More

    Mahasiswa ITS Olah Air Laut Menjadi Air Tawar Dengan Energi Matahari

    Ahmad Fauzan Sazli

    16 01 2014 Teknologi Air Laut menjadi Air Tawar

    I Kadek Yamuna dan Muhamad Faisal dengan prototype mesin Hybrid System Desalinator. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI

    - Advertisement -

    JAKARTA, KabarKampus – Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak pantai. Seringkali desa-desa di pinggir pantai tersebut mengalami kekeringan karena kemarau. Seperti Desa Kemandang, Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Di desa ini sering mengalami kekurangan air bersih akibat kemarau.

    Prihatin dengan kondisi kekeringan di desa Kemandang, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tergerak untuk menciptakan sebuah teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar. Lima mahasiswa tersebut yakni I Kadek Yamuna Gangga Putra, Muhamad Faisal, Erna Septyaningrum dari jurusan  Teknik Fisika, serta Gede Satya dan Gek Ela Kumala dari jurusan Teknik Mesin ITS.

    Mereka menamakan alat tersebut dengan Hybrid System Desalinator (HSD).  HSD ini menggunakan sistem pemanas hybrid dari solar refflector, preheater solar panel yang telah dimodifikasi dan kompor listrik.

    “Sumber listrik yang mereka gunakan juga berasal PLN, namun dari Wind Turbin dan Solar Vanel (VP)” kata I Kadek Yamuna.

    Ia menjelaskan, bahwa sumber energi dari mesin tersebut diperoleh secara mandiri dengan memanfaatkan potensi yang ada di daerah pantai. Mereka memanfaatkan radiasi sinar matahari dan kecepatan angin.

    “Jadi energi yang sudah dihasilkan dari wind turbin dan solar panel dimasukkan ke aki sebagai penyimpanan energi.  Energi itu digunakan untuk menghidupkan kompor listrik,” jelas mahasiswa yang dipanggil Muna ini.

    Menurut Muna, mereka juga menggunakan box desalinator yang berfungsi sebagai tempat menampung air laut. Jadi cara kerjanya masukan air laut ke dalam box tersebut, kemudian tutup boxnya,  lalu mengatur solar reflektor, kompor listrik dan prehaternya.

    “Kemudian wind turbin bekerja dan menghasilkan listrik. Biar kita tinggal tunggu saja. Nanti uap airnya itu sudah bisa menjadi air tawar,” ungkap Muna.

    Muna memaparkan, bahwa dari data lab, alat ini mampu menghasilkan 85 ribu air tawar perhari. Tidak hanya itu saja dari hasil sampingan alat ini juga menghasilkan garam.

    Muna menuturkan, alat yang dihasilkan dari kelompok Studi Energi ITS ini telah teruji dan sudah layak digunakan oleh Laboratorium Teknik Lingkungan ITS. Ia berharap alat yang sederhana tersebut menjadi solusi dari persoalan kekeringan yang ada di Indonesia.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here