Prabowo Setyadi
Masuk ke ranah pertunjukan musik underground. Pola bermusik mereka hanya sebatas festival musik, Agustusan, dan pesta kelulusan. Tidak ada yang berani untuk berinvestasi berupa pagelaran festival musik dalam skala besar.
Tapi dalam satu dekade ini pagelaran musik underground sudah mampu membuat berbagai sponsor melirik untuk membuat pagelaran musik underground dengan skala besar. Salah satunya adalah pagelaran festival musik “Bandung Berisik”.
Sebuah perusahaan rokok nasional menjadi sponsornya. Juga semakin seringnya pagelaran musik dari musisi underground luar negeri, seperti NOFX, Sick Of It All, Wall Of Jericho, The Exploited, dan yang lainnya.
Tahun 2013 “Bandung Berisik” sebagai sebuah festival atau perayaan pertemuan terbesar para musisi underground mengusung tema “Bandung Berisik vs The World”. Tema ini diusung dari sebuah manifestasi semangat perjuangan untuk melawan segala bentuk keterbatasan. Lagi-lagi perusahaan rokok menjadi dilema.
“Sebetulnya banyak yang pro kontra. Cuma kita harus berkaca dengan apa yang terjadi di Amerika dan Eropa. Mereka menolak iklan rokok yang ada di arena olahraga. Cuma kultur di Indonesia berbeda. Dan itu tidak bisa terjadi di Indonesia,” ujar Eben, frontman BurgerKill.
Berkaca dari Eropa, Australia dan Amerika, pemerintah bisa memberi support untuk hal-hal seperti festival. Salah satunya festival musik internasional “Big Day Out” yang difasilitasi oleh pemerintah kota di Australia..
Para musisi underground diberi fasilitas tempat di tengah kota. Di Indonesia usaha ini masih terus diinisiasi. Para musisi dan komunitas underground putar otak.
“Tidak semua cita-cita bisa dicapai dengan ide yang cemerlang. Kadang butuh eksekusi dan dana. Kita mau bikin festival besar. Dengan nominal mencapai 1 miliar misalkan. Lalu apakah kita harus antipati dengan iklan rokok karena faktor gengsi? Mau ngumpulin duit dari mana?” ungkap Eben.
Dari beberapa gigs yang menyuguhkan musik underground memang baru perusahaan rokok yang berani berinvestasi. Untuk menerima perusahaan rokok, tidak sembarangan. Ada banyak hal yang tidak bisa diganggu gugat oleh sponsor misalnya konten, tampilan, dan visual.
Sementara perusahaan lain masih “takut” mengingat musik yang hingar-bingar ini rentan dengan terjadi perkelahian. Maklumlah ekspresi penonton yang terlihat brutal itu kadang bikin seram. Seolah-olah saling baku hantam. Kurang diliriknya gigs atau festival underground juga tak lepas dari tragedi AACC yang masih menjadi catatan hitam bagi sejumlah perusahaan. Beruntunglah, musisi underground khususnya di Bandung tak patah semangat.
Mereka merintis kembali jalan berliku musik underground. Itu membuktikan sejarah panjang para musisi dan pecintanya yang kini terdengar seantero dunia, tidak pernah padam. []