tanah  lebih kecil daripada intensitas hujan,” katanya.

    Ia melihat, banjir Kota Bandung potensial terjadi dengan periode berulang  dan makin sering terjadi. Terlebih, ada kemungkinan faktor pengaruh  kejadian  hujan  ekstrim  sebagai  isu  perubahan iklim.

    Oleh karena ia mengusulkan agar Pemkot Bandung melakukan rencana kesiapsiagaan bencana  banjir  kota dengan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah  (BPBD)  dan  instrumen  kelembagaan  lainnya  yang  terkait  dengan  kebencanaan.  Karena sejauh  ini, Pemkot Bandung belum memlikinya. Meskipun  sudah  sering  dilakukan  pelatihan  kebencanaan  namun belum satu kesatuan terintegrasi.

    “Review dan Evaluasi Spasial terhadap rencana detil tata ruang skala besar perlu dilakukan secara menyeluruh dan bertahap,” katanya.

    Disamping itu, tambah Sudibyakto, penegakan  aturan  peruntukan  lahan  menjadi suatu kebutuhan agar Bandung Bebas Banjir di kemudian hari. Perilaku masyarakat kota termasuk para pimpinan wilayah harus berubah menjadi pelaku dalam mengurangi risiko banjir kota  secara  serentak  dan  berkesinambungan  dengan  fokus  pada  perbaikan  ekosistem  kota.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here