More

    Gerakan Masyarakat Sipil Transnasional

    Penulis: Virtuous Setyaka, Dosen di Jurusan Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Andalas, Padang; Mahasiswa Doktoral (S3) di Program Studi Hubungan Internasional, Program Pasca Sarjana, FISIP, Universitas Padjadjaran, Bandung; Anggota di Geostrategy Study Club (GSC) Indonesia; dan Direktur Kajian di International Relations Epistemic Community (I.REST) Indonesia.

    Tulisan ini dipresentasikan dalam “Presentasi Ilmiah: GERAKAN MASYARAKAT SIPIL TRANSNASIONAL: Analisis Teori dan Praktik dalam Perubahan Sosial Global” yang diselenggarakan oleh Geostrategy Study Club di Kaka Café, Jl. Sultan Tirtayasa, No. 49, Kota Bandung.

    REFERENSI

    - Advertisement -

    Ana Saggioro Garcia dan Miguel Borba de Sá, “Overcoming the Blockage”: An interview with Robert W. Cox, Estudos Internacionais, v. 1 n. 2 July – December 2013 p. 303-318.

    Andrew Feenberg, “The Philosophy of Praxis: Marx, Lukács and the Frankfurt School”, https://www.sfu.ca/~andrewf/Philosophy%20of%20Praxis%20preview.pdf.

    Chase-Dunn, C., P. Taylor, G. Arrighi, R. Cox, R, H. Overbeek, B. Gills, A. Frank, G. Modelski, and D. Wilkinson (1994) “Hegemony and Social Change”. Mershon International Studies Review, 36: 361–76.

    Duncan Green (2012), “Why civil society matters for improving governance”, Commonwealth Governance Handbook 2012/13, p. 41-43. http://www.commonwealthgovernance.org/assets/uploads/2012/10/Why-civil-society-matters-for-improving-governance.pdf.

    John S. Moolakkattu, “Robert W. Cox dan Teori Kritis Hubungan Internasional”, International Studies 2009 46: 439, DOI: 10.1177/002088171004600404

    Malesela John Lamola (2018), “Marx, the Praxis of Liberation Theology, and the Bane of Religious Epistemology”, Religions, 2018, 9, 74; doi:10.3390/rel9030074.

    Marco Briziarelli, “(Re-) Occupy Critique! The Condition of Theory and Praxis in Contemporary American Academia”, Graduate Journal of Social Science, September 2013, Vol. 10, Issue 3, ISSN: 1572-3763.

    Marisa von Bülow (2010), Building Transnational Networks: Civil Society and the Politics of Trade in the Americas, New York: Cambridge University Press.

    Michael Brie and Alex Demirović, Karl Marx: Strategy and the Philosophy of Praxis Towards a re-Appropriation of His Thinking in Order to Provide a Radical Perspective for Liberation, Impressum Online-Publikation 6/2018, Berlin: the Rosa-Luxemburg-Stiftung.

    Natalie Cowley, “What is Praxis? Discussed in relation to Hegel, Marx, Nietzsche and Sartre”, https://www.waikato.ac.nz/__data/assets/pdf_file/0005/149261/NatalieCowley.pdf.

    Richard Wyn Jones (1995) “‘Message in a bottle’? Theory and Praxis in Critical Security Studies”, Contemporary Security Policy, 16:3, 299-319, DOI: 10.1080/13523269508404119

    Robert Cox (1983), “Gramsci, Hegemony and International Relations: An Essay in Method”, Millennium Journal of International Studies, 12, 162–75.

    Stephen Gill ed (1993), Gramsci Historical Materialism and International Relations, Cambridge: Cambridge University Press.

    Sidney Tarrow (2005), The New Transnational Activism, New York: Cambridge University Press.

    Winner Agung Pribadi (2008), “Sumbangan Perspektif Gramscian dalam Memahami Gerakan Globalisasi Alternatif ”, Global & Strategis, Th. II, No. 1, Januari-Juni 2008, hlm. 23-37.

    https://en.wikipedia.org/wiki/Praxis_(process).

    ——————–

    [1] Dalam konteks organisasi inilah kemudian kita mengenal konsepsi tentang Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang dibedakan dengan Masyarakat Sipil karena individu juga menjadi bagian dari masyarakat sipil. Dan kata atau istilah sipil mengandung makna memiliki kesadaran politik yang baik dan benar.

