More

    Tangkal Radikalisme, Belajar Dari Sunan Kudus

    Pengurus OSIS Madrasah Aliyah Mu’allimat NU memperkenalkan Sunan Kudus kepada sekiat 150 pelajar perempuan se-Kabupaten Kudus. Foto : Istimewa

    KUDUS, KabarKampus – Serangan bom di sejumlah wilayah di Surabaya, mengejutkan banyak pihak. Tidak hanya menimbulkan korban yang cukup banyak, namun aksi terorisme tersebut dilakukan juga oleh perempuan dan anak-anak.

    Peristiwa tersebut menunjukkan adanya perubahan besar dalam pelibatan keluarga dalam aksi teror. Hal ini kemudian menjadi perhatian Pengurus OSIS Madrasah Aliyah Mu’allimat NU Kudus.

    Mereka menggelar sebuah seminar budaya dengan mengangkat strategi dakwah Sunan Kudus dan Sunan Muria. Seminar ini sebagai upaya menangkal gerakan radikal teroris kaum perempuan

    - Advertisement -

    KH. Sofiyan Hadi, Lc., MA, pengasuh Pondok Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah, Honggosoco, Jekulo, Kudus menjelaskan, sudah saatnya semangat toleransi antar umat beragama yang diajarkan Sunan Kudus dipromosikan kepada dunia. Contohnya adalah adanya Menara Kudus yang mirip candi Hindu, juga tempat wudhu’dengan ornamen archa Budha.

    “Itu adalah bentuk akulturasi budaya yang indah. Bahkan Sunan Kudus melarang menyembelih sapi. Padahal hukumnya jelas halal. Hal ini dilakukan oleh sunan Kudus demi menjaga harmoni dan membangun kedamaian antar sesama,” kata Sofiyan.        

    Menurutnya, selain belajar agama dengan benar, generasi muda harus juga mengembangkan jiwa seni dan semangat entrepreneurship. Seni itu olah rasa, supaya hidup tidak kering dan kaku. Sementara entrepreneurship menjadikan hidup kita produktif dan kontributif.

    “Kalau Anda kaya, berapa banyak kebaikan yang dapat anda ciptakan?” ujarnya.   

    Sementara itu, Hj. Khadijah yang juga pengasuh pesantren entrepreneur Al-Mawaddah mengatakan, agar perempuan tidak gampang menjadi sasaran radikalisasi, sebaiknya perempuan fokus terhadap pengembangan potensinya agar menjadi perempuan yang mandiri dan terlibat dalam semua aspek pembangunan. Keluarga perlu menanamkan sejak kecil nilai-nilai kehidupan beragama, bermoral, penuh kasih sayang, belajar mencintai sesama, lingkungan hidup, dan terus dipupuk sampai dewasa. 

    ”Siapa bilang perempuan hanya ngurusi sumur-dapur-kasur? Ajaran Sunan Kudus Gusjigang (Bagus, Ngaji, Dagang) itu bukan khusus untuk laki-laki. Jadi, selain berakhlak mulia, Perempuan harus cerdas dan mandiri,  karena akan menjadi guru yang pertama bagi anak-anaknya,” kata ibu empat anak itu. 

    Seminar ini diikuti oleh sekitar 150 peserta yang keseluruhannya adalah perempuan. Mereka berasal dari perwakilan dari sekolah-sekolah se-Kabupaten Kudus.[]

     

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here