Ahmad Fauzan
JAKARTA,KabarKamapus—Belasan aktivis dari Perkumpulan Telapak mengadu kepada patung Jendral Sudirman mengenai penghancuran kawasan hutan adat Muara Tae, Kalimantan Timur dari ancaman perusahaan perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara.
Dengan bergaya pejuang 45 dan membawa replika batang pohon mereka bersepeda dari Gedung RRI Jakarta menuju Patung Jendral Sudirman, Minggu (27/11).
Di depan patung raksasa tersebut mereka berbaris, memberi hormat dan melaporkan praktik penggundulan hutan yang terus berlangsung. Mereka juga melaporkan bahwa pemerintah Indonesia belum mampu menangani pengrusakan hutan yang dilakukan pengusaha.
Menurut Abu Meridian, Juru kampanye Hutan Telapak, aksi teatrikal ini mereka lakukan untuk memperluas dukungan masyarakat, dukungan berbagai pihak demi menyelamatkan hutan dari ancaman perusahaan batu bara dan sawit.
“Kami meraguakan keberpihakan pemerintah dalam menangani penggundulan hutan di kawasan adat, seperti yang sedang terjadi di Kampung Muara Tae. Mungkin lebih baik melaporkannya pada patung seorang jenderal besar yang juga paalawan,” papar Meridian.
Kampung Muara Tae merupakan sebuah kampung di Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur, sejak tahun 1971 hingga sekarang kampung itu telah dieksploitasi oleh sejumlah perusahaan antara lain PT. Sumber Mas, PT. Londo Sumatra, PT. Gunung Bayan Pratama Coal, dan PT. Borneo Surya Mining Jaya yang samapai saat ini masih beroperasi. Perusahaan itu mengelilingi Kampung Muara Tae dan mengeruk sumber daya alam tanpa mempertimbangkan kondisi masyarakat di Muara Tae.
Petrus Asuy, Warga Muara Tae mengatakan, perusahan-perusahan itu tak hanya menebang pohon, namun juga menggusur hutan Muara Tae dengan traktor. Asuy meminta pemerintah bersikap atas hancurnya hutan di kampungnya. Hutan Muara Tae baginya adalah tempat hidup binatang buruan, tempat tumbuhnya pohon berbuah dan hidupnya ikan di dalam sungai.
“Saya tidak menerima perusahaan-perusahaan itu merusak sungai dan hutan kami”, tutur Asuy.
Kegiatan para aktivis lingkungan ini merupakan rangkaian kegiatan Forest Festival yang digelar Perkumpulan Telapak. Kegiatan ini memamerkan sejumlah bukti-bukti pengrusakan hutan di daerah Kalimantan melalui pameran fotografi dan pemutaran film dokumenter. PBB telah menyatakan bahwa tahun 2011 adalah Tahun Hutan Internasional, namun di pelosok kalimantan, hutan adat yang tersisa di kampung Muara Tae terus dihancurkan untuk kepentingan Industri. []