    [2] Pendekatan dinamis, multi-skala, dan multidisiplin dapat digunakan untuk menganalisis TCA. Mengadopsi pendekatan multidisiplin memberikan cara terbaik untuk meningkatkan pemahaman kita tentang TCA.

    [3] Berkesesuaian dengan pendapat Tilly, Tarrow, dan McAdam yang menyebutnya “unconventional” ketika dibandingkan yang “institutional”.

    [4] Pembedaan ini tidak utuh menurut saya, sebab bercampur antara persoalan sangat terlembaga dan longgar dengan yang lokal, mestinya dilengkapi dengan yang transnasional. Namun bisa dipahami juga bahwa kemungkinan untuk melihat yang transnasional hanyalah sebagai perluasan dari yang lokal setelah perluasan dari yang nasional. Sehingga memungkinkan adanya pandangan bahwa yang organisasional adalah di lokal, di luar itu adalah perluasan dan dapat dipahami dalam kajian jejaring atau jaringan saja.

    [5] Dalam pernyataan ini kita bisa temukan dan pahami konteks dan konsep: organisasi, individu, rumah tangga, dan negara.

    [6] Multilateral lebih tepat dimaksudkan pada konteks lebih banyak isu, sedangkan multinasional merujuk pada aspek beropoerasi di banyak negara, dan transnasional adalah melampaui negara-bangsa.

    [7] Duncan Green, “Why civil society matters for improving

    governance”, Commonwealth Governance Handbook 2012/13, p. 41-43. http://www.commonwealthgovernance.org/assets/uploads/2012/10/Why-civil-society-matters-for-improving-governance.pdf

    [8] Misalnya upacara/seremoni, konsultasi, proses birokrasi, pengumpulan informasi, pendaftaran peristiwa, pelaporan untuk dinas militer, mendaftar untuk memilih, membayar pajak, menghadiri pertemuan asosiasi, menerapkan kebijakan, menegakkan hukum, melakukan pekerjaan administratif, membaca koran, meminta pejabat untuk bantuan, dan sebagainyaTilly, Tarrow, McAdam menantang batasan antara politik yang dilembagakan/terinstitusionalisasi dan yang tidak dilembagakan/tidak terinstitusionalisasi. Namun, mungkin lebih tepat dilihat sebagai “politik institusional” dan “politik non/tidak konvensional”. Meskipun mereka mengakui bahwa batas-batas antara politik yang dilembagakan dan yang tidak dilembagakan sulit untuk digambarkan dengan tepat/presisif.

    [9] Istilah “episodik” tidak termasuk peristiwa yang dijadwalkan secara rutin seperti pemungutan suara, pemilihan parlemen, dan pertemuan asosiasi – meskipun peristiwa semacam itu dapat menjadi batu loncatan untuk politik perseteruan.

    [10] Sehingga menghasilkan yang disebut disebut sebagai episode-episode perseteruan (episodes of contention).

    [11] Istilah “publik” untuk mengecualikan pembuatan klaim yang terjadi sepenuhnya dalam organisasi yang terikat dengan baik, termasuk gereja dan perusahaan.

    [12] Contained contention, sudah ada perseteruan sebelumnya dan didorong lebih maju.

    [13] Melibatkan pelampauan batas yang bisa diterima atau dipaksakan, terutama penerimaan secara sosial.

    [14] Sinkretis: bersifat mencari penyesuaian (keseimbangan dan sebagainya) antara dua atau lebih aliran, baca: https://kbbi.web.id/sinkretis.

    [15] Eklektik: bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber .

    [16] https://en.wikipedia.org/wiki/Praxis_(process), diakses 19-09-2018, 22:05.

    [17] https://en.wikipedia.org/wiki/Praxis_(process), diakses 19-092018, 22:20.

    [18] http://beautifultrouble.org/principle/praxis-makes-perfect/, diakses 19-09-2018, 22:28.

    [19] Michael Brie, “… Before All Else a Revolusionist: Marx and the Question of Strategy”, dalam Michael Brie and Alex Demirović, Karl Marx: Strategy and the Philosophy of Praxis Towards a re-Appropriation of His Thinking in Order to Provide a Radical Perspective for Liberation, Impressum Online-Publikation 6/2018, Berlin: the Rosa-Luxemburg-Stiftung, h. 5.

