Oleh: Giorgio Ramadhan*

*Dilaporkan langsung dari Amsterdam, Belanda, oleh Anggota Free Palestine Network (FPN), Giorgio Ramadhan.
AMSTERDAM, KabarKampus – Transnational Institute yang dipimpin oleh Max De Ploeg dan Legal Mobilization Institute menyelenggarakan sebuah diskusi panel yang menghadirkan Francesca Albanese, pelapor khusus PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), di Pakhuis de Zwijger, Amsterdam (13/02/2025).
Berbeda dengan acara lain dari kunjungan Francesca Albanese minggu ini, panel yang dimulai pukul 20.00 waktu Amsterdam ini menampilkan tiga pembicara terkemuka, yaitu:
- Francesca Albanese: Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, Affiliate Scholar di Institut Studi Migrasi Internasional Universitas Georgetown, dan Penasihat Senior untuk Migrasi dan Pengungsian Paksa di Arab Renaissance for Democracy and Development (ARDD).
Ia memegang gelar sarjana hukum dengan pujian dari Universitas Pisa dan gelar Magister Hukum dalam hak asasi manusia dari SOAS University of London. Dengan pengalaman lebih dari satu dekade sebagai ahli hak asasi manusia untuk PBB, ia telah bekerja dengan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia dan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina. - Omar Barghouti: Pembela hak asasi manusia Palestina dan salah satu pendiri gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS), yang memperjuangkan hak-hak Palestina melalui cara-cara non-kekerasan. Ia adalah penerima Penghargaan Perdamaian Gandhi 2017 dan memegang gelar B.Sc. dan M.Sc. dalam Teknik Elektro dari Universitas Columbia.
Saat ini ia sedang mengejar gelar PhD dalam Filsafat (etika) di Universitas Amsterdam, ia juga merupakan penulis buku BDS: The Global Struggle for Palestinian Rights (Haymarket, 2011). Wawasannya telah ditampilkan di publikasi terkemuka seperti The New York Times dan The Guardian. - Angélique Eijpe: Mantan diplomat Belanda dengan pengalaman lebih dari 21 tahun dalam dinas luar negeri. Ia mengundurkan diri pada tahun 2023 sebagai protes terhadap kebijakan pemerintah Belanda mengenai Gaza. Sebelum karier diplomatiknya, ia tinggal, belajar, dan bekerja di Israel dan Wilayah Palestina.
Selama masa jabatannya, ia ditempatkan di Muscat dan Kinshasa dan fokus pada kebijakan Timur Tengah dalam tugas-tugas awalnya di Kementerian Luar Negeri Belanda. Sejak pengunduran dirinya, ia telah mendedikasikan diri untuk advokasi independen dan upaya lobi yang berfokus pada Gaza.
Krisis Mendalam Hukum dan Tatanan Internasional
Bersambung ke halaman selanjutnya –>