More
    HomeKREASISENI BUDAYA

    SENI BUDAYA

    Pakar Budaya UI: Akulturasi Budaya China Sumbang Keragaman Indonesia 

    Menurut Pakar budaya China, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Universitas Indonesia (UI), Dr. Rahadjeng Pulungsari Hadi, M.Hum., generasi muda etnis China tidak lagi terikat pada trauma-trauma politik, mereka lebih bebas mengekspresikan diri dan lebur dalam masyarakat.

    Tan Malaka dan Teater Pantai Selatan

    Tan Malaka memiliki grup Teater yang bernama Pantai Selatan. Grup teater ini dibentuk ketika beliau berada di Bayah, Banten era penjajahan Jepang. Beliau masih menggunakan nama saraman Iljas Husein. Saat itu beliau menjabat Ketua Badan Pembantu Keluarga Pembela Tanah Air (PETA).

    Tentang Inovasi Puitik

    "Goblok saja tidak cukup untuk menjadi penyair di Indonesia!" Itu mesti jadi semboyan baru dalam dunia puisi Indonesia kontemporer bila ingin maju.

    Melankoli Perselingkuhan, Melankoli Kematian

    Benarkah karya seni adalah semata soal “misteri”, sesuatu yang tak bisa dijelaskan, sesuatu yang harus dikeluarkan dari wilayah epistemologi? Apakah misteri itu—jika dirumuskan dengan bahasa formal logika—merupakan sebuah bentuk pernyataan kontradiksi ataukah hal itu justru sebuah pernyataan khaotik karena relasinya dibangun oleh tiga variabel atau lebih?

    Diegesis dan Mimesis Dalam Seni

    Pemisahan antara fakta dengan fiksi sebenarnya adalah soal klasik. Jejaknya bisa ditelusuri sejak pemisahan antara konsep diegesis dengan mimesis, antara menceritakan (tak langsung, narasi) dan menghadirkan (langsung, representasi), antara Plato dan Aristoteles.

    Slam Poetry

    Puisi "Slam" adalah semacam gerakan puisi protes—melanjutkan tradisi puisi "Beat" pada tahun 60-an—di Amerika Serikat. Para penyair "Slam" biasa mengorasikan puisi-puisinya di panggung-panggung terbuka acara sastra, di kafe-kafe, dan di taman-taman publik. Mereka membaca puisi, seolah ingin menembus suasana senyap dan bungkam, setelah "revolusi" tak ada lagi.

    Satu Puisi Milan Djordjevic

    Dari segi artistik, puisi "Mantel" karya Milan Djordjevic ini jauh mengatasi puisi "Aku" karya Chairil Anwar yang amat verbal itu. Ada lapis-lapis metaforik di dalam puisi "Mantel", lapis-lapis estetika yang tetap menjaga nilai puitik hingga tak terjatuh ke dalam semacam verbalisme--semacam khotbah atau filosofi palsu.

    KABAR LAINYA