Ahmad Fauzan Sazli
Iwan Hermawan, Sekjend Federasi Guru Independen Indonesia (FGII). FOTO :AHMAD FAUZAN SAZLI
JAKARTA, KabarKampus – Kebijakan pemerintah menggantikan Kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 membuat kalangan guru resah. Mereka pun mendesak pemerintah agar kurikulum 2013 tersebut ditunda pelaksanaanya.
Iwan Hermawan, Sekjend Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) mengatakan, bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 tidak ada kepastian. Informasi awal pelaksanaanya hanya berlaku pada tiga mata pelajaran yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Sejarah, serta pelaksanaan peminatan dikelas XI. Namun tiba-tiba ada informasi baru, bahwa pelaksanaan kurikulum tersebut disiapkan untuk semua pelajaran dan dilaksanakan di kelas X.
“Ini menimbulkan keresahan karena sekolah harus kembali menyesuaikan guru dan jadwal pelajaran,” kata Iwan dalam konferensi pers di LBH, Jakarta terkait kurikulum 2013, Kamis, (11/07/2013).
Selain itu menurut Iwan, Kurikulum 2013 ini membuat terjadinya PHK besar-besaran terhadap guru honorer khususnya guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SD dan TIK di SMP dan SMA. Dalam kurikulum tersebut dua mata pelajaran itu telah direduksi sehingga tidak diperlukan lagi.
Iwan menjelaskan, kebingungan juga terjadi karena buku belum tersedia, khususnya mata pelajaran di luar matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah. Selain itu belum adanya pelatihan kepada guru padahal proses pembelajaran tahun pelajaran 2013/2014 akan dimulai pekan depan, yakni tanggal 15 Juli 2013.
Tak hanya itu pelaksanaannya kurikulum 2013 tersebut diskriminatif. Terdapat sekolah yang tidak ditunjuk dalam pelaksanaan kurikulum 2013. “Ini telah menimbukan kerugian baik finacial, mental maupun material, karenakan terjadi disparitas kualitas siswa,” kata Iwan.
Dalam kesempatan tersebut, FGII mendesak Kemendikbud untuk menangguhkan pelaksanaan Kurikulum 2013 ke tahun 2014/2015. Untuk tahun ini pemerintah hanya melakukan sosialisasi saja.[]