Ahmad Fauzan Sazli
Angga Dwi Martha, Youth Advocate PBB (kiri) bersama Retno Sunarni dari Dirjen Dikti dalam diskusi di acara National Future Educator Conference di Universitas Siswa Bangsa Internasional, Sabtu, Jakart, (26/10/2013). FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI
JAKARTA, KabarKampus – Angga Dwi Martha, Youth Advocate PBB, mengatakan, bahwa pada tahun 2015 Indonesia akan menghadapi ASEAN Economic Community. Dimana masyarakat Indonesia akan bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.
Menurut Angga, tantangan terbesar di Indonesia untuk menghadapi pasar bebas tersebut adalah sumber daya manusai manusia. Sumber daya Indonesia sudah siap atau belum.
Kenyataannya menurut Angga, ketika ia ke Papua, ia mendapatkan ujian yang diberikan untuk mahasiswa adalah materi untuk siswa SMP.
“Artinya belum ada pemerataan di Indonesia,” kata Angga dalam diskusi What Would (Youth) Educators Do? National Future Educator Conference di Universitas Siswa Bangsa Internasional, Jakarta, Sabtu, (26/10/2013).
Selain itu menurut Angga, persoalan lain yang ada di Indonesia adalah pengangguran. Sebanyak 19,59 persen anak muda menganggur.
Menurut Angga, persoalan pembangunan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Antara pemerintah, akademisi, dan anak muda harus bahu membahu mengatasi persolan tersebut.
Namun, menurut Angga, kunci Indonesia sukses di pasar bebas 2015 diantaranya adalah bahasa dan teknologi. Selain itu adalah pendidikan informal.
Menurut Angga, mahasiswa tidak cukup hanya kuliah. Pendidikan lain yang dapat dilakukan mahasiswa adalah voluntering. Menurutnya karena dari voluntering inilah ia ditawarkan kerja di PBB. Setelah sebelumnya ia menjadi voluntering di PBB untuk gempa bumi di Padang.
“Saya lulus diusia 18 tahun, ketika itu langsung mendapat tawaran dari PBB,” jelas Angga yang kini berusia 22 tahun.
Angga menjelaskan, voluntering tersebut bukan hanya dalam arti sempit yakni ikut acara amal dan sebagainya. Aktif di organisasi kemahasiswaan merupakan bagian dari voluntering.[]