    [20] Andrew Feenberg, “The Philosophy of Praxis: Marx, Lukács and the Frankfurt School”, https://www.sfu.ca/~andrewf/Philosophy%20of%20Praxis%20preview.pdf, diakses 19-09-2018, 23:35.

    [21] Natalie Cowley, What is Praxis? Discussed in relation to Hegel, Marx, Nietzsche and Sartre, https://www.waikato.ac.nz/__data/assets/pdf_file/0005/149261/NatalieCowley.pdf., diakses 19-09-2018, 22:57.

    [22] Malesela John Lamola (2018), “Marx, the Praxis of Liberation Theology, and the Bane of Religious Epistemology”, Religions, 2018, 9, 74; doi:10.3390/rel9030074, p. 1.

    [23] Natalie Cowley, What is Praxis? Discussed in relation to Hegel, Marx, Nietzsche and Sartre, https://www.waikato.ac.nz/__data/assets/pdf_file/0005/149261/NatalieCowley.pdf., diakses 19-09-2018, 22:57.

    [24] Andrew Feenberg, “The Philosophy of Praxis: Marx, Lukács and the Frankfurt School”, https://www.sfu.ca/~andrewf/Philosophy%20of%20Praxis%20preview.pdf, diakses 19-09-2018, 23:35.

    [25] Andrew Feenberg, “The Philosophy of Praxis: Marx, Lukács and the Frankfurt School”, https://www.sfu.ca/~andrewf/Philosophy%20of%20Praxis%20preview.pdf, diakses 19-09-2018, 23:35.

    [26] Ana Saggioro Garcia dan Miguel Borba de Sá, “Overcoming the Blockage”: An interview with Robert W. Cox, Estudos Internacionais, v. 1 n. 2 July – December 2013 p. 303-318.

    [27] Profil ini disarikan dari: https://viacampesina.org/en/international-peasants-voice/, diakses 28982018, 03:21.

    [28] Menurut La Via Campesina, perempuan menghasilkan 70% makanan di bumi tetapi dipinggirkan dan ditindas oleh neoliberalisme dan patriarki. Mereka memainkan peran penting dan gerakan LVC membela hak-hak perempuan, kesetaraan jender, dan perjuangan melawan semua bentuk kekerasan terhadap perempuan.

    [29] Menurut La Via Campesina, para petani muda, yang berkomitmen pada perjuangan historis untuk pembebasan rakyat dan transformasi realitas, merupakan kekuatan yang menginspirasi dalam gerakan LVC mereka berkontribusi untuk memajukan Kedaulatan Pangan secara global.

    [30] https://viacampesina.org/en/what-are-we-fighting-for/, diakses 28082018, 18:28.

    [31] https://viacampesina.org/en/mobilise-for-a-un-declaration-now-is-the-time-to-globalise-our-struggle/, diakses 20 Agustus 2018, 07:47.

    [32] https://www.ohchr.org/EN/HRBodies/HRC/RuralAreas/Pages/5thSession.aspx, diakses 27 Agustus 2018, 00:41.

    [33] Sejak awal hingga akhir 2007, ILC telah memobilisasi $ 18.6 juta dalam bentuk sumbangan dan menjanjikan piutang dari para donor. Kontributor utama adalah IFAD (yang menyediakan 48 persen dari semua sumber daya), Belanda, Komisi Eropa, Belanda, Bank Dunia, IDRC (Kanada), Italia, dan Belgia. Bank Dunia adalah anggota pendiri dan memberikan kontribusi keuangan satu kali sebesar US $ 1,5 juta dari Fasilitas Hibah Pengembangannya pada tahun 1998.

    [34] “Sekilas Program: Koalisi Tanah Internasional” dalam The International Land Coalition, Washington DC: Independent Evaluation Group, the World Bank Group, 2008, h. vii.

    [35] Selanjutnya dapat dipelajari pada karya-karya Charles Tilly, Sidney Tarrow, Doug McAdam.

    [36] Selanjutnya dapat dipelajari pada karya-karya Robert W. Cox.

    [37] Selanjutnya dapat dipelajari pada karya-karya Andrew Linklater.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here